Merenggut Harta dan Kuasa dari Oligarki Rusia
Sanksi berat pembekuan aset dan pelarangan bepergian untuk oligarki Rusia diyakini akan menjadi senjata ampuh melemahkan Presiden Rusia Vladimir Putin dan membuat Rusia mundur dari Ukraina.
”
Menjadi orang kaya di Rusia untuk saat ini barangkali tak enak rasanya. Apalagi jika dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sejak Rusia menyerang Ukraina, banyak negara menjatuhkan sanksi tegas pada institusi maupun individu di Rusia, termasuk miliarder atau kelompok superkaya Rusia. Sanksi tegas itu berupa pembekuan semua aset yang mereka miliki. Sudah pasti segala kekayaan yang ditemukan akan dilucuti. Mulai dari simpanan di bank, mobil dan rumah mewah, pesawat jet pribadi, sampai kapal pesiar supermewah. ”Amerika Serikat dan negara-negara sekutu akan menyita kapal pesiar, apartemen mewah, dan pesawat jet pribadimu,” kata Presiden AS, Joe Biden, dalam pidato kenegaraan pertamanya, Selasa (1/3/2022).
Baca juga: Emiten di Pusaran Konflik Rusia-Ukraina
Pesan bernada keras Biden itu ditujukan kepada kroni-kroni Putin, pengusaha dan pejabat yang memperkaya diri dengan memanfaatkan hubungan mereka dengan Putin sejak 1990-an atau setelah Uni Soviet bubar. Kelompok orang kaya dan berkuasa atau oligarki Rusia itu selama ini hidup mewah di dalam dan luar negeri hingga mendongkrak perekonomian lokal dengan investasi di bidang properti dan lain-lain. Banyak oligarki Rusia yang sudah dijatuhi sanksi, terutama setelah Rusia menyerang Crimea pada 2014. Mereka dihukum karena membantu menyediakan apa saja kebutuhan Putih, terutama kebutuhan militer.
Oligarki Rusia selama bertahun-tahun bisa kaya dan berkuasa karena memang teman dekat atau lingkar dalam Putin. Namun, banyak juga yang sekadar teman bisnis dan ikut sejahtera ketika ada gelombang privatisasi pascatumbangnya Uni Soviet. Dengan sanksi berat yang menekan oligarki Rusia, Putin diharapkan akan menghentikan serangan ke Ukraina dan mundur. Negara-negara Barat kini tengah berburu harta kekayaan oligarki Rusia di mana pun berada.
Kapal pesiar
Perancis menyita empat kapal kargo dan satu kapal pesiar super, Amore Vero, milik miliarder Igor Sechin, pemilik perusahaan minyak raksasa Rosneft, di pelabuhan Riviera, Perancis. Sechin, salah satu teman dekat Putin, masuk dalam daftar sanksi AS dan UE. Sementara di Jerman, kapal pesiar super Dilbar senilai 600 juta dollar AS milik miliarder Alisher Usmanov juga disita. Menurut situs Forbes, kapal sepanjang 150 meter itu tengah diperbaiki di galangan kapal Hamburg. Di dalam kapal yang dipasarkan tahun 2016 itu ada kolam renang sepanjang 25 meter, kolam renang terbesar yang pernah ada di kapal pesiar.
Semula Amore Vero mau buru-buru kabur, tetapi kalah cepat dengan Bea dan Cukai Perancis. Ada lima kapal pesiar super milik oligarki Rusia yang berhasil kabur dan berlabuh di Maladewa. Menurut bank data perkapalan MarineTraffic, kapal pesiar super Clio, milik Oleg Deripaska, pendiri perusahaan aluminium raksasa Rusal yang dijatuhi sanksi AS pada 2018, sedang berlabuh di Male. Kapal pesiar Titan milik Alexander Abramov, salah satu pendiri perusahaan baja Rusia, Evraz, juga ada di sana sejak Senin lalu. Ada juga tiga kapal pesiar lain, termasuk kapal pesiar Nirvana sepanjang 88 meter milik orang terkaya di Rusia, Vladimir Potanin. Sebagian dari kapal mereka sebelumnya berlabuh di Timur Tengah.
Baca juga: Sanksi Internasional Kian Menyulitkan Warga Rusia
Selain kolam renang, di dalam kapal pesiar supermewah itu ada jacuzzi, bioskop, ruang dansa, dan ruang makan berukuran luas, serta helipad. Kapal pesiar super ini menjadi simbol status terpenting bagi oligarki Rusia. Harga dua kapal pesiar paling mahal milik oligarki Rusia, yakni Eclipae milik Roman Abramovich dan Dilbar milik Alischer Usmanov, diperkirakan 1,5 miliar dollar AS. Kapal-kapal mewah ini dibangun di Hamburg dan Bremen, Jerman. Banyak orang kaya Rusia yang sering berlibur musim panas di atas kapal pesiar atau di vila-vila mewah di lingkup wilayah Perancis.
