Dari sisi jumlah tentara dan persenjataan, Ukraina kalah dari Rusia. Namun, Ukraina kali ini akan lebih siap melawan, setidaknya jika dibandingkan tahun 2014, berkat bantuan aneka ragam persenjataan dari Barat.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Jika membandingkan kekuatan militer antara Rusia dan Ukraina, dari sisi jumlah pasukan dan persenjataan Ukraina jelas kalah dari Rusia. Namun, para ahli militer memperkirakan Ukraina akan mampu memberikan perlawanan yang sama-sama dahsyatnya dengan Rusia. Pasukan Ukraina kini sudah lebih terlatih dan diperlengkapi persenjataan lebih komplet dibandingkan tahun 2014 ketika Rusia merebut Semenanjung Crimea dari Ukraina. Waktu itu Ukraina tanpa perlawanan. Kini Ukraina tak seperti dulu lagi.
Terkait kuantitas atau jumlah tentara dan persenjataan, Ukraina tak sekuat Rusia. Jumlah pasukan Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina diperkirakan mencapai 100.000 orang. Rusia juga sudah memindahkan sebagian pasukan ke Belarus, utara Ukraina, untuk latihan militer. Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) di London, Rusia mempunyai sedikitnya 280.000 tentara. Jika seluruh angkatan bersenjatanya digabungkan, jumlahnya 900.000 orang. Untuk tank tempur, Rusia punya sampai 2.840 unit. Ini tiga banding satu dengan tank tempur Ukraina.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy baru-baru ini menandatangani dekrit langkah-langkah prioritas untuk memperkuat kemampuan pertahanan negara, daya tarik dinas militer, dan transisi bertahap menuju tentara profesional. Langkah-langkah ini diyakini akan bisa memperkuat pasukan keamanan menjadi 361.000 orang. Meski Ukraina melipatgandakan anggaran pertahanannya dari tahun 2010 hingga 2020, total pengeluaran untuk pertahanan pada 2020 hanya 4,3 miliar dollar AS atau sepersepuluh saja dari Rusia.
Analis militer mengatakan, pertahanan antipesawat dan antirudal Ukraina juga lemah. Infrastruktur penting militer Ukraina amat rentan diserang Rusia. Rusia juga disinyalir akan menggunakan keunggulannya dalam teknologi komunikasi untuk melumpuhkan komando, kendali, dan komunikasi musuhnya dengan mereka yang ada di lapangan.
Pasukan Ukraina punya pengalaman tempur di wilayah Donbass ketika mereka memerangi kelompok separatis dukungan Rusia sejak 2014. Ukraina juga memiliki sistem pertahanan udara jarak pendek dan persenjataan antitank, termasuk rudal Javelin yang dipasok Amerika Serikat yang akan membantu memperlambat pergerakan Rusia.
Ukraina juga punya unit pertahanan teritorial sukarela dan sekitar 900.000 tentara cadangan. Mayoritas mereka adalah pria dewasa yang telah mendapat pelatihan militer dasar. Tidak akan mudah bagi Rusia jika hendak menduduki wilayah Ukraina. Tantangan bagi Rusia juga akan lebih berat ketimbang perang Rusia sebelumnya setelah Uni Soviet runtuh, termasuk di Chechnya yang memisahkan diri pada 1990-an dan melawan Georgia pada 2008.
Negara-negara Barat berupaya membantu Ukraina dengan mengirimkan lebih banyak persenjataan ke Ukraina. AS tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina, tetapi sudah memberikan bantuan militer sejak 2014 hingga nilainya mencapai 2,5 miliar dollar AS. Bantuan dari AS itu termasuk rudal antitank Javelin, kapal patroli pantai, kendaraan Humvee, senapan sniper, pesawat tanpa awak pengintai, sistem radar, penglihatan malam, dan peralatan radio. Kiriman selanjutnya kemungkinan rudal antipesawat Stinger, senjata kecil, dan kapal.
Turki sudah menjual beberapa pesawat tanpa awak Bayraktar TB2 ke Ukraina dan itu sudah digunakan untuk melawan kelompok separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur. Sementara Inggris sudah memasok Ukraina dengan 2.000 rudal antitank jarak pendek, Januari lalu, dan mengirim spesialis Inggris untuk memberikan pelatihan kepada pasukan Ukraina. Inggris juga mengirimkan kendaraan lapis baja Saxon.
Estonia mengirimkan rudal Javelin. Latvia dan Lituania menyediakan rudal Stinger. Ceko berencana menyumbangkan amunisi artileri 152 milimeter. Jerman tidak mengirimkan persenjataan, tetapi ikut membiayai rumah sakit lapangan senilai 6 juta dollar AS dan memberikan pelatihan.
Tak yakin invasi total
Banyak pengamat militer tidak yakin Rusia akan menginvasi total Ukraina karena akan membutuhkan waktu yang lama dan pasti akan kacau dengan banyak korban. Rusia kemungkinan akan lebih memilih menyerang dengan serangan udara dan atau merampas wilayah tertentu ketimbang harus perang habis-habisan, termasuk pertempuran di kota-kota besar. Salah satu pilihan bagi Rusia adalah merangsek ke selatan dan barat dari wilayah Donbass, Ukraina timur, yang sudah dikendalikan pasukan pro-Rusia, untuk terhubung dengan Crimea dan Laut Hitam.
Ada juga kemungkinan lain, yakni pasukan di Belarus bisa melintasi perbatasan utara Ukraina sebagai bagian dari serangan. Namun, ada kemungkinan langkah-langkah yang diambil Presiden Rusia Vladimir Putin akan dipertanyakan rakyatnya sendiri karena ia mengobarkan perang dengan sesama bangsa Slavia. Sentimen anti-Rusia pun menguat di Ukraina. Rusia sudah mendapatkan sanksi karena memindahkan pasukan ke wilayah yang dikuasai kelompok separatis di Ukraina dan kemungkinan besar Rusia akan menghadapi sanksi yang jauh lebih keras jika betul-betul total menginvasi Ukraina. (REUTERS)