Putin-Biden Segera Berkomunikasi Terkait Krisis Rusia-NATO
Upaya diplomasi Presiden Perancis Emmanuel Macron membuahkan rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan dua figur sentral dalam krisis Rusia-NATO akan menentukan.
PARIS, SENIN - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan bertemu dalam waktu dekat guna membahas krisis NATO-Rusia. Rencana pertemuan dua figur sentral dalam krisis yang berlokasi di perbatasan Ukraina-Rusia itu diinisiasi Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Pada Minggu (20/2/2022) malam waktu Paris atau Senin dini hari WIB, Istana Elysée mengumumkan bahwa Macron telah menelepon sejumlah mitra. Ia menghubungi Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Baca juga AS Desak Rusia Tarik Pasukan, Kremlin: Tentara Rusia Bergerak di Tanah Sendiri
Menurut Elysée, Biden-Putin setuju atas usulan Macron untuk kembali bertemu bersama beberapa pihak lain membahas keamanan dan stabilitas Eropa. Sejak Juni 2021, Biden-Putin sudah beberapa kali berkomunikasi, baik bertemu langsung maupun lewat telepon dan telekonferensi. Keduanya terakhir berbincang melalui telepon pada 12 Februari 2022. Tak ada titik temu dalam semua pembicaraan mereka.
Macron juga sudah beberapa kali melakukan safari diplomasi untuk mengupayakan resolusi bagi krisis Rusia-NATO. Hal senada dilakukan Kanselir Jerman Olaf Scholz. Sejauh ini, upaya pemimpin dua negara terkaya Uni Eropa itu belum berhasil meredakan ketegangan di Ukraina.
Guna menyiapkan pertemuan Putin-Biden, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menlu AS Antony Blinken akan bertemu pada Kamis (24/2/2022). Pekan lalu, keduanya sama-sama mengumumkan akan bertemu di salah satu negara Eropa pada pekan ini. Sampai sekarang, belum diketahui di mana mereka akan berjumpa.
Sebagai prasyarat agar pertemuan bisa digelar, Macron meminta Putin agar Rusia tidak menyerbu Ukraina. Dengan kata lain, Macron mencoba mencegah perang, setidaknya sampai pertemuan terwujud. Mempertimbangkan berbagai persiapan, pertemuan itu paling cepat terselenggara akhir pekan ini.
Sementara Putin tetap pada aspirasi yang telah disampaikan selama ini. Ia meminta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberi jaminan nyata dan mengikat untuk keamanan bersama di Eropa. Sejak Desember 2021, Putin telah meminta itu. Sampai sekarang, NATO menolaknya.
Moskwa meminta NATO tidak terus menambah anggota dan menempatkan persenjataan di Eropa Timur. Moskwa juga meminta NATO menarik seluruh persenjataannya dari Eropa Timur dan Eropa Tengah.
Di tengah upaya diplomasi elit untuk de-eskalasi tersebut, baku tembak di Ukraina timur masih terus berlangsung. Tentara Ukraina dan milisi pro-Rusia di Donetsk-Lugansk saling tuding soal penembakkan artileri. Milisi Lugansk dan Donetsk menuding Kiev melancarkan sedikitnya 50 serangan altileri. Sebaliknya, Kiev menuding milisi menyerang 53 kali.
Jumlah serangan pada Sabtu dan Minggu menurun drastis dibandingkan Kamis (17/2/2022). Menurut laporan Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE), ada 1.500 serangan oleh kedua belah pihak sepanjang Kamis. Belum pernah ada intensitas setinggi itu sejak Kesepakatan Minks, yang antara lain memerintahkan gencatan senjata di Ukraina Timur, disetujui pada 2015 dan 2019.
Baca juga Manuver Barat untuk Menghasut Putin
Kepada Macron dan dalam pidato di Konferensi Keamanan Munich akhir pekan lalu, Zelenskyy membahas dampak peningkatan baku tembak itu. Setidaknya satu perwira Ukraina tewas akibat ketegangan pada pekan lalu.
Ia juga mengkritik NATO dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) soal Ukraina. “PBB, yang seharusnya membela perdamaian dan keamanan dunia, gagal mempertahankan diri, kala piagamnya dilanggar, kala salah satu anggota tetap Dewan Keamanannya mencaplok wilayah negara lain,” ujarnya.