Akan tetapi sejak sanksi dijatuhkan, satu per satu menghilang dan memilih ke Maladewa yang lebih aman untuk bersembunyi karena tak memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS. Pergerakan oligarki Rusia kian terbatas karena banyak negara yang mulai menutup pintunya dan ikut menjatuhkan sanksi. Seperti Monako yang biasanya jadi ”taman bermain” orang kaya Rusia, kini ogah didatangi mereka. Begitu pula dengan Swiss.
Namun, para ahli tidak yakin oligarki akan mudah dilemahkan, terutama karena mereka lihai mengamankan aset dalam berbagai bentuk. ”Semua simpanan aset orang kaya oligarki Rusia pasti sudah pakai nama orang lain. Ada banyak perusahaan bodong untuk melindungi aset. Bisa saja kapal, pesawat, rumah disita. Tapi uang mereka ada di mana-mana. Disita sampai 75 persen pun, mereka tetap akan lebih kaya dari siapa pun di dunia ini,” kata presiden perusahaan konsultan litigasi Analitik Keamanan Dinamik, Alison Jimenez.
Baca juga: Rusia Tingkatkan Serangan ke Ukraina, Moskwa Semakin Terisolasi
Meski dinilai kurang efektif, setidaknya sanksi yang berat diharapkan memberi dampak psikologis atau memberi sedikit rasa takut miskin. Seperti Mikhail Fridman dan Oleg Deripaksa yang meminta Rusia mengakhiri serangan ke Ukraina. Padahal Fridman yang lahir di Ukraina Barat dan pemimpin Kelompok Alfa atau konglomerat swasta bidang perbankan, asuransi, ritel, dan produsen air mineral ini sangat dekat dengan Putin. Deripaska, pengusaha aluminium, juga meminta kedua pihak berdialog saja. ”Perdamaian itu sangat penting,” ujarnya.
Roman Abramovich (55) yang nilai kekayaannya mencapai 13,5 miliar dollar AS mengumumkan akan menjual klub sepak bola Chelsea yang ia beli tahun 2003. Padahal nama Abramovich tidak masuk dalam daftar sanksi. Selain rencana menjual Chelsea, ia juga dilaporkan menjual sejumlah propertinya di London, Inggris.
Kesetiaan
Tidak hanya Abramovich yang hobi beli properti, tetapi juga orang kaya Rusia lain yang senang investasi rumah mewah di Eropa Barat. Mereka juga hobi jalan-jalan ke negara-negara lain dan belanja di butik-butik termahal di Paris, Milan, atau Roma. Sekolah anak-anaknya pun bukan yang biasa-biasa saja. Pilihannya ke sekolah elite dan mahal di Barat, termasuk AS dan Jerman. Padahal mereka tak sejalan dengan impian AS dan Eropa akan masyarakat yang bebas dan demokratis.
Jika ingin berkuasa di Rusia, orang harus kaya. Untuk menjadi kaya, mereka harus setia kepada Putin. Jika tak setia, akan bernasib seperti mantan raja minyak Mikhail Khodorkovsky yang mendekam di penjara karena kasus penipuan, pencucian uang, dan penggelapan uang, 20 tahun lalu. Ia dulu orang terkaya di Rusia tetapi kemudian berseberangan dengan Putin. Ia kemudian dibebaskan tahun 2013 dan pindah ke London. Kini, ia mengelola Yayasan Pusat Berkas, yang didedikasikan untuk mengekspos aktivitas kriminal orang dalam Kremlin.
Baca juga: AS dan Sekutu Ingin ”Lockdown” Rusia
Putin memastikan tidak akan ada akses ke bahan mentah milik negara jika tak setia kepada Kremlin. Jika setia, semua mudah, seperti lisensi produksi, kontrak negara besar, dan subsidi. Privatisasi perusahaan industri besar dan pembagian jabatan terpenting di perusahaan komoditas milik negara, semuanya mengalir ke teman dekat Putin yang paling setia. Kasus Khodorkovsky dijadikan contoh pelajaran yang akan terjadi jika tak setia pada Putin, yang juga mantan agen intelijen KGB itu.
