Kisah Tokoh Dunia dan Arlojinya, Koleksi Mewah Putin hingga Jam Murahan Bill Gates
Arloji menunjukkan pribadi pemiliknya. Para pemimpin dunia pun menggunakan arloji yang berbeda-beda sesuai karakter masing-masing. Tetapi, ada kesamaan di antara mereka: arloji mereka mahal, mewah, dan edisi terbatas.
Oleh
LUKI AULIA
·7 menit baca
Time is money. Begitu kata Benjamin Franklin, salah satu bapak bangsa Amerika Serikat yang juga ilmuwan penemu dan pernah merancang jam dengan desain dan mekanisme putaran yang unik dengan satu jarum jam saja. Kini, desain jam Franklin itu diproduksi kembali menjadi arloji edisi terbatas ”The MeisterSinger USA Benjamin Franklin” dan hanya ada 50 arloji di seluruh dunia. Harganya sekitar Rp 64 juta. Sebagian dari hasil penjualan arloji itu disumbangkan ke Museum Benjamin Franklin di Philadelphia, Amerika Serikat.
Jam saku Franklin buatan Thomas Wagstaff, perajin jam di London, Inggris, juga menjadi barang koleksi keluarga dan jika dilelang bisa dibuka dengan harga Rp 432 juta hingga Rp 720 juta. Padahal, kondisinya sudah kurang baik karena salah satu jarumnya patah, putarannya macet, dan lecet-lecet. Franklin membeli jam itu antara tahun 1764 dan 1775 saat ia tinggal di London.
Pada zamannya, jam saku itu terbilang jarang dan unik. Ini yang membuat Franklin menyukainya. Ia selalu menciptakan barang-barang yang tak terpikirkan orang. Seperti lensa bifokal dengan dua titik fokus jauh dan dekat, penangkal petir, sirip renang, alat pemanas ruangan, dan alat musik gelas armonika.
Melihat karakter Franklin, pantas ia memilih dan merancang jam yang unik. Tak hanya Franklin yang suka jam saku. Tokoh spiritual Tibet, Dalai Lama, pun mempunyai jam saku kuning emas mewah buatan Swiss, Patek Philippe, hadiah dari Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt pada 1943. Jam serupa pernah dilelang pada 2018 dan harganya mencapai Rp 2,5 miliar. Ini salah satu jam termahal yang dimiliki pemimpin dunia mana pun dan jam itu ada di kantong Dalai Lama yang sederhana dan rendah hati.
Lain Dalai Lama, lain pula Presiden Rusia Vladimir Putin, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan mantan Presiden AS Donald Trump. Harian South China Morning Post, 13 Agustus 2020, menyebutkan ketiganya sama-sama hobi koleksi arloji mewah. Trump pencinta arloji Rolex dan kerap mengenakan arloji Rolex Day-Date atau yang dikenal dengan Jam Presiden karena Presiden AS Lyndon B Johnson yang pertama kali memakainya pada 1965.
Trump juga mengoleksi arloji Patek Philippe Ellipse, Vacheron Constantin Historiques 1968, dan Colibri Quartz milik Presiden AS, Ronald Reagan, yang dibelinya pada 1999 di lelang dengan harga Rp 100,5 miliar. Padahal, Trump sebenarnya tak suka dengan Reagan dan kerap mengkritik kebijakan-kebijakan Reagan.
Presiden AS Barack Obama juga sama seperti Trump, pencinta Rolex. Semasa masih senator, arloji Obama adalah Tag Heuer 1500 Two Tone Diver's Watch. Kemudian, sejak menjadi presiden dan sampai sekarang, Obama mengenakan Rolex Cellini 18 karat emas putih seharga Rp 218 juta. Presiden AS Joe Biden juga dikenal sebagai kolektor segala arloji mahal dan murah. Ia memiliki arloji mewah Omega Seamaster senilai Rp 75 juta dan punya juga arloji lebih murah tetapi awet, Seiko 7T32-6M90 Chronograph, tahun 1990-an dan sampai sekarang masih dipakai.
Putin ternyata juga kolektor arloji mahal Patek Philippe emas 18 karat, IWC, dan A Lange & Söhne. Yang paling sering dipakai adalah merek Blancpain Grande Date Aqua Lung seharga Rp 168 juta. Koleksinya yang termahal adalah edisi terbatas A Lange & Söhne Tourbograph Perpetual ”Pour le Mérite” yang harganya Rp 7 miliar karena terbuat dari platinum dan memiliki fitur kronograf rattrapante dengan turbillon dan kalender abadi. Ini juga arloji terumit dan tercanggih serta hanya ada 50 jam di seluruh dunia ini.
Putin juga mengoleksi arloji Patek Philippe 5208P Grand Complication. Namanya saja sudah ”complication”. Itu arloji paling rumit yang pernah dibuat Patek Philippe, ada fitur pengulang menit, kronograf mono-pusher, dan kalender abadi instan. Harga arloji yang rumit itu mencapai Rp 16,5 miliar. Arloji rumit lainnya yang dikoleksi Putin ada Breguet Marine, Blancpain Léman Flyback atau FP Journe Chronomètre Bleu. Bisa jadi Putin orang yang rumit jika dilihat dari koleksi arlojinya yang serba rumit dan mahalnya selangit.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga penggemar Patek Philippe. Pilihannya jatuh pada Patek Philippe Calatrava kuning emas klasik, rapi, dan simpel. Tak seperti rambut Johnson yang selalu acak-acakan.
