Perubahan iklim mengakibatkan cuaca ekstrem. Setelah kebakaran hutan dan banjir besar, kini giliran badai salju mendatangi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
ATHENA, SELASA — Yunani, Turki, Albania, Siprus, dan Israel tengah mengalami cuaca dingin yang diakibatkan oleh badai salju Elpis. Di beberapa wilayah, pemerintah meliburkan segala kegiatan masyarakat, termasuk kantor pemerintahan, karena tebalnya tumpukan salju.
Badai Elpis datang ke Yunani pada Selasa (25/1/2022) WIB atau Senin waktu setempat. Ini adalah angin dingin yang membawa butiran salju. Suhu di Yunani rata-rata 2 derajat celsius. Pemerintah Yunani mengumumkan bahwa pada Selasa semua kegiatan masyarakat diliburkan, termasuk posko vaksinasi Covid-19, sekolah, dan angkutan umum.
Pemerintah menerjunkan polisi, tentara, dan pemadam kebakaran untuk membersihkan jalan-jalan dari tumpukan salju serta mengevakuasi para pengemudi kendaraan bermotor yang terjebak kemacetan selama berjam-jam akibat jalan terhambat. ”Kami imbau agar warga tidak keluar rumah dulu, kecuali untuk hal-hal penting dan mendesak,” kata Menteri Penanganan Krisis Iklim dan Perlindungan Masyarakat Yunani Christos Stylianides, seperti dikutip oleh harian Greek City Times.
Di kota Livadia, dikabarkan tiga orang terluka akibat mobil mereka menabrak gerbong kereta. Ketiganya adalah petugas yang diturunkan sebagai anggota tim evakuasi 200 penumpang kereta yang terjebak akibat rel tertutup timbunan salju.
Elpis memiliki pola membawa angin kencang yang mengandung salju. Akan tetapi, di Pulau Skopelos yang terletak di Laut Aegea, terjadi angin puting beliung salju. Ini adalah fenomena luar biasa. Apalagi, di pulau ini, selama musim dingin sekalipun jarang turun salju.
Sementara itu, Turki juga tengah diselimuti salju. Di kota Istanbul, seluruh penerbangan dihentikan sementara karena landasan licin dan jarak pandang pendek. Kantor berita Anadolu mengabarkan, di sejumlah kota, warga dilarang memakai kendaraan bermotor untuk keluar rumah.
”Harap tinggal di rumah dulu sementara petugas membersihkan jalan dan obyek vital,” kata Gubernur Istanbul Ali Yerlikaya. Ketinggian salju di kota itu mencapai 80-85 sentimeter.
Duta Besar RI di Ankara Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, badai salju membuat banyak penerbangan dari dan ke Istanbul dibatalkan. ”Pesawat saya dua-duanya dibatalkan. Saya harus menanti semalaman,” katanya ketika dihubungi dari Jakarta.
Ia tengah dalam perjalanan dinas ke wilayah lain Turki. Pesawat yang seharusnya transit di Istanbul itu beberapa kali dibatalkan karena cuaca buruk.
Di berbagai penjuru Bandara Istanbul ada lapisan salju tebal. Selain itu, angin juga berembus kencang. Dalam kondisi itu, sulit bagi awak pesawat dan pengelola bandara untuk mengizinkan pergerakan pesawat.
Berbagai otoritas di Turki telah mengumumkan, badai salju berpeluang terus terjadi sampai Kamis (27/1/2022). Sementara temperatur akan konsisten di bawah nol derajat celsius. ”Ada imbauan agar setiap orang sebaiknya tidak keluar rumah selama beberapa hari ke depan,” kata Iqbal.
Meteorolog Orhan Sen mengatakan, warga sebaiknya berdiam diri di rumah karena ada risiko cuaca bisa menurun secara drastis. Suhu tubuh manusia tidak boleh kurang dari 26 derajat celsius. Jika di bawah suhu tersebut, tubuh akan mengalami hipotermia. Angin dingin ini juga ditambah dengan embusan dari Laut Hitam.
Di negara tetangga, Albania, suhu mencapai minus 17 derajat celsius. Pemerintah memberlakukan libur tiga hari guna menghindari warga terkena risiko hipotermia ataupun kecelakaan lalu lintas akibat tumpukan salju dan jalanan licin.
Adapun Badan Meteorologi Israel, seperti dikutip oleh Jerusalem Post, mengabarkan bahwa badai Elpis akan tiba di negara tersebut pada Rabu malam. Hal ini ditandai dengan hujan lebat di wilayah pesisir dan salju tebal di Dataran Tinggi Golan serta Gunung Hermon.
Badai salju di Mediterania ini oleh para ahli cuaca dikategorikan sebagai cuaca ekstrem. Bahkan, di Gurun Sahara, yaitu di wilayah Ain Sefra yang merupakan jajaran Pegunungan Atlas di Aljazair, juga turun salju pekan lalu. Selama 40 tahun terakhir, di daerah ini baru lima kali turun salju, yaitu tahun 1979, 2017, 2018, dan 2021. Para ilmuwan mengkhawatirkan jeda turun salju yang semakin singkat dari tahun ke tahun.
Peneliti teknik lingkungan Universitas Tsukuba, Jepang, Yoichi Kamae, dalam makalah yang diterbitkan Desember 2021 di jurnal American Geophysical Union menjelaskan, pemanasan global mengakibatkan terbentuknya ”sungai-sungai” raksasa di atmosfer. ”Sungai” itu adalah utasan kondensasi yang mengandung banyak endapan air.
”Pemanasan global menyebabkan penguapan air dari permukaan Bumi bertambah dan kemudian mengendap di atmosfer. Tergantung wilayahnya, endapan ini ada yang turun berupa hujan deras dan ada yang berupa salju lebat,” tuturnya kepada Euro News.
Peneliti Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), Anjal Prakash, kepada media The Quint menerangkan bahwa perubahan iklim turut memperparah fenomena alam La Nina. Ini adalah fenomena hujan deras yang biasanya tidak berdampak negatif. Kini, hujan yang turun lebih tinggi curahnya. Di beberapa wilayah subtropis dan belahan utara, akan ditambah dengan suhu beku berkepanjangan selama musim dingin.
Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, menyatakan, krisis iklim merupakan permasalahan jangka panjang global. Tekanan untuk beralih ke teknologi dan sistem ekonomi hijau diperkirakan membuat negara-negara terpecah belah, terutama antara negara maju dan negara miskin maupun negara berkembang. Ini akan menyusahkan kerja sama ekonomi, apalagi untuk bisa bangkit sepenuhnya dari pandemi Covid-19. (AP/Reuters)