Ribuan warga Ukraina mulai masuk ke Polandia dan negara-negara tetangga lainnya. Jika krisis tak kunjung reda, gelombang pengungsi diperkirakan akan bertambah.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Ribuan warga Ukraina mulai berduyun-duyun mengungsi ke Polandia sambil membawa barang-barang seadanya. Di saat yang sama, belum ada lonjakan pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga lainnya, seperti Romania dan Slowakia. Namun, lalu lintas menuju ke dua negara itu mulai padat.
Alexander Bazhanov (34) yang tinggal di Mariupol, Ukraina timur, memilih mengungsi bersama dengan istri dan bayinya sambil membawa barang yang penting saja. ”Saya takut sekali. Sebenarnya saya ingin ke rumah ayah saya di Spanyol, tetapi tidak punya uang,” kata Bazhanov saat hendak menyeberang masuk Polandia, Kamis (24/2/2022).
Pasukan Rusia menyerang Ukraina dari segala penjuru, darat, laut, dan udara, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan ”operasi militer khusus” di Ukraina timur. Selama beberapa pekan terakhir, negara-negara tetangga Ukraina di Eropa Tengah sudah mempersiapkan diri untuk menerima gelombang pengungsi yang membutuhkan tempat berlindung di lingkup Uni Eropa. Bazhanov melewati penyeberangan Medyka yang biasanya digunakan bagi siapa saja yang hendak menyeberang sebentar untuk bekerja, liburan, atau sekadar belanja.
Antrean pengungsi yang mau masuk kota perbatasan Polandia meningkat karena banyak yang khawatir pasukan Rusia akan semakin merangsek masuk ke Ukraina. ”Semua orang mengira Ukraina barat akan aman karena dekat dengan negara-negara Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Tetapi, ternyata tidak ada artinya. Tidak ada yang melindungi,” kata Maria Palys (44).
Pemerintah Polandia akan membuka sembilan tempat pengungsian sementara di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina yang mencapai 535 kilometer untuk mengantisipasi gelombang pengungsi dari Ukraina. Menteri Dalam Negeri Polandia Mariusz Kaminski menegaskan, Polandia akan menerima seberapa pun banyaknya pengungsi di perbatasan.
Di tempat pengungsian itu, semua orang akan mendapatkan akomodasi untuk istirahat, makanan, dan layanan kesehatan. Kepala Penjaga Perbatasan Polandia Tomasz Praga mencatat, sekitar 15.000 orang sudah masuk ke Polandia selama 24 jam terakhir.
Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) meminta negara-negara tetangga Ukraina untuk tetap membuka pintu perbatasannya bagi warga Ukraina yang butuh tempat lebih aman. Komisioner Uni Eropa Ylava Johansson percaya Polandia sudah sangat siap menampung pengungsi dari Ukraina.
Namun, ia tidak tahu akan seberapa banyak jumlah pengungsi mengalir ke Polandia. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki sudah membentuk tim untuk menyiapkan logistik, transportasi, obat-obatan, dan layanan medis serta kebutuhan pendidikan bagi warga Ukraina.
Jika krisis di Ukraina tak kunjung membaik, Wakil Presiden Komisi Eropa Margaritis Schinas memperkirakan akan ada sekitar 20.000 atau sampai 1 juta pengungsi masuk Polandia.
Jika krisis di Ukraina tak kunjung membaik, Wakil Presiden Komisi Eropa Margaritis Schinas memperkirakan akan ada sekitar 20.000 atau sampai 1 juta pengungsi masuk Polandia. Johansson siap memberikan bantuan ekonomi bagi Polandia jika dibutuhkan.
Polandia juga saat ini tengah menyiapkan kereta layanan medis untuk mengangkut warga Ukraina yang terluka akibat serangan Rusia. Sebanyak 120 rumah sakit Polandia juga sudah siap melayani ribuan pasien pengungsi. Jerman siap membantu Polandia atau negara tetangga Ukraina mana pun yang membutuhkan bantuan dalam menangani gelombang pengungsi.