Kim Jong Un pun mengoleksi arloji mewah meski ada larangan ekspor arloji mewah Swiss ke Korut sejak 2016. Kim memilih arloji kecil dan tipis seperti Movado Museum emas kuarsa dan IWC Portugieser emas. Sama seperti Kim dan Putin, PM Kanada Justin Trudeau juga menyukai arloji IWC. Ke mana pun pergi, di lengan Trudeau selalu terlihat IWC Regulateur.
Sederhana
Berbeda dengan para pemimpin negara adidaya, arloji PM Singapura Lee Hsien Loong lebih simpel, Seiko 5 SNKK87. Arloji mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad juga tak mencolok dengan pilihan Casio Protrek Triple Sensor Tide Graph yang tahan lama karena bertenaga surya. Fitur-fiturnya ”lebih membumi” seperti Mahathir, antara lain ada fitur kompas, barometer, altimeter, dan grafik gelombang.
Berbeda sedikit dari kedua pemimpin di Asia Tenggara itu adalah mantan PM Jepang Shinzo Abe. Ia pencinta arloji indah dan mewah seperti Omega Constellation C-model dan Grand Seiko. Ia juga suka membanggakan arloji buatan Jepang, Minase Divido, seharga Rp 54 juta.
Biasanya politisi ragu mengenakan arloji mewah karena takut akan merusak citranya sebagai ”pemimpin merakyat”. Tetapi, tampaknya itu tak berlaku pada para pemimpin dunia yang hobi koleksi jam legendaris, mewah, dan berharga mahal karena rata-rata buatan tangan, berbahan titanium, berlapis emas, bertakhtakan berlian dan kristal safir atau batu-batu berharga lain, canggih, serta diproduksi terbatas.
Jika para pemimpin dunia berlomba mengoleksi arloji mewah, para pengusaha teknologi kaya raya di dunia justru berlomba-lomba tampil sederhana. Seperti Bill Gates yang memilih Casio Duro seharga Rp 1 juta. Atau Tim Cook, CEO Apple Inc, yang memakai iwatch. Mark Zuckerberg malah tak pernah memakai arloji.
Harian South China Morning Post, 24 Juli 2020, menyebut Jeff Bezos dan Elon Musk, CEO Tesla, pun tak punya hobi koleksi arloji mewah. Mereka seakan tak peduli dengan urusan itu. Tak seperti kolektor arloji yang menganggap arloji itu urusan gaya dan cara menunjukkan kekayaan. Bezos hanya memakai jam itu-itu saja yang harganya tak mahal, yakni Ulysse Nardin Dual Time.
Musk kurang kaya apa. ”Mainannya” mulai dari mobil sport sampai roket ke luar angkasa. Kalau mau, ia bisa membeli semua arloji termahal sedunia. Tetapi, ia lebih memilih arloji edisi terbatas Tag Heuer dan SpaceX, Carrera Calibre 1887 SpaceX Chronograph, yang diproduksinya tahun 2012.
Psikolog Thomas Rammsayer dari University of Bern, Swiss, menjelaskan kepribadian manusia terkait dengan bagaimana individu memandang waktu. Kualitas pribadi seperti kehati-hatian, terorganisasi, dan stabil secara emosi sejak lama dikaitkan dengan individu yang ambisius mengejar kekayaan dan kekuasaan.
Penulis buku Making Modern Times: A History of Clocks, Watches, and Other Timekeepers in American Life, Alexis McCrossen, menyebutkan, pada 1800-an orang merasa penting untuk memiliki dan mengendalikan waktu. Pada masa itu hanya bangsawan, kalangan elite, dan pengusaha saja yang mampu memiliki arloji.
Kuasa kendali
Arloji pertama di dunia dibuat untuk istri bangsawan Koscowicz dari Hongaria oleh perajin jam Swiss, Patek Philippe, pada 1868. Sejak itu, perempuan mengenakan arloji sebagai bagian dari aksesori mode. Setelah merasakan kepraktisan dan kenyamanan penggunaan arloji saat berperang semasa Perang Dunia I, para laki-laki lalu tertarik dengan tren inovatif. Yang semula menjadi pernyataan mode bagi perempuan beradab, arloji kemudian menjadi pernyataan mode bagi laki-laki yang berkuasa. McCrossen menilai orang kaya tertarik pada inovasi mekanisme waktu karena ada persepsi psikologis mengenai kemampuan kontrol atau mengendalikan.
Ini sejalan dengan penelitian Guru Besar Psikologi David A Ellis dan Rob Jenkins dari University of Bath, Inggris. Keduanya menemukan para pengguna arloji memiliki tingkat kesadaran lebih tinggi ketimbang mereka yang tak mengenakan arloji. Tingkat kesadaran yang tinggi terkait dengan stabilitas emosional yang lebih baik, lebih terorganisasi, dan lebih tepat waktu. Dan, ini terkait pula dengan orang yang berpenghasilan tinggi dan berprestasi.
Tetapi, mereka yang terobsesi mengendalikan waktu tak bisa menikmati waktu yang ada. Sementara mereka yang tak memakai arloji, lebih bahagia dan tidak stres karena bisa menikmati waktu.
Mengenakan arloji atau jam saku mahal atau murah mungkin saja penting baik itu sebagai cara untuk mengendalikan waktu, menyenangkan diri sendiri atau upaya menunjukkan status sosial ekonomi pada orang lain. Tetapi, arloji sesekali harus dilepas agar bisa menikmati waktu, here and now. Uang tidak akan terbatas dan akan selalu tersedia. Tetapi, waktu itu sangat terbatas. Jika tak dimanfaatkan dengan baik, waktu bisa berlalu begitu saja dan kita tidak akan pernah bisa memutar waktu kembali.