Letupan Terus Berlangsung, Rakyat Ukraina Masih Hidup Normal
Letupan di Ukraina timur terus berlangsung. Namun kehidupan warga di negara itu secara umum masih tetap berjalan normal. Sementara, sejumlah upaya diplomasi oleh beberapa pemimpin terus ditempuh.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
KIEV, SABTU – Situasi di Ukraina timur masih mengkhawatirkan dengan sejumlah letupan di daerah pro-Rusia, yakni Donetsk dan Lugansk. Ini menimbulkan kekhawatiran pada warga di daerah Ukraina Timur yang berbatasan dengan Rusia. Namun kegiatan masyarakat Ukraina secara umum masih berjalan normal.
Mikhail Kharchuk, warga Kota Kiev, Ukraina, yang dihubungi pada Minggu (20/2/2020), menyatakan, bahwa kegiatan masyarakat masih berjalan normal. Namun ia mengakui bahwa dalam sepekan terakhir kekhawatiran masyarakat mulai muncul, kebanyakan dipicu berita di media.
Menurut pegawai bank tersebut pada 13 Februari, warga masih berbelanja, bercengkerama di kafe, berolahraga, dan lain-lain. Tidak tampak suasana panik di jalanan. ”Namun situasi memang lebih buruk di Ukraina timur. Orang tua isteri saya tinggal di timur, tak jauh dari lokasi konflik. Mereka bilang, ledakan makin sering terjadi dalam beberapa hari terakhir. Namun mereka (mertua) memilih untuk tetap tinggal di sana,” kata Kharchuk.
Di balik kehidupan sosial yang normal, Kharchuk menambahkan, sejumlah persiapan untuk mengantisipasi berbagai eskalasi dilakukan. Selain langkah-langkah oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah mengorganisasi sejumlah kelompok relawan yang di sejumlah kota.
Bicara soal ekspektasi masyarakat, menurut Kharchuk, situasi campur aduk. Sebagian masyarakat Ukraina meyakini Rusia akan menyerang. Sebagian lagi tidak yakin Rusia akan menyerang dengan alasan itu juga berisiko besar bagi Rusia. Namun ini pun tidak menutup kemungkinan konflik bisa terjadi.
”Tapi sekali lagi, tidak ada kepanikan karena itu. Namun ada satu ekspektasi yang jamak di masyarakat, yakni adanya persepsi bahwa manuver Rusia di perbatasan tidak hanya akan terjadi kali ini saja tetapi akan terus berlangsung ke depan,” kata mantan wartawan itu.
BBC News dalam laporannya tiga hari lalu dari koresponden di kota perbatasan Mariupol menyebutkan kehidupan sehari-hari di kota Mariupol, Ukraina Timur, berjalan normal. Di Mariupol banyak monumen yang mengenang zaman perang era Soviet dan konflik tahun 2015.
Rakyat Ukraina dilaporkan tak mau lagi mundur kembali ke zaman perang. Sebagian warga pun tak percaya akan pecah perang antara Rusia dan Ukraina. "Itu semua hanya ada di pikiran saja. Tidak akan ada yang menyerang. Tidak semua orang bisa dibodohi dengan informasi itu," kata Tatiana (74), warga Mariupol, kepada BBC.
Beberapa barang yang harus disiapkan antara lain tas ransel, dokumen penting, uang tunai dan kartu debit atau kredit, peralatan P3K, makanan, minuman, dan peralatan masak darurat.
Guna mengantisipasi apabila pecah perang Rusia-Ukraina, pemerintah dan perusahaan di Ukraina sudah mengeluarkan instruksi baik lisan maupun tulisan yang sifatnya informatif. Bahkan ini sudah dilakukan jauh-jauh hari. Pada brosur dari Pusat Media Krisis Ukraina, 23 Juni 2021, disebutkan saran-saran praktis atau tips-tips apa yang harus dilakukan ketika berada dalam situasi darurat perang.
Tips-tipsnya antara lain perlengkapan atau peralatan yang harus disiapkan dan mencegah menjadi korban informasi yang keliru. Beberapa barang yang harus disiapkan antara lain tas ransel, dokumen penting, uang tunai dan kartu debit atau kredit, peralatan P3K, makanan, minuman, dan peralatan masak darurat. Bahkan ada pula anjuran membawa senter, korek api, baterai, selotip, lem, lilin, pisau serba guna, plastik sampah, bahkan kondom.
Sebagai upaya diplomasi terakhir untuk mencegah serangan Rusia ke Ukraina, Presiden Perancis Emmanuel Macron berkomunikasi dengan Putin via telepon selama 105 menit, Minggu (20/2/2020), untuk membahas situasi di Ukraina. Ini merupakan tindak lanjut dari upaya Macron membujuk Putin menahan pasukannya mendekati perbatasan, dua pekan lalu.
Macron berbicara dengan Putin sehari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menghubungi Macron dan menegaskan pihaknya tidak akan menanggapi "provokasi" Rusia dan akan tetap mau berdialog dengan Rusia. "Kita tidak perlu panik," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, juga mengingatkan agar semua pihak tidak menduga-duga atau berasumsi Rusia akan menyerang Ukraina. Ia mengendurkan retorika Amerika Serikat setelah AS memperingatkan akan terjadinya serangan hebat Rusia ke Ukraina. "Kita belum tahu apakah Rusia sudah memutuskan akan menyerang Ukraina atau tidak. Tetapi ancaman terhadap Ukraina memang sangat nyata," ujarnya.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menegaskan prediksi Barat yang berulang-ulang bahwa Rusia akan menyerang Ukraina itu provokatif dan bisa memberi konsekuensi yang merugikan. Rusia berulangkali membantah pernyataan AS soal ancaman invasi itu.
Presiden AS, Joe Biden, Jumat lalu, masih meyakini Putin sudah memutuskan akan menyerang Ukraina dan Rusia diperkirakan akan masuk Ukraina beberapa hari mendatang. "Ini yang membuat situasi semakin tegang. Kalau sudah begini, jika ada sedikit saja insiden yang tidak direncanakan atau provokasi apapun di perbatasan, konsekuensinya bisa parah," ujar Peskov. (REUTERS/AFP)