Akibatnya nyata dirasakan warga Rusia di Moskwa dan kota lain. Dampaknya mulai tidak beroperasinya sistem pembayaran, tidak bisa menarik uang tunai, hingga tidak bisa membeli barang-barang tertentu.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Warga melintas di dekat tempat penukaran mata uang di pusat kota Moskwa, 28 Februari 2022. Tampak angka nol pada papan karena tidak ada nilai untuk ditampilkan dalam kisaran penukaran menyusul kolapsnya mata uang rubel terhadap dollar AS sejak sanksi dijatuhkan atas Rusia.
MOSKWA, KAMIS — Kehidupan sehari-hari warga Rusia semakin terganggu akibat berbagai sanksi internasional yang dijatuhkan pada negara itu. Barat menyiapkan lebih banyak sanksi bagi Rusia sebagai respons atas serangan ke Ukraina.
Dampak yang dirasakan warga Rusia mulai tidak beroperasinya sistem pembayaran, tidak bisa menarik uang tunai, hingga tidak bisa membeli barang-barang tertentu. ”Apple Pay tidak berfungsi sejak kemarin. Tidak mungkin membayar (lewat sistem) di mana-mana, di bus, di kafe. Supermarket membatasi jumlah barang bisa dibeli,” tutur Tatyana Usmanova, warga Moskwa, kepada Associated Press, Kamis (3/2/2022).
Sudah banyak perusahaan asing dan internasional yang menarik bisnis mereka dari Rusia. Apple, misalnya, mengumumkan akan berhenti menjual iPhone dan produk populer lainnya di Rusia. Layanan Apple Pay juga dibatasi. Sejumlah jenama mobil ternama menghentikan ekspor, Boeing dan Airbus menghentikan suplai suku cadang pesawat dan layanan bagi maskapai penerbangan Rusia, studio-studio Hollywood pun turut menghentikan rilis film mereka di Rusia. Daftar sanksi tersebut tampaknya bakal semakin panjang.
AP Photo/Dmitri Lovetsky
Seorang pria berjalan di depan toko "re:Store", penjual produk Apple di pusat perbelanjaan di St Petersburg, Rusia, 2 Maret 2022. Apple mengumumkan akan menghentikan penjualan iPhone dan produk populer lainnya di Rusia serta membatasi layanan seperti Apple Pay sebagai protes atas serangan Rusia ke Ukraina.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya memukul Rusia dengan sanksi yang berat dan luas. Mereka mendepak bank-bank besar Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, membatasi ekspor teknologi tinggi ke Rusia, dan melarang Rusia menggunakan cadangan valuta asing.
Akibatnya nyata dirasakan warga Rusia di Moskwa dan kota lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka kesulitan mengonversi rubel ke mata uang asing lain. Antrean panjang terlihat di banyak anjungan tunai mandiri (ATM) dan kartu-kartu bank tertentu tidak bisa digunakan.
Kami menghadapi kenaikan harga-harga, pengurangan pekerja massal, penundaan pembayaran pensiun, kelangkaan obat dan peralatan kesehatan, armada penerbangan dan mobil tua. Namun, saya hanya punya satu pertanyaan: untuk apa? (Yulia Galyamina)
Harga barang mulai melonjak. ”Semua bahan yang kami siapkan untuk produk kami harganya naik 30-40 persen,” kata Ilya Oktavin, pemilik kedai sushi di Perm.
Pasokan barang-barang lainnya, seperti baju dan sepatu, juga bakal terganggu. Nike, misalnya, menghentikan penjualan daring ke Rusia. Begitu juga H&M menghentikan semua penjualan di negara itu. ”Kami menghadapi kenaikan harga-harga, pengurangan pekerja massal, penundaan pembayaran pensiun, kelangkaan obat dan peralatan kesehatan, armada penerbangan dan mobil tua. Namun, saya hanya punya satu pertanyaan: untuk apa?” kata politisi oposisi, Yulia Galyamina, di laman Facebook.
Lebih banyak sanksi
APA/AFP/ROLAND SCHLAGER
Logo bank milik Pemerintah Rusia, Sberbank, terlihat di dekat lampu pengatur lalu lintas di kantor cabang di Vienna, Austria, 28 Februari 2022. Barat menjatuhkan sanksi terhadap Sberbank atas invasi Rusia ke Ukraina.
Di Washington, Amerika Serikat mempersiapkan paket sanksi yang menyasar lebih banyak pejabat Rusia beserta perusahaan dan aset mereka. AS juga menyiapkan sanksi terhadap lingkaran dalam Presiden Rusia Vladimir Putin. Sumber di Gedung Putih kepada Reuters mengatakan, kemungkinan sanksi akan diumumkan pekan ini.
Departemen Perdagangan AS, Rabu, mengeluarkan panduan baru guna menutup celah bagi Rusia untuk menghindari sanksi. AS berulang kali memperingatkan akan menjatuhkan lebih banyak sanksi pada orang-orang terkaya Rusia. Sanksi menyasar elite Rusia, termasuk orang-orang yang terkait dengan Sberbank, VTB, Rosneft, dan Badan Keamanan Federal (FSB).
Sebagian orang itu juga telah masuk dalam daftar sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa. Pada Senin, UE menjatuhkan sanksi atas 26 orang penting Rusia, termasuk pejabat serta pengusaha minyak, perbankan, dan sektor keuangan. Pejabat tinggi militer dan orang-orang yang terlibat dalam serangan ke Ukraina pun masuk dalam daftar tersebut.
Dalam pidato kenegaraan, Selasa malam, Presiden AS Joe Biden mengatakan, AS akan menyita kapal pesiar, apartemen mewah, dan jet pribadi orang-orang kaya Rusia yang terkait Putin. AS dan sekutunya juga akan membentuk gugus tugas untuk mengidentifikasi dan membekukan aset perusahaan dan oligarki Rusia.
Gedung Putih menyatakan, AS terbuka untuk menjatuhkan sanksi pada industri minyak dan gas Rusia sembari mempertimbangkan dampak pada pasar global. Serangan Rusia ke Ukraina telah berimbas pada melejitnya harga minyak ke level tertinggi dalam delapan tahun terakhir.
Sentimen antiperang
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Polisi mengamankan seorang pengunjuk rasa dalam protes menentang invasi Rusia ke Ukraina di pusat kota Moskwa, 27 Februari 2022.
Meski demikian, bagi sebagian warga Rusia, sanksi-sanksi ini tidak terlalu mengkhawatirkan mereka dibandingkan dampak serangan militer ke Ukraina. ”Sanksi sedikit membuat saya khawatir. Saya lebih khawatir tentang orang Rusia membunuh orang Ukraina,” ujar Ivan Kozlov, warga Mokswa.
Sentimen antiperang meluas di Rusia. Ribuan orang menandatangani surat terbuka dan petisi daring untuk menghentikan serangan. Salah satu petisi bahkan mendapatkan lebih dari 1 juta tanda tangan dalam beberapa hari.
Di berbagai tempat di Rusia, warga turun ke jalan hampir setiap hari sejak serangan ke Ukraina diluncurkan pada 24 Februari 2022. Lebih dari 7.000 pengunjuk rasa ditangkap sepanjang pekan lalu, menurut kelompok hak asasi manusia, OVD-Info. (AP/REUTERS)