Washington Panen Miliaran Dollar AS di Tengah Krisis Rusia-Ukraina
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan penjualan 250 tank Abrams M1 senilai 6 miliar dollar AS ke Polandia. Kantong AS juga bertambah dari hasil penjualan gas alam ke Eropa.
WARSAWA, SABTU — Krisis Rusia-Ukraina membuat Amerika Serikat sukses menjual senjata dan gas alam bernilai miliaran dollar AS ke Eropa. Di sisi lain, Washington juga harus mengeluarkan miliaran dollar AS untuk aktivitas militer gara-gara krisis itu.
Di sela-sela lawatan ke Polandia, Jumat (18/2/2022), Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan penjualan 250 tank Abrams M1 senilai 6 miliar dollar AS ke Polandia. Penjualan itu disebut akan meningkatkan kekuatan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sayap timur.
Sebelum kontrak 6 miliar dollar AS itu, Warsawa-Washington telah menyepakati penjualan 32 jet tempur F-35 senilai 6,5 miliar dollar AS pada 2019. Kini, Warsawa masih terus menuntaskan perundingan teknis penjualan puluhan jet tempur dan ratusan tank itu. Butuh beberapa tahun lagi sampai seluruh persenjataan itu lengkap diterima Polandia.
Baca juga : AS Desak Rusia Tarik Pasukan, Kremlin: Tentara Rusia Bergerak di Tanah Sendiri
Sementara menunggu penyelesaian kontrak jual-beli itu, AS menempatkan 16 jet F-15 dan 9.700 tentara di Polandia. Denmark juga menempatkan empat F-16 di negara yang berbatasan dengan Ukraina itu.
Bukan hanya kontrak persenjataan, kantong AS juga bertambah dari hasil penjualan gas alam ke Eropa. Bloomberg dan Wall Street Journal melaporkan, keseluruhan dari tujuh pelabuhan gas alam AS sibuk sejak beberapa bulan terakhir. Selama Desember-Januari lalu, hingga 61 persen gas alam AS ditujukan ke Eropa.
Pada Januari 2022 saja, AS mengekspor 4,4 juta ton gas alam ke Eropa. Sebelumnya, sebagaimana dicatat Refinitiv, lembaga pemantau pasar komoditas, pasokan gas AS ke Eropa rata-rata di bawah 3 juta ton per bulan. Masih menurut Bloomberg dan Wall Street Journal serta Reuters, krisis Rusia-Ukraina berkontribusi pada lonjakan ekspor gas alam AS ke Eropa.
Selama bertahun-tahun, hingga 40 persen gas alam dan minyak Eropa dipasok Rusia. Pasokan gas Rusia ke Eropa dilakukan terutama melalui pipa yang melewati Ukraina. Krisis Moskwa-Kiev membuat pasar khawatir ada gangguan pasokan minyak dan gas dari Rusia.
Biaya keluar
AS tidak hanya mendapatkan uang dari Eropa. Presiden AS Joe Biden pada Jumat (18/2/2022) di Washington kembali mengungkap kucuran dana besar ke Eropa. ”Tahun lalu, AS menyediakan jumlah besar untuk memperkuat pertahanan Ukraina, 650 juta dollar AS, mulai dari (rudal antitank) Javelin sampai amunisi. Juga menyediakan bantuan kemanusiaan senilai 500 juta dollar AS. Pekan ini, ada pinjaman siaga senilai 1 miliar dollar AS untuk memperkuat perekonomian Ukraina,” ujarnya.
Baca juga : Ukraina Timur Semakin Tegang, Rusia Bersiap Uji Rudal Balistik
Sejak 2014, Washington telah mengucurkan sedikitnya 2,5 miliar dollar AS untuk membantu pertahanan Kiev. AS juga mengeluarkan banyak uang untuk menempatkan hampir 100.000 tentara dan aneka persenjataan di Eropa.
Dalam beberapa pekan ini saja, AS mengirimkan tambahan 4.700 tentara ke Polandia, 2.000 tentara ke Romania, 600 tentara ke Jerman, dan 200 tentara ke Bulgaria. Negara-negara sekutu AS di NATO juga mengerahkan puluhan ribu tentara ke berbagai negara di sekitar Ukraina dan Rusia.
Seorang pejabat Kedutaan Besar AS di Jakarta berkeras, pengerahan tentara AS dan sekutunya di Eropa Timur tidak bisa dijadikan Moskwa sebagai bentuk ancaman keamanan terhadap Rusia. Karena itu, Washington menuntut Moskwa menarik pasukannya dari wilayah Rusia yang berdekatan dengan Ukraina. Tuntutan serupa disampaikan Kremlin kepada NATO agar menarik pasukan mereka dari sekitar Ukraina dan Rusia.
Biden dan para pejabat AS meyakini, pengerahan pasukan itu merupakan bagian dari persiapan Rusia menyerbu Ukraina. Bahkan, Biden yakin, Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan soal serbuan itu. ”Kami punya alasan memercayai itu,” ujarnya di Washington DC, AS, Jumat (18/2/2022), tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Di sisi lain, Biden juga meyakini, Putin tidak akan menggunakan persenjataan nuklir Rusia dalam krisis ini. ”Saya tidak berpikir dia mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir. Saya berpikir, dia berusaha meyakinkan dunia atas kemampuannya mengubah dinamika di Eropa, padahal dia tidak mampu,” katanya.
Baca juga : Negosiasi Alot, Krisis Rusia-NATO Bisa Lama
Keyakinan AS bahwa Rusia pasti menyerbu Ukraina bolak-balik disanggah berbagai pihak di Ukraina. Setelah menyambangi Ukraina timur yang menjadi pusat konflik, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan sudah ada korban pernyataan berulang oleh Barat soal serbuan Rusia ke Ukraina. Perekonomian Ukraina makin terpukul karena kecemasan atas potensi serbuan. Meski demikian, ia juga meyakini, Rusia berusaha membuat Ukraina terus tertekan.
Menurut Center for Defense Strategies, lembaga kajian di Kiev, tidak ada indikasi Rusia akan melancarkan serbuan besar-besaran ke Ukraina. Bahkan, penempatan ratusan ribu tentara di perbatasan Rusia-Ukraina sekalipun tidak menunjukkan indikasi peluang serbuan.
”Pasukan Rusia di perbatasan tidak cukup untuk melancarkan operasi besar guna menguasai sebagian besar Ukraina. Tidak ada tanda mobilisasi besar-besaran mempersiapkan perang,” demikian dinyatakan dalam laporan lembaga itu. (AFP/REUTERS)