Arsitektur keamanan Eropa dan dunia sudah hampir hancur. Mengingat sudah terlambat memperbaiki, maka perlu memikirkan sistem baru sebelum ada korban baru.
Menurut dia, arsitektur keamanan Eropa dan dunia sudah hampir hancur. Mengingat sudah terlambat memperbaiki, maka perlu memikirkan sistem baru sebelum ada korban baru. Meski berterima kasih atas kucuran senjata dari anggota NATO, Zelenskyy mengecam beberapa anggota NATO yang konsisten mengumumkan tanggal serbuan Rusia ke Ukraina.
Ia merujuk pada penyataan AS dan sejumlah anggota NATO yang berulang kali memperkirakan tanggal penyerbuan Rusia ke Ukraina. Terbukti, semua taksiran itu tidak terjadi. “Kalau benar-benar mau menolong Ukraina, sama sekali tidak penting untuk membahas kemungkinan tanggal serbuan. Kami akan mempertahankan tanah air kami pada 16 Februari, 1 Maret, atau 31 Desember,” kata dia.
Masih dari pertemuan di Munich, Zelenskyy juga meminta NATO bersikap tegas soal permintaan Kiev menjadi anggota aliansi militer itu. “Mereka bilang pintu terbuka, ternyata hanya bagi yang memiliki akses. Jika sebagian atau seluruh anggota aliansi mau atau tidak mau melihat kami (menjadi anggota NATO), jujur saja. Kami perlu jawaban, bukan dibiarkan bertanya bertahun-tahun,” kata dia.
Presiden AS George W Bush pertama kali mengumumkan soal peluang Ukraina menjadi anggota NATO pada 2008. Sampai sekarang, Kiev tetap bukan anggota NATO. Sementara Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia masuk NATO tanpa perlu menunggu tanpa kepastian selama 13 tahun seperti Ukraina.
Pada 2002, NATO mengumumkan Estonia, Latvia, Lithuania, dan Romania akan menjadi anggota baru. Mereka menyusul Bulgaria dan Polandia yang lebih dulu bergabung dengan NATO. Ini mendekatkan perbatasan NATO dengan Rusia. Kini, negara-negara itu menampung puluhan ribu tentara AS dan sejumlah anggota NATO lainnya. Tentara itu dilengkapi aneka persenjataan hingga jet tempur.
Meski demikian, keempat negara yang disebut sebagai Sayap Timur NATO itu sedang cemas. Dengan 30.000 tentara di Belarus, sedikitnya 20 kapal perang di Laut Baltik, dan aneka rudal di sepanjang perbatasan timurnya, Rusia praktis mengepung empat anggota NATO dari darat dan laut.
Kapal-kapal perang dan kapal pendukung milik Rusia berada di Laut Baltik sejak Desember 2021 dengan alasan latihan. Alasan serupa dipakai Rusia dalam menempatkan 30.000 tentara dan aneka persenjataan di Belarus.
NATO sebenarnya memakai alasan serupa untuk menempatkan puluhan ribu tentara di Estonia. Pada akhir Januari 2022, NATO menggelar latihan gabungan di Estonia yang perbatasan timurnya berjarak tidak sampai 200 kilometer dari St Petersburg dan tidak sampai 700 kilometer dari Moskwa.
Baca juga Putin Minta Jaminan NATO Tak Merangsek ke Eropa Timur
Selepas latihan, sebagian tentara NATO ditarik dari Estonia. Sebaliknya, Belarus mengumumkan seluruh tentara Rusia akan terus melanjutkan latihan. Seluruh persenjataan Rusia di Belarus juga akan dipertahankan.
Rusia juga mempertahankan seluruh tentaranya di perbatasan Ukraina serta Laut Azov dan Laut Hitam. Di Laut Hitam, Moskwa menempatkan sejumlah kapal perang. Di laut itu, Rusia berhadapan dengan Turki, Bulgaria, dan Romania yang merupakan anggota NATO. Sepanjang Januari 2022, Turki berkali-kali membiarkan armada Rusia bolak-balik Laut Hitam-Laut Tengah melalui Selat Bosphorus. (AFP/REUTERS/RAZ)