Suka-Duka Pekerja Olimpiade Musim Dingin Terkungkung dalam Gelembung
Jika para atlet membawa peralatan tanding atau lomba ke Beijing untuk menjadi yang tercepat dan terbaik, para pekerja dan buruh Olimpiade di gelembung ini adalah orang yang memperlancar hajatan olahraga itu.
Cathy Chen tengah membayangkan dirinya berada seperti dalam adegan opera sabun yang biasa ditayangkan di televisi: memeluk suaminya dengan erat selepas turun dari pesawat asal Beijing. Chen sudah tinggal berjauhan dari keluarganya selama beberapa bulan. Selain memeluk suami, dia juga mendekap erat-erat dua putri kecilnya. Namun, adegan itu hanya dalam bayangan di benaknya.
”Aku membayangkan ketika kami kembali bersama dan aku tidak bisa mengendalikan diri,” ujar Chen.
Saat tahun baru, Chen memisahkan diri dari keramaian untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada sang suami, Isaac, dan kedua putrinya, Kiiara yang baru berusia enam tahun dan Sia yang baru berusia 18 bulan. Isaac, Kiiara, dan Sia berkumpul bersama keluarga besarnya untuk merayakan tahun baru dan makan malam bersama. Sebagai obat kangen, Chen menyimpan tangkapan foto tangkapan layar dari video-call mereka sebelumnya.
Dia juga menyimpan foto mereka berempat yang diambil pada 26 Desember ketika Chen pamit untuk terbang ke Beijing.
Lihat juga foto-foto : Aksi Atlet-atlet di Olimpiade Musim Dingin 2022
Chen adalah salah satu dari 50.000 warga yang bekerja dalam gelembung Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Sepanjang 24 jam, hampir dua bulan terakhir, mereka berkegiatan dalam arena yang tertutup rapat tak ubahnya seperti dikelilingi Tembok Besar China. Langkah itu untuk mencegah penyebarluasan virus SARS-CoV-2 yang masih menjadi momok bagi setiap negara di dunia. Di sana, di dalam gelembung itu, puluhan ribu pekerja tersebut terkunci rapat dengan atlet dan tim pendukungnya.
Menyediakan makanan bagi ribuan atlet dan pendukungnya, membersihkan arena pertandingan dan sarana pendukung, menjadi tulang punggung distribusi logistik, hingga merawat mereka yang sakit menjadi tanggung jawab puluhan ribu tenaga kerja yang direkrut dari seluruh pelosok daratan China. Saat para atlet bertarung di berbagai arena untuk sebuah kenangan sepanjang kariernya, para pekerja itu terpaksa meninggalkan keluarganya.
Pengorbanan lebih besar bagi para pekerja adalah ketika mereka terpaksa merayakan Tahun Baru Imlek, liburan tahunan terbesar dan paling berharga di China, untuk melayani tamu-tamu negara. Ketika orang-orang yang mereka cintai merayakan datangnya Tahun Macan, Chen dan puluhan ribu pekerja Olimpiade hanya bisa berhubungan dengan sanak saudaranya dengan menatap layar gawai pintar mereka, melalui video-call.
Dijaga ketat
Gelembung Olimpiade itu sangat tertutup. Pemerintah China dan penyelenggara Olimpiade membangun pagar yang membatasi kehidupan di dalam gelembung dari dunia luar. Di dalamnya setiap saat polisi berpatroli untuk menjaga situasi, ditambah kamera keamanan di setiap sudut gelembung untuk menjadi ”mata” penyelenggara.
Baca juga : Olimpiade Musim Dingin Front Baru Perseteruan China Vs AS
Hampir di setiap ruang, penyemprot disinfektan berbentuk uap menyala selama 24 jam. Orang-orang yang berada di dalam gelembung pun wajib melakukan tes setiap hari, tanpa kecuali, untuk mencegah penularan yang tidak terkendali. Setiap orang yang diketahui terpapar akan diisolasi selama 10 hari di lokasi terpisah. Setelah 10 hari, mereka wajib melakukan tes lagi selama tiga hari berturut-turut untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar sudah negatif dari virus sebelum kembali beraktivitas dalam gelembung.
Di China, menjadi satu-satunya partai yang berkuasa, Partai Komunis China tidak memberi peluang bagi pekerja atau buruh untuk berorganisasi secara independen, termasuk membentuk serikat pekerja independen. Ujungnya, tidak ada keluhan publik tentang kondisi perburuhan di dalam gelembung Olimpiade.
