Sejumlah pihak di Ukraina khawatir jumlah korban di Ukraina lebih tinggi daripada yang diumumkan pemerintah. Mereka mendasarkan dugaan itu pada pengeboman yang nyaris tanpa berhenti oleh tentara Rusia.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KIEV, KAMIS — Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari kedelapan dan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Meski demikian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah meminta Moskwa agar mengganti rugi semua kerusakan yang ditimbulkan akibat serbuan Rusia ke Ukraina.
Permintaan tersebut disampaikan lewat pidato yang disiarkan pada Kamis (3/3/2022). Video itu disiarkan beberapa jam sebelum delegasi Rusia dan Ukraina kembali berunding di Brest, wilayah Belarus yang lebih dekat ke Polandia. Putaran pertama perundingan beberapa hari lalu dilakukan di Gomel, kota perbatasan di wilayah Belarus yang lebih dekat ke perbatasan Ukraina-Rusia.
Zelenskyy menekankan, Rusia harus membayar semua kerusakan dalam perang ini. ”Kami akan membangun lagi setiap rumah, jalan, dan kota. Kami katakan ke Rusia, pelajari kata ’ganti rugi’ dan ’sumbangan’. Anda akan membayar kembali semuanya. Kami tidak akan melupakan semua yang tewas,” katanya.
Ia juga tidak menampik Kherson yang dekat dengan Ukraina sudah diduduki Rusia. Sementara kota-kota lain di Ukraina terus dikepung Rusia. Di sejumlah kota, aliran listrik dan air sudah terhenti. Pemerintah di sejumlah kota melaporkan, tentara dan milisi Ukraina terus berusaha melawan pasukan Rusia.
Kiev bertekad untuk terus memberikan perlawanan terhadap Rusia. Apalagi, mereka terus mendapat pasokan persenjataan dari negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa (UE). Jerman mengumumkan pengiriman 2.700 pucuk rudal Strella. Rudal antipesawat peninggalan Uni Soviet itu akan segera dikirimkan Berlin.
Sebelumnya, Berlin telah mengumumkan akan memberikan 1.500 rudal antipesawat dan antitank buatan Inggris dan Amerika Serikat untuk Ukraina. Belakangan, Berlin malah mengirimkan senjata yang diproduksi sebelum Uni Soviet bubar tiga dekade lalu itu.
UE juga mengumumkan akan memberi persenjataan bernilai total 500 juta dollar AS untuk Ukraina. Walakin, belakangan ada perpecahan soal pesawat tempur yang akan diberikan. Hanya negara-negara Eropa Timur punya pesawat buatan Uni Soviet atau Rusia. Seluruh negara itu sejak dari Bulgaria hingga Estonia menolak menjawab soal hibah pesawat ke Ukraina.
UE harus memberikan pesawat buatan Uni Soviet atau Rusia agar bisa segera digunakan tentara Ukraina. Sebab, selama ini mereka hanya terbiasa dengan pesawat itu. Jika UE memberi pesawat yang tidak dibuat Uni Soviet atau Rusia, tentara Ukraina akan butuh latihan lama sebelum bisa menggunakannya.
Padahal, meski NATO mengakui belum semua kekuatan udara Rusia dikerahkan, kekuatan udara Ukraina nyaris lumpuh. Adapun pertahanan udaranya terbantu oleh ribuan rudal panggul yang disumbangkan NATO.
Kiev mengklaim sudah menjatuhkan banyak pesawat Moskwa. Banyak pula tank dan aneka kendaraan tempur darat Rusia dihancurkan Ukraina dengan bekal Javelin dan NLAW. Javelin dibuat AS, NLAW dibuat Inggris. AS memasok rudal antitank itu secara masif ke Ukraina sejak 2019.
Selain mengirimkan senjata, sejumlah anggota UE mendukung warganya menjadi milisi di Ukraina. Pakar terorisme Amerika Serikat, Collin P Clarke, mengaku cemas pada dukungan itu. Dukungan ini akan membuat semakin banyak warga sipil Eropa berpengalaman perang tanpa harus mengikuti disiplin tentara.
“Eropa harus bersiap pada konsekuensinya,” kata analis pada Soufan Centre, lembaga konsultansi keamanan di AS itu.
Clarke mengingatkan, Eropa belum menyelesaikan masalah kala banyak warganya bergabung dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Kini, Eropa berpeluang menghadapi masalah kala warganya pula selepas perang Rusia-Ukraina usai. Sebagian dari mereka akan berpengalaman menggunakan senjata standar militer, bukan senjata ringan untuk hobi.
Jumlah korban
Sejauh ini, korban terus bertambah dalam perang yang telah memasuki hari kedelapan. Moskwa dan Kiev menyampaikan laporan berbeda soal jumlah korban perang.
Kiev mengaku telah menewaskan hampir 9.000 tentara Rusia dan tidak sampai 500 warga Ukraina tewas dalam perang ini. Sebaliknya, Moskwa mengaku tidak sampai 500 tentara Rusia tewas dan sedikitnya 1.600 tentara lainnya cedera dalam perang di Ukraina.
Sejumlah pihak di Ukraina, sebagaimana dilaporkan Deutshce Welle dan Al Jazeera serta Euronews, khawatir jumlah korban di Ukraina lebih tinggi dari yang diumumkan pemerintah. Mereka mendasarkan dugaan pada pengeboman nyaris tanpa henti oleh tentara Rusia terhadap berbagai kota di Ukraina.
Juru runding Ukraina, Davyd Arakhamia, mengatakan bahwa Kiev menjadikan gencatan senjata dan penyediaan jalur kemanusiaan sebagai isu pokok perundingan dengan Moskwa. Jika isu disepakati, Kiev akan membahas isu lain. Arakhamia dilaporkan sudah tiba di Brest pada Kamis pagi waktu setempat. Ia dan delegasi Ukraina tiba di sana dengan helikopter.
Delegasi Rusia hadir lebih dulu dibandingkan Ukraina. Berbeda dengan Ukraina, Rusia belum mau mengungkap apa target utama dalam perundingan putaran dua. Pada putaran pertama, tidak ada kesepakatan dicapai selain kesediaan untuk melanjutkan perundingan.
Sejumlah pihak juga meminta agar gencatan senjata disepakati. Sebab, pertolongan pada korban perang sulit dilakukan di tengah baku tembak.
Selain dengan Ukraina, Rusia juga menyatakan siap berunding dengan NATO dan mitranya. Untuk perundingan itu, fokus Rusia adalah pembentukan arsitektur keamanan bersama di Eropa. Rusia menilai, arsitektur sekarang hanya menguntungkan NATO dan mitra. Sebaliknya, Rusia merasa terancam karena dikepung NATO di berbagai penjuru Eropa. (AFP/REUTERS)