Jet F-22 Tiba, AS Tambah Kekuatan di Uni Emirat Arab
Pengiriman kapal perang dan jet tempur merupakan jalan tengah sengketa AS-UEA. Mereka berselisih setelah pemerintahan Joe Biden tidak memproses kesepakatan penjualan senjata senilai 23 miliar dollar AS.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
ABU DHABI, MINGGU — Janji Amerika Serikat membantu pertahanan Uni Emirat Arab diwujudkan pada Sabtu (12/2/2022). Sejumlah pihak melaporkan, enam jet tempur F-22 dari Virginia telah tiba di Pangkalan Al-Dhafra di Abu Dhabi. Perancis juga dikabarkan akan menempatkan tujuh jet tempur Rafale di UEA.
Angkatan Udara AS hanya mengumumkan pengiriman F-22 ke UEA. Tidak diungkap jumlah pesawatnya. ”Kedatangan jet ini adalah bagian dari dukungan AS setelah serangkaian serangan yang mengancam AS dan UEA sepanjang Januari,” demikian pernyataan AU AS.
Pengerahan itu, lanjut AU AS, juga mewujudkan perintah Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin. Perintah dikeluarkan setelah Austin berkomunikasi dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Mohammed bin Zayed al Nahyan.
Jet-jet itu berangkat dari Pangkalan Langley-Eustis di Virginia. Secara resmi, AU AS tidak mengungkap jumlahnya. Sementara sejumlah pihak melaporkan ada enam jet tiba Al-Dhafra, pangkalan yang menampung hingga 2.000 tentara AS dan aneka persenjataan.
Selain enam F-22, AS juga menempatkan kapal perusak USS Cole di perairan UEA. Kapal yang dilengkapi rudal itu akan membantu meningkatkan pertahanan UEA dari serangan udara.Bagi pengajar di School of Security Studies pada King’s College London, Andreas Krieg, pengiriman pesawat dan kapal perang itu bukan untuk kepentingan UEA. Pesawat dan kapal perang itu untuk menjaga aset-aset AS di sana. ”AS tak punya kepentingan kembali terlibat konflik di Timur Tengah, apalagi di Yaman,” katanya.
Selama beberapa bulan terakhir, sejumlah rudal dan pesawat nirawak dilepaskan dari Yaman menuju UEA. Sebagian rudal dan pesawat itu bisa dicegat di langit. Sebagian lagi menghantam berbagai sasaran di UEA. Pemberontak Houthi di Yaman antara lain menyasar pangkalan AS di UEA.
Pencegatan dilakukan oleh UEA dan pasukan AS di Al-Dhafra. AS menggunakan sistem pertahanan THAAD yang dipasang di Al Dhafra. Pentagon telah mengumumkan persetujuan membantu UEA mengisi ulang roket-roket pertahanan udaranya di tengah peningkatan serangan dari Yaman.
Pengiriman kapal perang dan jet tempur, penempatan tentara dan aneka persenjataan, serta pengisian ulang roket pertahanan udara merupakan jalan tengah sengketa AS-UEA. Mereka berselisih setelah pemerintahan Joe Biden tidak memproses kesepakatan penjualan senjata senilai 23 miliar dollar AS antara Washington dan Abu Dhabi. Kesepakatan itu ditandatangani pada masa pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump. AS setuju menjual 50 jet F-35 dan 18 pesawat nirawak kepada Abu Dhabi.
Karena tidak ada kejelasan proses, Abu Dhabi menghentikan perundingan penjualan itu. Salah satu faktor pengganjal kesepakatan itu adalah keberatan Israel. Kini Israel menjadi satu-satunya negara di Timur Tengah yang mengoperasikan F-35.
Perancis
Jika dengan AS terhenti, kesepakatan UEA dengan Perancis jalan terus. Paris setuju menjual 80 jet tempur Rafale generasi terbaru ke UEA. Penjualan ke UEA merupakan kesepakatan terbesar yang diraih Dassault, produsen Rafale.
Seperti AS, Perancis juga punya pangkalan di Abu Dhabi. Karena kedekatan itu, Menhan Perancis Florence Parly telah mengumumkan pengiriman Rafale untuk beroperasi di UEA. ”UEA adalah korban serangan serius sepanjang Januari. Untuk menunjukkan dukungan kepada negara sahabat, Perancis memutuskan menyediakan dukungan militer, khususnya untuk melindungi wilayah udara mereka dari berbagai penyusupan,” demikian diumumkan Parly pekan lalu.
Jet-jet Perancis akan dikerahkan untuk membantu melacak dan menghancurkan rudal dan pesawat nirawak yang mengarah ke UEA. Parly memastikan, Rafale hanya akan beroperasi di wilayah udara UEA. Sejauh ini, tujuh Rafale akan ditempatkan di Al-Dhafra. (AFP/REUTERS)