Para pekerja yang ada di dalam gelembung itu melakukan pekerjaan berulang-ulang, terus-menerus, dan bahkan berminggu-minggu tanpa libur. Batalion pembersih, salah satu ujung tombak ”sanitasi” di masa pandemi seperti sekarang ini, terus-menerus menyeka dan mendisinfeksi permukaan meja, kursi, dan apa yang ada di sekeliling mereka.
Ribuan dokter ditugaskan untuk mengambil sampel air liur dari tenggorokan atau hidung ”warga” gelembung setiap hari. Sukarelawan berjaga di pintu masuk dan keluar, sambil mencatat serta melacak nomor pengenal Olimpiade para warga.
Lupa waktu
Gelembung itu mulai beroperasi pada 4 Januari 2022, sebulan sebelum pembukaan. Setelah lima minggu puluhan ribu pekerja hidup di sana selama 24 jam, hal yang paling kritis yang dikatakan para pekerja itu adalah bahwa mereka lupa waktu. Setiap hari mirip satu sama lain. Mereka merindukan jeda mengonsumsi makanan kantin, yang mungkin terlalu hambar bagi sebagian dari mereka dari daerah, terutama ketika makanan mereka di daerah sangat ramah dengan bumbu.
Semua orang setuju bahwa para pekerja tersebut adalah orang-orang istimewa, tidak peduli seberapa kecil porsi kerja yang dilakukannya. Semua orang juga menuturkan bahwa mengisolasi mereka dari dunia luar adalah pengorbanan untuk mencegah virus korona menerobos pagar pembatas, menyebar ke keluarga, teman, dan semua orang sekeliling mereka. Lebih dari 1,2 juta tes telah menghasilkan 426 positif hingga hari ke-8 penyelenggaraan. Tetapi, tidak ada laporan kontaminasi yang bocor dari gelembung Olimpiade.
Kisah pekerja
Ketika mendapat tawaran untuk bekerja selama Olimpiade di Beijing, Chen sempat ragu, terutama karena ia harus berpisah lama dengan orang-orang yang dicintainya, terutama putri bungsunya. Akan tetapi, dengan kesempatan untuk berbaur dengan wajah-wajah baru dari luar negeri dan mempromosikan produk serta perusahaan farmasi tempat dia bekerja selama hajatan olahraga musim dingin itu berlangsung, ia tak kuasa menolak tawaran tersebut.
Selain itu, dia tidak memungkiri harapan mendapat gaji tiga kali lipat karena bekerja selama liburan pada perayaan Tahun Baru Imlek. ”Bos senang karena itu pekerjaan sulit,” ujar Chen.
Baca juga : Boikot Olimpiade Musim Dingin di Beijing, AS Diingatkan Potensi Balasan China di Olimpiade 2028
Dibandingkan dengan Chen, pekerjaan yang dilakukan Dong Jingge, seorang sukarelawan, mungkin tidak menarik: menjaga pintu ruang makan, menghitung jumlah orang yang masuk dan keluar ruangan, serta selalu mengingatkan mereka untuk mencuci tangan atau menyemprotkan cairan disinfektan ke tangan mereka. Walau sederhana, interaksi dengan orang dari berbagai negara telah meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris-nya.
Akan tetapi, sejauh ini yang paling membanggakan mahasiswa berusia 21 itu adalah pertemuan dengan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach dan mendapatkan pin kecil cincin Olimpiade yang disematkan di kerahnya.
Jingge menceritakan hal itu kepada sang ibu. Ia senang bisa membuat ibunya bangga. Bagi Jingge, itu adalah momen yang berharga, langka, dan tidak terlupakan. Bahkan, dia tak sabar ikut ambil bagian dalam Paralimpiade Musim Dingin, yang akan dimulai tak lama setelah Olimpiade Musim Dingin usai.
Sementara bagi Li Hong, yang berada di balik kemudi kendaraan, berada di gelembung adalah mimpinya. Dengan upah di bawah 80 dollar AS per hari, ia sudah bangga bisa mengantar pengunjung dan pekerja menuju ke berbagai lokasi di dalam gelembung selama hampir dua bulan terakhir.
”Saya berkata kepada diri sendiri, saya berusia di atas 50 tahun. Dalam hidup saya, saya harus melayani negara. Rasanya luar biasa,” kata Hong. Dia juga berharap, perannya itu bisa mempermudahnya bergabung dengan Partai Komunis China.
Chen belum memutuskan, apakah akan melanjutkan perannya di gelembung Olimpiade Musim Dingin ini atau tidak. Namun, setelah dua bulan penuh tidak bertemu dengan orang-orang terkasihnya, yang terpikirkan saat ini adalah reuni dengan mereka. ”Saya tidak sabar menunggu satu hari lagi. Saya sangat merindukan mereka, terutama Sia,” ujarnya. (AP)