Jangan Biarkan Orang Jahat Menyalahgunakan Mediamu, Media Sosial AS Didesak Bersikap
Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa asal AS didesak menentang serangan Rusia ke Ukraina. Mereka juga didesak mencegah siapa pun yang memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi hoaks terkait krisis Ukraina.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat saat ini berada di posisi tak enak dan serba salah. Mereka menghadapi tekanan kuat dari komunitas internasional untuk segera menentukan sikap, ikut menentang invasi Rusia ke Ukraina. Perusahaan teknologi AS, seperti Facebook, Twitter, dan Youtube, mempunyai kekuatan yang unik karena mampu menjangkau seluruh dunia. Karena pada dasarnya mereka adalah perusahaan yang mencari keuntungan, jika mereka tidak mengikuti tekanan komunitas internasional itu, maka bisa berdampak buruk bagi masa depan usahanya.
Sejak Rusia berulah, Ukraina mendesak perusahaan-perusahaan AS, seperti Apple, Google, dan Netflix, segera memutuskan hubungan dengan Rusia. Layanan Facebook sudah dihentikan karena tidak mau tunduk pada tuntutan Rusia. Twitter juga menyatakan jaringannya mulai dibatasi hanya untuk beberapa orang saja di Rusia. Pada tahun lalu, Twitter diancam denda dan jaringan diperlambat karena Pemerintah Rusia meminta mereka menghapus konten tertentu.
”Perusahaan-perusahaan Barat menyediakan ruang bagi warga Rusia untuk mendapatkan informasi kekejaman Rusia di Ukraina. Dan Kremlin agresif menyembunyikan kebenaran,” tulis Presiden dan CEO Pusat Analisis Kebijakan Eropa Alina Polyakova di Twitter.
Sebelum ditekan lebih kuat, Meta, ”orangtua” Facebook dan Youtube, mengumumkan sudah membatasi kemampuan media massa yang dikelola Pemerintah Rusia mencari uang melalui platform mereka. Dalam pernyataan tertulisnya, kedua perusahaan itu sudah memblokir upaya beberapa kanal memonetisasi konten-konten yang masuk di Youtube, termasuk beberapa kanal Rusia yang berafiliasi dengan individu maupun entitas yang dijatuhi sanksi oleh komunitas internasional.
”Memenuhi permintaan pemerintah, kami sudah membatasi akses stasiun TV Pemerintah Rusia dan beberapa kanal lain di Ukraina,” tulis mereka.
Kesal karena dibiarkan menghadapi Rusia sendirian, Pemerintah Ukraina mengajak seluruh rakyat untuk ikut memerangi pasukan Rusia. Ukraina juga meminta bantuan ke hampir semua orang, termasuk CEO Apple Tim Cook. ”Saya mohon jangan lagi menyediakan layanan dan produk Apple ke Federasi Rusia, termasuk akses ke Apple Store!” tulis Menteri Digital Ukraina Mykhailo Fedorov dalam surat yang diunggah ke Twitter, Jumat lalu.
Sehari sebelumnya, Cook juga menuliskan komentar mengenai invasi Rusia ke Ukraina. Ia sangat prihatin dengan situasi di Ukraina dan berjanji pihaknya akan membantu apa pun kegiatan kemanusiaan di Ukraina. Perusahaan-perusahaan raksasa AS selama ini berusaha lihai bergerak menghadapi pemerintah-pemerintah otoriter seperti Rusia. Google dan Apple tahun lalu pernah tunduk pada perintah pemerintah negara tertentu untuk menghapus aplikasi oposisi. Tindakan itu membuat Google dan Apple menghadapi kemarahan publik. Dengan meningkatnya krisis di Ukraina, perusahaan-perusahaan teknologi ini juga kena semprot lagi karena dianggap tidak berusaha semaksimal mungkin menahan laju informasi bohong, hoaks, dan berita menyesatkan tentang invasi Rusia ke Ukraina.
”Platform Anda terus menjadi alat yang digunakan aktor-aktor jahat, khususnya mereka yang berafiliasi dengan Pemerintah Rusia. Mereka tidak hanya menyebarkan informasi hoaks, tetapi juga mengambil keuntungan dari situasi itu,” tulis Senator AS Mark Warner dalam suratnya kepada CEO Alphabet, ”orangtua” Google, Sundar Pichai.
Warner juga mengirim surat ke Meta, Reddit, Telegram, Tiktok, dan Twitter. Ia menuding Youtube terus saja memonetisasi konten-konten dari orang-orang terkenal dan yang berpengaruh yang terkait dengan upaya Rusia memperluas pengaruhnya.
Perusahaan teknologi itu sudah lama membanggakan dirinya membela dan memperjuangkan kebebasan berbicara dan nilai-nilai demokrasi. Namun, di sisi lain, mereka juga menuai uang miliaran dollar AS dari pendapatan iklan di platform mereka. Padahal, mereka sudah tahu itu bisa berisiko buruk pada pengguna. Serangan Rusia ke Ukraina membuat nilai dan minat publik pada platform media sosial yang dominan seperti Facebook turun. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Faktor penyebabnya, pertumbuhan yang melambat dan bisnis iklannya yang seret.
Para ahli mendesak agar perusahaan teknologi memiliki pendirian jelas dan memegang teguh prinsip menentang serangan Rusia ke Ukraina. Mantan ahli keamanan di Facebook, Alex Stamos, menilai sudah sepantasnya perusahaan-perusahaan AS menentukan sikap dan berpihak pada kebenaran dalam konflik geopolitik. ”Ini seharusnya keputusan yang mudah,” ujarnya.
Mantan karyawan Facebook lainnya, Brian Fishman, juga menumpahkan unek-uneknya di Twitter. ”Jangan biarkan orang-orang yang jahat menyalahgunakan mediamu”. (AFP)