Korea Selatan mengalami lonjakan kasus Covid-19, rekor sejak negara ini mengumumkan kasus pertama pada Januari 2020.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
SEOUL, RABU — Untuk pertama kalinya Korea Selatan mengalami lonjakan kasus harian tertinggi, yakni 13.000 kasus Covid-19 baru, Rabu (26/1/2022). Otoritas kesehatan Korea Selatan memerkirakan selama beberapa pekan mendatang jumlah kasus harian bisa meningkat hingga beberapa kali lipat.
Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDA), dikutip dari kantor berita Yonhap, dari 13.012 infeksi baru yang terjadi dalam 24 jam terakhir, sebanyak 12.743 infeksi di antaranya infeksi lokal. Total kasus aktif yang terjadi di Korea Selatan saat ini berjumlah 762.983 kasus.
Data kasus baru yang terjadi di Korea Selatan adalah lompatan besar dibandingkan kasus yang terjadi sehari sebelumnya. Pada Selasa (25/1/2022), jumlah kasus baru mencapai 8.571 kasus baru, angka yang juga merupakan rekor baru sejak kasus Covid-19 dilaporkan pertama kalinya terjadi di Korea Selatan pada Januari 2020. Galur Omicron menjadi penyebab dominan lonjakan kasus di ”Negeri Ginseng” itu.
”Ke depan, prioritas utama kami adalah mengurangi pasien yang sangat kritis dan kematian,” kata Perdana Menteri Kim Boo-kyum dalam pertemuan antarkementerian dan lembaga.
Untuk mencegah melonjaknya hunian di rumah-rumah sakit yang bisa mengakibatkan kelelahan pada tenaga kesehatan, otoritas kesehatan Korsel menerapkan sistem respons baru yang diharapkan bisa meminimalkan kasus kritis dan tingkat kematian. Di bawah aturan baru, rumah sakit dan pusat layanan kesehatan atau klinik lokal akan melakukan tes cepat (antigen) kepada semua warga. Sementara untuk warga yang berisiko tinggi, terutama warga lansia di atas usia 60 tahun, otoritas kesehatan merekomendasikan tes reaksi berantai polimerase (PCR).
Sistem ini akan diuji coba di empat wilayah yang mengalami lonjakan kasus baru, yaitu Gwangju, Provinsi Jeolla Selatan, serta Kota Pyeongtaek dan Anseong di Provinsi Gyeonggi. Sistem ini akan diperluas penerapannya mulai 29 Januari 2022 dan melibatkan sekitar 256 stasiun pengujian.
Masa karantina dan perawatan di rumah untuk pasien Covid-19 yang divaksinasi telah dikurangi dari 10 hari menjadi tujuh hari. Warga yang telah divaksinasi dan melakukan kontak erat dengan pasien Covid-19 tidak perlu dikarantina, tapi mereka wajib melakukan tes PCR sepekan setelah kontak awal.
Lonjakan kasus baru ini memicu kekhawatiran tentang kemungkinan gelombang infeksi baru jelang masa liburan Tahun Baru Imlek yang dimulai pada Sabtu(29/1/2022). Hingga saat ini korban meninggal akibat Covid-19 di Korea Selatan menapai 6.620 jiwa.
Menurut data KDCA, lebih dari 95 persen orang dewasa di negara itu telah divaksinasi lengkap. Sementara untuk dosis penguat atau booster, angka cakupannya baru sekitar 58 persen.
Hengkang dari China
Departemen Luar Negeri AS dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mengizinkan diplomat dan keluarga mereka di China untuk keluar dari negara tersebut karena ketidakmampuan Washington mencegah pihak berwenang Beijing mengganggu mereka atas kebijakan pembatasan geraknya.
Dua sumber yang mengetahui permasalahan ini mengatakan, Kedutaan Besar AS di China, Senin (24/1/2022), mengirimkan permintaan resmi kepada Washington, saat China memperketat protokol pencegahan pandemi Covid-19 jelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2022.
Sumber tersebut, yang berbicara secara anonim kepada Reuters, mengatakan, beberapa staf Kedubes AS kesal karena Washington tidak mau atau tidak dapat membebaskan para diplomatnya dari tindakan karantina yang ketat. Aturan itu mencakup kemungkinan pemaksaan otoritas kesehatan China kepada mereka untuk dirawat di klinik layanan Covid-19 serta kemungkinan dipisahkannya anak-anak dari orang tuanya.
Juru bicara Deplu AS Ned Price mengatakan, tidak ada perubahan status operasional di kedubes AS di China.
”Setiap perubahan dalam status operasi seperti ini hanya akan didasarkan pada kesehatan, keselamatan, dan keamanan kolega kami dan anggota keluarga mereka,” kata Price.
Sumber lainnya menyebutkan, hasil survei internal Kedubes AS di China memperlihatkan 25 persen staf dan anggota keluarga akan memilih untuk meninggalkan China sesegera mungkin.
Sumber tersebut juga mengatakan, karantina rumah untuk para diplomat serta masuk ke klinik ataupun rumah sakit sifatnya harus sukarela, bukan kewajiban. Menurut sumber tersebut, Pemerintah AS seharusnya juga melakukan tindakan serupa terhadap para diplomat China di AS sebagai tindakan balasan. Sumber tersebut juga menyatakan, kepemimpinan kedutaan AS di China telah gagal mendapatkan jaminan dari Pemerintah China tentang perlakuan atas para diplomat AS selama masa pandemi.
Pada bulan-bulan awal pandemi, Pemerintah AS mengevakuasi sekitar 1.300 diplomat AS dan anggota keluarga dari China. Kedua pemerintahan, yang tengah mengalami pasang surut hubungan karena beberapa isu, menghadapi kebuntuan pada usu prosedur pengujian dan karantina.
China mengharuskan diplomat asing untuk mematuhi aturan pengendalian pandemi, seperti karantina dan pengujian pada saat kedatangan, meskipun beberapa utusan asing tidak harus memasuki hotel karantina yang ditunjuk pemerintah.
China telah meningkatkan langkah-langkah menghadapi kemungkinan penyebaran Covid-19 jelang pembukaan olimpiade musim dingin. Satu distrik di Beijing, Selasa kemarin, memulai pengujian baru terhadap 2 juta penduduknya.
Tabloid nasionalis China, Global Times, menyebut keinginan sejumlah diplomat AS dan Deplu AS untuk memulangkan para diplomatnya sebagai ”trik kotor” yang dimaksudkan untuk mengganggu tuan rumah Olimpiade China. (Reuters)