Mantan pejabat Rusia, Anatoly Chubais, pernah mengunggah foto Boris Nemtsov di Facebook. Nemtsov adalah politisi yang kritis terhadap Putin dan ditemukan tewas dibunuh pada 2015. Ada juga kasus yang dialami Boris Berezovsky, ahli matematika yang menjadi penjual mobil Mercedes lalu kaya-raya karena membeli stasiun televisi pada akhir era Uni Soviet. Ia kemudian diadili karena kasus penipuan dan penggelapan uang setelah lari ke London pada 2000. Ia ditemukan tewas di kamar mandi rumahnya tahun 2013. Melihat kasus-kasus seperti itu, banyak pihak tak yakin menghukum oligarki Rusia akan bisa memengaruhi keputusan Putin, terlebih soal Ukraina.
Berburu harta
Menyadari tak akan mudah mencari dan menyita aset oligarki, AS dan negara-negara anggota G-7 akan membentuk satuan tugas trans-Atlantik untuk mengidentifikasi dan membekukan aset oligarki atau siapa saja yang dekat dengan Pemerintah Rusia, termasuk keluarganya. Mayoritas kekayaan Rusia tak akan ditemukan di bank Rusia karena sudah disebar ke mana-mana untuk mengantisipasi sanksi seperti sekarang. Pendapatan per tahun Putin diperkirakan dalam bentuk uang tunai dan aset di luar negeri yang dikelola teman dan saudara.
Studi Biro Ekonomi Nasional AS mengenai oligarki Rusia tahun 2017 memperkirakan ada 800 miliar dollar AS yang dikuasai orang kaya Rusia di bank-bank Inggris, Swiss, Siprus, dan negara lain. Jumlah kekayaan itu hampir sama dengan kekayaan dari seluruh penduduk Rusia yang berjumlah 144 juta jiwa. Berdasarkan data Biro Riset Ekonomi Nasional Rusia tahun 2017, oligarki Rusia mengendalikan sekitar 30 persen dari total kekayaan negara. Jika dibandingkan dengan negara lain, oligarki di Jerman dan AS hanya sekitar 15 persen.
Baca juga: Awas, Serangan Rusia ke Ukraina Berdampak pada Ekonomi Global
Meski sanksi pada oligarki mungkin tak akan berdampak pada Putin, peneliti di Pusat Pembangunan Amerika yang juga pernah menjabat di masa pemerintahan Presiden Barack Obama, Max Bergmann, menilai sanksi itu akan memengaruhi seluruh rakyat Rusia dan pada akhirnya memaksa Kremlin mengalah demi menyelamatkan perekonomian.
Kebanyakan orang Rusia lebih miskin ketimbang orang-orang di Barat. Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2020, Federasi Rusia menempati peringkat ke-83 dalam produk domestik bruto (PDB) per kapita, sekitar 11.000 dollar AS per orang. Itu kurang dari sepertiga dari rata-rata di UE dan sekitar seperenam dari PDB per kapita untuk AS. ”Putin nanti harus memilih antara membiayai militer atau uang pensiun. Jadi, untuk jangka panjang, sanksi itu akan melemahkan kekuatan dan kuasa Putin,” kata Bergmann.
Pakar sanksi di Institut Hubungan Internasional Finlandia, Maria Shagina, menambahkan, Eropa juga berusaha melindungi kepentingan ekonomi mereka sendiri dari dampak sanksi, termasuk gas alam Rusia yang disalurkan ke Jerman, berlian yang diimpor dari tambang Siberia, atau mobil mewah Italia, dan tas perancang ternama yang dijual di Moskwa atau St Petersburg. ”Eropa juga tidak mau ikut terdampak sanksi. Pasti akan merugikan semuanya,” ujarnya.
Baca juga: Hujan Sanksi untuk Rusia Bisa Jadi Bumerang pada Perekonomian Global
Sementara itu, oligarki Rusia berinvestasi dalam mata uang kripto dan menggunakan strategi baru lain untuk melindungi kekayaan mereka, sama seperti ketika mereka beradaptasi dengan sanksi AS setelah aneksasi Crimea. ”Penegakan sanksi itu seperti kejar-kejaran kucing dan tikus. Sejak Crimea, mereka pasti sudah punya mekanisme alternatif untuk mempertahankan aliran dana ke Kremlin,” kata Marhsall Billingslea, pejabat di masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Penyelidikan harian The Washington Post pada tahun 2021 berdasarkan sejumlah catatan keuangan menunjukkan, meski ada sanksi dari AS, uang Rusia tetap berputar melalui rekening-rekening rahasia. Memang dampak sanksi kali ini belum bisa diketahui secara pasti. Hanya, diharapkan akan efektif karena baru kali ini sanksi berat dijatuhkan pada begitu banyak oligarki Rusia yang selama ini tidak tersentuh. Sambil menunggu dampak sanksi, kapal-kapal pesiar mewah beserta para penghuninya mungkin akan tetap berlabuh tenang di Maladewa. (REUTERS/AFP/AP)