Serangan Rusia tak hanya mengenai fasilitas-fasilitas militer Ukraina tetapi juga permukiman warga sipil. Baik Rusia maupun Ukraina mengklaim ratusan orang tewas. Dalam konflik apa pun warga sipil yang selalu menderita.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
KIEV, RABU — Dalam konflik apa pun, warga sipil selalu menjadi korban. Tak hanya harus mengungsi ke negara-negara tetangga, ratusan warga sipil Ukraina juga tewas akibat serangan Rusia ke Ukraina. Sedikitnya 350 warga sipil Ukraina, 14 di antaranya anak-anak, tewas. Tak memedulikan kecaman komunitas internasional, pasukan Rusia tetap gencar menyerang dan merangsek masuk Ukraina dengan melontarkan rudal, bom tandan, dan persenjataan berat lainnya. Situasi di kota-kota yang diserang Rusia rusak parah karena pasukan Rusia menyerang selama berjam-jam dan berusaha mencegah warga mengungsi.
”Hari ini serangan yang paling parah dan kejam selama seminggu terakhir. Kawasan pemukiman juga ditembaki terus. Mereka mau menghancurkan kami semua,” kata Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko, dalam pembicaraan video via Telegram, Rabu (2/3/2022).
Akibat serangan bertubi-tubi dari Rusia, infrastruktur-infrastruktur penting Ukraina hancur sehingga membuat warga hidup tanpa listrik, penerangan, air bersih, dan pemanas. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengingatkan banyaknya warga sipil yang menjadi korban. Rusia dituding sengaja menyerang tempat-tempat yang bukan fasilitas militer. ”Ratusan, kalau tidak ribuan, warga sipil tewas atau terluka,” kata Blinken yang akan melawat ke Eropa Timur, pekan depan, sebagai bentuk dukungan pada Ukraina dan mengupayakan gencatan senjata.
Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa sepakat mengadopsi resolusi yang menuntut Rusia segera mundur dari Ukraina. Setelah lebih dari dua hari berdebat sengit, akhirnya resolusi itu disepakati. Sebanyak 141 dari 193 negara anggota mendukung resolusi yang tidak mengikat itu. Hanya Korea Utara, Suriah, Belarus, Eritrea, dan tentu saja Rusia yang menentang resolusi itu. Jepang dan Selandia Baru mewakili suara Asia yang mendukung resolusi itu, tetapi China, India, dan Pakistan, yang juga berada di Asia, menentang resolusi.
Bahkan, China menekankan tidak ada untungnya Perang Dingin baru. Dalam perdebatan dua hari, perwakilan Ukraina menuding Rusia telah melakukan genosida. Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UHCHR) mencatat, 752 warga sipil menjadi korban dan 227 orang di antaranya tewas.
AS menuding Rusia menyerang Ukraina dengan menggunakan persenjataan yang dilarang komunitas internasional. Akan tetapi, tudingan ini dibantah Rusia.
Rusia mengklaim telah menguasai kota pelabuhan Laut Hitam, Kherson, yang berpenduduk 290.000 orang. Namun, wali kota Kherson menyatakan kotanya belum dikuasai Rusia meski pasukan Rusia memang sudah masuk. Pasar dan kawasan permukiman di daerah Zhytomyr, Ukraina tengah, dan di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina, hancur berantakan. ”Hampir semua lokasi sudah dihajar rudal Rusia,” kata Anton Gerashchenko, Penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (44) menuding Rusia hendak melenyapkan Ukraina. Ia menyerukan masyarakat Yahudi di seluruh dunia untuk ikut menentang serangan Rusia ke Ukraina karena Rusia menyerang menara televisi Kiev di Babi Yar, lokasi di mana Nazi pernah membunuh 33.000 orang, mayoritas di antaranya warga Yahudi. ”Nazi diam-diam lahir kembali. Protes pembunuhan warga sipil dan pembunuhan rakyat Ukraina,” kata Zelenskyy yang juga Yahudi.
Semakin banyaknya korban warga sipil juga memperkuat protes dan kecaman komunitas internasional pada Rusia. Bahkan, rakyat Rusia pun ikut protes. Puluhan demonstran antiperang di Moskwa dan St Petersburg ditangkap. Oposisi Rusia, Alexei Navalny, juga mengajak rakyat Rusia untuk memprotes Putin dan menyebutnya ”tsar kecil yang gila”.
Menghukum Rusia
AS sedang menyiapkan paket sanksi yang baru untuk Belarus dan industri pertahanan Rusia. Negara-negara Barat sudah menjatuhkan sanksi yang berat pada perekonomian Rusia. Komunitas internasional juga sudah beramai-ramai memboikot Rusia dari segala sisi mulai dari sisi finansial, teknologi, olahraga, sampai seni. Presiden Perancis Emmanuel Macron menilai Eropa memasuki era baru dan perlu investasi pada bidang pertahanan. Eropa juga harus mulai mandiri dengan tidak bergantung lagi pada sumber energi gas dari Rusia.
Duta Besar Belarus untuk PBB Valentin Rybakov mengecam sanksi-sanksi dari Barat dan menggambarkannya sebagai bentuk terorisme ekonomi dan finansial. Teman-teman Rusia seperti Suriah mengecam sikap negara-negara Barat yang berstandar ganda karena Barat juga menginvasi negara lain, seperti Libya, Irak, dan Afghanistan.
Untuk membantu Ukraina, Uni Eropa (UE) dan negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengirimkan persenjataan berikut amunisinya ke Ukraina, tetapi tidak mengirimkan pasukan. Untuk mengisolasi Rusia, UE melarang publikasi siaran dari media Rusia RT dan Sputnik serta tidak memasukkan tujuh bank Rusia dalam sistem perbankan global SWIFT. ”Resolusi PBB itu tidak hanya soal Ukraina, tetapi juga soal mempertahankan tatanan internasional sesuai aturan yang sudah kita sepakati bersama,” kata Duta Besar UE untuk PBB Olof Skoog.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan bahwa pesan dari PBB sudah jelas dan tegas. ”Hentikan serangan di Ukraina, sekarang. Stop tembakan, sekarang. Ini sudah membuat rakyat Ukraina menderita dan kondisinya bisa semakin parah. Kondisinya bisa meledak setiap saat,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)