Pemerintah Perancis membentuk Forum Islam Perancis, menggantikan Dewan Kepercayaan Muslim Perancis. Pemerintah berharap, lembaga baru itu efektif memastikan Islam di Perancis sesuai demokrasi dan sekularisme negara itu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Pengunjung berkumpul di Menara Eiffel, di Paris, Rabu (9/6/2021). (AP Photo/Francois Mori)
PARIS, MINGGU – Presiden Perancis Emmanuel Macron membentuk Forum Islam Perancis. Ini adalah sebuah lembaga kajian serta advokasi Islam yang terbaru di negara tersebut. Tujuan pembentukannya adalah untuk memastikan Islam yang dipraktikkan di Perancis sesuai dengan azas demokrasi serta sekularisme negara itu.
Forum Islam Perancis resmi menggantikan Dewan Kepercayaan Muslim Perancis, sebuah lembaga yang dibentuk pada 2003 oleh Menteri Dalam Negeri saat itu, Nicolas Sarkozy. Dalam keterangan resmi disebutkan, semua anggota Forum Islam Perancis ditunjuk oleh pemerintah. Sebanyak 25 persen anggotanya adalah perempuan.
Forum ini meniru Konferensi Islam Jerman (DIK). Di dalamnya akan ada empat satuan kerja . Satuan kerja pertama menangani persoalan pelatihan dan pendidikan imam masjid. Satuan kerja kedua menangani perekrutan ustaz maupun pembimbing rohani di lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, dan militer. Satuan kerja ketiga menangani perencanaan keamanan masjid. Satuan kerja keempat menangani program antidiskriminasi terhadap umat Muslim.
“Perbedaan lain dari lembaga terdahulu ialah bahwa di forum ini kami menerapkan sistem yang terbuka dan inklusif. Kami mengusung diskusi dan memiliki pandangan bahwa Islam, baik di Perancis maupun dunia, sangat beragam dan harus diberi tempat untuk mengutarakan pendapat,” kata Menteri Dalam Negeri Perancis Gerald Darmanin kepada surat kabar Le Parisien, Sabtu (5/2/2022).
Darmanin menjelaskan bahwa Islam bukan lagi agama orang asing di Perancis. Islam telah menjadi salah satu agama yang diakui dan bagian identitas Perancis. Sebanyak 5 juta warga negara ini mengidentifikasi diri mereka sebagai muslim. “Oleh sebab itu, sebagai salah satu agama di Perancis, Islam di negara ini tidak bisa lagi menerima dana dari negara asing ataupun memiliki ideologi yang bertentangan dengan ideologi nasional,” tuturnya.
FM
Polisi Perancis memeriksa penumpang kereta api dari Amsterdam dan Brussel saat di stasiun Gare du Nord di Paris. Pemerintah Perancis menutup sementara perbatasannya bagi orang-orang yang datang dari luar Uni Eropa untuk mencegah penyebaran virus korona dan menghindari kemungkinan pemberlakukan karantina wilayah untuk ketiga kalinya. AP/FRANCOIS MORI
Salah satu program utama Forum Islam Perancis ialah perekrutan, pendidikan, dan pelatihan para calon imam yang dilakukan di dalam negeri. Sebelumnya, imam-imam ini didatangkan dari negara lain seperti Turki, Maroko, dan Aljazair. Akibatnya, tidak semua imam memiliki wawasan kebangsaan Perancis.
Minimnya nasionalisme imam maupun tokoh agama Islam ini memudahkan masjid-masjid di Perancis menerima sokongan dana dari negara lain. Pada tahun 2020, aparat penegak hukum menyelidiki 76 masjid yang menerima kucuran dana dari Arab Saudi.
Masjid-masjid ini dicurigai sebagai lokasi penyebaran ideologi kekerasan dan antipemerintahan Perancis. Ini yang lantas memunculkan aksi terorisme di dalam negeri maupun gelombang anak muda muslim Perancis bergabung dengan Negara Islam Suriah.
Situasi ini memunculkan perpecahan di masyarakat Perancis. Di satu sisi, muncul diskriminasi terhadap umat muslim, terutama oleh kalangan politik sayap kanan. Di sisi lain, gerakan ekstremisme oleh sejumlah anggota komunitas muslim juga meningkat. Pada 19 Oktober 2020 misalnya, Samuel Paty, (47), seorang guru SMP di sebuah kota dekat Paris, tewas akibat serangan teroris.
MUHAMMAD SAMSUL HADI
Warga meletakkan karangan bunga di luar sekolah menengah pertama Bois d’Aulne sebagai tanda berkabung atas tewasnya guru sejarah sekolah tersebut, Samuel Paty. Pria berumur 47 tahun yang sebelumnya memperlihatkan gambar kartun Nabi Muhammad di kelas sebagai bagian dari materi pelajaran tewas akibat serangan teroris pada 19 Oktober 2020 di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris. (Photo by Anne-Christine POUJOULAT / AFP)
Menanggapi pembentukan Forum Islam Perancis, masyarakat muslim Perancis memiliki pendapat beragam. Hamoud ben Bouzid (51), misalnya, mendukung adanya lembaga tersebut. Warga Paris ini berpendapat sudah waktunya masyarakat Perancis secara umum memahami bahwa di dalam Islam ada perbedaan pandangan, bukan didominasi satu narasi saja.
“Tapi, saya juga skeptis bagaimana pemerintah nanti menavigasi lembaga ini? Jangan sampai forum justru seolah mengeksklusifkan umat muslim dan menaruh kami di kategori pembuat onar. Bagaimana dengan agama-agama lain? Apakah akan ada forum atau program serupa?” katanya.
Kelompok lain berpendapat bahwa keberadaan forum ini hanya akal-akalan Macron. Ia akan menghadapi pemilihan umum presiden pada tanggal 10 April. Macron dianggap berusaha meraih suara dari kelompok sayap kanan dengan membangun lembaga untuk “memperanciskan” Islam ini.
Pekan lalu, di kota Amboise, patung Emir Abdelkadir yang merupakan pejuang kemerdekaan Aljazair dirusak. Abdelkadir menentang penjajahan Perancis atas Aljazair. Ia dipenjara di Amboise pada periode 1848-1852. Di masa itu, ia memperjuangkan kemerdekaan sekaligus menjalin persahabatan dengan masyarakat Perancis. Ia menekankan bahwa penjajahan sendiri tidak sesuai dengan prinsip Perancis yang menjunjung kesetaraan.
Presiden Macron mengecam aksi vandalisme tersebut. Adapun WaliKota Amboise Thierry Boutard meminta maaf dan mengaku malu hal tersebut terjadi di wilayah yang ia pimpin. “Pelaku vandalisme ini jelas tidak memahami sejarah Perancis serta azas yang kita dukung. Patung ini bukan hanya penanda Abdelkadir pernah berada di Amboise, tetapi simbol pengakuan serta persahabatan Perancis dengan negara-negara yang memerdekakan diri dari sistem penjajahan,” ujarnya. (AP/AFP)