Putri Elizabeth (25) sedang berada di tengah hutan belantara Kenya ketika mendengar ayahnya, Raja George VI, mangkat. Pada malam itu pula, Elizabeth menjadi Ratu Inggris.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Menjelang perhelatan 70 tahun takhta kekuasaan Ratu Elizabeth II, Minggu, (6/2/2022), Hotel Treetops di Kenya menyimpan kenangan tersendiri. Treetops menjadi hotel terkenal dan legendaris karena Putri Elizabeth dan Pangeran Philip pernah menginap semalam di hotel itu sebelum Elizabeth menjadi Ratu Inggris. Bahkan, Elizabeth (25) mendapatkan kabar mengagetnya bahwa ayahnya, Raja George VI, meninggal ketika berada di hotel itu pada 6 Februari 1952 malam. Raja George VI meninggal karena sakit kanker paru-paru di Kediaman Sandringham di Norfolk, Inggris.
Kabar mengagetkan itu datang ketika Elizabeth dan Philip tengah menikmati petualangan di hutan belantara dan alam liar Aberdare Range, Kenya, dari kamar hotel yang terletak di puncak pohon. Kenya, yang saat itu merupakan koloni dari Kerajaan Inggris, menjadi perhentian pertama dalam kunjungan kenegaraan Elizabeth ke negara-negara Persemakmuran yang dilakukan bersama dengan suaminya, Pangeran Philip. Elizabeth diutus untuk menggantikan ayahnya yang sedang sakit.
Pasangan kerajaan itu mengambil libur sehari dan menginap semalam di kamar atau pondok Treetops yang bertengger di puncak pohon di pedalaman Aberdares Range. Saat mendengar kabar ayahnya meninggal, di malam itu jugalah Elizabeth menjadi Ratu Inggris. Jim Corbett, seorang naturalis dan pemburu yang menemani Elizabeth dan Pangeran Philips di Treetops, menuliskan komentarnya di buku tamu hotel: ”Untuk pertama kalinya dalam sejarah, ada perempuan muda yang naik ke atas pohon sebagai putri lalu turun dari pohon keesokan harinya sebagai ratu". Hotel itu lalu menjadi terkenal sebagai tempat yang bisa mengubah seorang putri menjadi ratu.
Hotel Treetops pertama kali dibuka pada tahun 1932 sebagai tempat menginap bagi kalangan berada atau kaya raya sekaligus pemberani. Pasalnya, pondok-pondok hotel itu bukan hanya berada di atas pohon ara raksasa, tetapi juga menghadap ke kubangan besar yang menjadi tempat berkumpul satwa liar untuk minum dan beristirahat. Pada zamannya, tidak ada hotel yang seperti itu. Pondok-pondok khusus dibangun di antara cabang-cabang pohon, di tengah daerah terpencil semak belukar Afrika. Treetops menawarkan kesempatan eksklusif dan istimewa untuk melihat satwa liar dari dekat dan aman ketika mereka sedang merumput di bawah kita.
Elizabeth dan Philip menceritakan pengalamannya pada catatan dengan tulisan tangan di secarik kertas. Kertas itu masih dibingkai di Treetops hingga hari ini. Salah satu catatan bertanggal 5/6 Februari 1952 dan ditandatangani Elizabeth dan Philip menceritakan ada kawanan besar gajah—sekitar 40 ekor sekali penampakan—yang terlihat sedang berada di kubangan air bersama dengan babon dan antelop besar. ”Badak terlihat sepanjang malam dan saat pagi ada dua banteng berkelahi,” bunyi tulisan di kertas itu.
Asisten Elizabeth dan Philip yang diminta untuk menuliskan pengalaman keduanya. Ia juga diminta untuk menuliskan rasa terima kasih keduanya pada pemilik hotel itu. Dalam catatan itu digambarkan pengalaman yang luar biasa melihat alam liar di habitat aslinya dan perasaan bersemangat dan deg-degan sepanjang malam. ”Saya yakin ini merupakan salah satu pengalaman luar biasa yang pernah dialami Ratu ataupun The Duke of Edinburgh,” tulis surat bertanggal 8 Februari 1952 yang dibingkai di Treetops itu.
Dua tahun setelah kunjungan bersejarah Elizabeth-Philip itu, Treetops terbakar dan disebut-sebut menjadi korban serangan kelompok perlawanan antikolonial Mau Mau. Tetapi sudah dibangun hotel yang baru lagi dan jauh lebih besar ketimbang sebelumnya. Hotel baru dibangun di atas panggung kayu yang ditinggikan di sisi berlawanan dari kubangan air sebelumnya dan sampai sekarang masih ada. Karena kunjungan kerajaan itu beserta legenda yang mengikutinya, Treetops kemudian menjadi hotel paling terkenal di dunia.
Tamu-tamu hotel yang berada bisa menginap di kamar yang pernah digunakan oleh Putri Elizabeth dan membaca memorabilia kerajaan di ruang makan, atau memandangi potret Ratu yang dibingkai dengan gading gajah yang ditembak oleh seorang pemburu pada tahun 1960-an. Elizabeth dan Philip pernah kembali ke hotel itu pada 1983 dalam kunjungan resmi. Banyak yang berubah dibandingkan dengan ketika mereka datang pertama kali 31 tahun sebelumnya.
Kondisi hotel itu pun masih sepi karena tutup gara-gara pandemi Covid-19 sejak dua tahun yang lalu. Bahkan, di saat sang ratu bersiap untuk menandai jubilee platinumnya, Treetops masih tetap tutup. Jika tak juga buka, ikon bersejarah di masa lalu itu bisa pudar. (AFP)