Rusia menuntut NATO menghentikan ekspansinya ke timur. Presiden Rusia Vladimir Putin berkali-kali menyatakan keberatannya Ukraina masuk NATO. Namun, hal ini tidak direspons NATO. Putin mengaku bahwa operasi militer ke Ukraina dilakukan karena Rusia tidak mempunyai pilihan lain selain mempertahankan diri dari ”ancaman” NATO yang merangsek mendekati perbatasan Rusia.
Namun, di atas pernyataan politik itu, adalah rakyat Ukraina yang sebenarnya terancam dengan serangan Rusia. Atap rumah Mikhail Shcherbakov di Kharkiv berlubang separuh setelah dihajar rudal Rusia. Untung saja sebelum rudal menghantam rumah, ia sudah lari keluar rumah sambil menggendong ibunya.
Bingung tak tahu ke mana, ia membawa ibunya berlindung ke stasiun kereta bawah tanah. Ternyata ia tak sendiri. Banyak orang yang sudah berlindung di sana. ”Ini hari terburuk dalam hidup saya. Bangun pagi kaget dengar suara rudal,” kata Sasha, warga lain, yang juga sedang berlindung di stasiun bawah tanah.
Akan tetapi, ada juga sebagian warga yang menjalani hari seperti biasa. Bahkan, ada yang masih bekerja seperti biasa, mengajak anjing peliharaan jalan-jalan atau nongkrong dengan teman. ”Sekarang, sih, saya belum takut. Mungkin bisa takut juga nanti. Yang jelas saya sudah hilang kepercayaan pada apa pun,” kata warga Kiev, Maxim Prudskoi.
Situasi yang sama juga terasa di Mariupol. Sebagian warga di kota itu merasa takut. Namun, sebagian lagi tidak dan tetap berangkat kerja dengan menggunakan bus. Ada juga yang terlihat terburu-buru hendak meninggalkan kota yang sangat dekat dengan Donetsk, salah satu wilayah yang dikuasai kelompok separatis. ”Saya tidak bisa apa-apa. Terjebak di sini. Susah cari bensin dan ambil uang,” kata Maxim, seorang warga.
Anna Efimova tidak tahu harus lari ke mana, jadi ia memutuskan berlindung di ruang bawah tanah di rumahnya. Sebelum berlindung, ia sudah membeli aneka ragam kebutuhan sehari-hari, terutama makanan. Wali Kota Kiev, Vitaly Klitschko, meminta 3 juta warganya untuk tetap berada di dalam ruangan dan mengamankan dokumen penting serta menyiapkan obat-obatan.
Bogdan Voytenko merasa stasiun bawah tanah adalah satu-satunya tempat yang aman terlindung dari rudal dan artileri lain. ”Tidak ada yang percaya akan terjadi perang. Begitu terjadi serangan, semua panik,” kata Anton Mironov.
Padahal, selama berpekan-pekan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta rakyatnya tidak panik. Panik hanya akan membuat situasi tidak stabil dan itu yang dikehendaki oleh Rusia. Ketika Zelenskyy memberlakukan situasi darurat, barulah masyarakat sadar situasinya semakin serius. ”Saya panik, takut, dan tidak tahu harus apa dan tidak tahu harus cari bantuan ke mana. Tidak ada persiapan karena kita tidak percaya ini bisa terjadi,” kata Elizaveta Melnik.
Jika warga Kiev dilanda ketakutan dan kepanikan, warga Ukraina di kota Lviv, tak jauh dari Polandia, justru sedang antre membeli senjata di toko senjata. Apalagi pemerintah sudah mengajak rakyatnya untuk ikut melawan Rusia bersama pasukan Ukraina. ”Kami ini mempertahankan wilayah, bukan menyerang Rusia. Ini tanah kami dan kami akan memperjuangkannya sampai titik darah penghabisan,” kata Yuri. (REUTERS/AFP/AP/LUK)