Kunjungi Pasifik, Blinken Ingin AS Perkuat Kukunya di Kawasan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin Kepulauan Pasifik pekan ini. Mencegah hegemoni China di kawasan jadi agenda utama Blinken
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
WASHINGTON, SENIN – Di tengah ketegangan situasi di perbatasan Ukraina-Rusia, Amerika Serikat juga membagi fokusnya ke kawasan Pasifik. Gedung Putih mengutus Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk berkunjung ke kawasan Pasifik untuk menegaskan kembali komitmen AS di kawasan ini, terutama untuk menghadapi hegemoni China di kawasan yang terus berkembang.
Blinken dijadwalkan lepas landas menuju ke Australia, Fiji dan Hawaii, Senin (7/2) waktu setempat. Ia dijadwalkan bertemu dengan sekutu-sekutu penting AS di kawasan, termasuk pertemuan dengan tiga negara anggota Quad, yaitu Australia, India, dan Jepang. Agenda pertemuan Quad di awal tahun 2022 ini diantaranya membahas upaya diplomatik dengan Korea Utara serta pembahasan soal kemungkinan pembangunan basis militer China di Pasifik.
Perjalanan Blinken ke kawasan Pasifik dilakukan beberapa hari setelah China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan strategis yang disebut tanpa batas. Kesepakatan itu dicapa dalam pertemuan bilateral sebelum pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, Jumat (4/2) pekan lalu. Hal itu menandai pernyataan paling rinci dan tegas kerja sama kedua negara menghadapi AS, untuk membangun tatanan internasional baru berdasarkan interpretasi kedua negara, termasuk masalah hak asasi manusia dan demokrasi.
Seperti halnya dengan Rusia, hubungan AS-China tengah berada pada titik terendah. Meski memiliki hubungan dagang saling bergantung, kedua negara kini berada pada posisi saling berhadapan dalam beberapa isu, mulai dari Hong Kong, Taiwan, perlakuan Beijing atas warga Uighur di Xinjiang, asal muasal Covid-19 hingga persoalan Laut China Selatan.
Pertemuan empat negara Quad yang direncanakan berlangsung di Melbourne, Australia, selain membicarakan soal China dan Korea Utara, Blinken dan sejawatnya direncanakan akan berbicara soal ketersediaan vaksin di kawasan Pasifik, termasuk Asia Tenggara dan juga soal iklim. Pertemuan puncak Quad rencananya akan diselenggarakan di Jepang, Mei tahun ini, dan akan dihadiri Presiden AS Joe Biden.
Menurut rencana, dalam pertemuan Blinken dengan Perdana Menteri Fiji dan para pemimpin Kepulauan Pasifik, persoalan iklim dan keamanan serta stabilitas kawasan akan menjadi agenda utama. Ambisi China untuk ikut bermain di kawasan ini juga kemungkinan akan muncul dalam pembicaraan tersebut.
Daniel Russel, mantan diplomat AS untuk wilayah Asia Timur pada masa pemerintahan Barrack Obama mengatakan, kecepatan dan jangkauan China ke Kepulauan Pasifik menjadi peringatan bagi Pemerintah AS saat ini.
Anggota parlemen Republik Kepulauan Pasifik Kiribia mengatakan, tahun lalu China telah menyusun rencana untuk meningkatkan landasan di salah satu pulau terpencilnya, sekitar 1860 mil atau 3000 kilometer dari Hawaii. Bila hal ini terealisasi, China akan menjejakkan kakinya jauh dari wilayah teritorialnya di kawasan yang selama ini menjadi hegemon AS.
Charles Edel, pakar Asia dan Australia di Center for Strategic and International Studies, mencatat, perjalanan Blinken menggarisbawahi pentingnya kawasan Indo-Pasifik bagi Washington. "Perjalanannya menggarisbawahi betapa pentingnya dan betapa menantangnya, bagi Washington, untuk mempertahankan fokus pada Indo-Pasifik," kata Edel.
Saat ini, untuk menjaga keterlibatanya di kawasan Indo-Pasifik, AS membentuk dua aliansi, yaitu AUKUS (bersama Inggris dan Australia) dan Quad. Namun, para analis menyatakan, keputusan mantan presiden AS Donald Trump untuk keluar dari kerangka kerja sama perdagangan Trans-Pasifik, yang dikenal sebagai Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), melemahkan keterlibatan AS di kawasan. Sebaliknya, banyak negara menganggap China menjadi mitra dagang utama mereka saat ini, mengesampingkan AS.
Apalagi, sampai sejauh ini belum ada tawaran menarik yang disampaikan oleh Biden atau tim ekonomi AS soal keterlibatan Negeri Paman Sam itu dalam persoalan ekonomi di kawasan. Meski Biden pada Oktober tahun lalu telah menyatakan pada para pemimpin Asia bahwa AS akan meluncurkan pembicaraan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik yang baru, hingga saat ini masih sangat sedikit detil yagn muncul. Banyak pihak menangkap kesan bahwa pemeritahan Biden enggan menawarkan peningkatan akses pasar yang diinginkan negara-negara Asia. (Reuters)