Arab Saudi dan UEA Minta AS Batalkan Pencabutan Cap Teroris untuk Houthi
Houthi meningkatkan serangan ke Arab Saudi dan UEA seiring peningkatan gempuran pasukan koalisi pimpinan Riyadh terhadap berbagai kubu Houthi di Yaman.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
(Photo by AFP)
Sebuah foto yang diambil Senin (17/1/2022) memperlihatkan pemandangan Kompleks Industri Musaffah, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Tiga tangki penyimpanan minyak milik perusahaan minyak ADNOC terbakar, mengakibatkan tiga orang tewas dan beberapa orang lainnya terluka. Kelompok Houthi di Yaman menyatakan bertanggung jawab atas serangan ini.
WASHINGTON, SELASA — Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendesak Amerika Serikat membatalkan pencabutan status teroris untuk kelompok Houthi di Yaman. Desakan ini digencarkan selepas pangkalan AS di Uni Emirat Arab menjadi sasaran serangan Houthi.
Juru bicara Komando Tengah AS Kapten Bill Urban membenarkan bahwa pasukan AS di Pangkalan Al-Dhafra, UEA, mencegat dua rudal yang ditembakkan Houthi pada Senin (24/1/2022) dini hari. Sejumlah rudal patriot ditembakkan dari pangkalan di Abu Dhabi itu untuk menangkis rudal kelompok Houthi.
Juru bicara Angkatan Udara AS di Timur Tengah, Letnan Kolonel Phillip Ventura, mengungkap bahwa seluruh prajurit di pangkalan diperintahkan berlindung selama sejam. Tidak ada laporan korban jiwa di pangkalan atau luar pangkalan.
Serangan Houthi itu merupakan yang kedua kali dalam sepekan terakhir ke UEA. Pada 17 Januari lalu, serangan rudal Houthi menghantam tangki penyimpanan minyak di Abu Dhabi dan menewaskan tiga orang.
Terkait serangan terakhir, 24 Januari, Kementerian Pertahanan UEA juga mengklaim menembak jatuh dua rudal yang diarahkan Houthi ke Abu Dhabi. Semua rudal pecah di udara, kepingannya tidak membahayakan siapa pun.
Beberapa jam selepas serangan, Duta Besar UEA untuk AS Yousef al-Otaiba dan Duta Besar Arab Saudi untuk AS Reema binti Bandar al-Saud menemui Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan. Kepada Sullivan, mereka meminta AS membatalkan rencana mengeluarkan Houthi dari daftar kelompok teror AS.
AFP
Sebuah foto yang diambil pada Senin (17/1/2022) memperlihatkan depo penyimpanan minyak milik perusahaan ADNOC di Kawasan Industri Musaffah, Abu Dhabi, yang diduga menjadi target serangan rudal dan pesawat nirawak milik kelompok pemberontak Houthi Yaman.
Dalam pernyataan resmi AS, tidak disebutkan apakah Washington memenuhi permintaan itu atau tidak. Sullivan hanya mengatakan bahwa AS dan mitranya berusaha mencari cara untuk memastikan Houthi bertanggung jawab atas rangkaian serangan ke Arab Saudi dan UEA.
Pada pertengahan Januari 2021, Washington memasukkan Houthi ke dalam daftar teroris. Keputusan di masa pemerintahan Donald Trump itu dikritik banyak pihak. Salah satu alasannya adalah keputusan tersebut menyulitkan kerja sama penyaluran bantuan ke warga Yaman. Sejak berperang pada 2014, Houthi menguasai sebagian besar Yaman. Sebagian lagi dikuasai kelompok Dewan Transisi Selatan (Southern Transitional Council/STC), pasukan pendukung pemerintah, dan kelompok teror lainnya. Karena itu, butuh koordinasi dengan Houthi untuk penyaluran bantuan bagi warga Yaman.
Pada masa pemerintahan Joe Biden, Houthi akan dikeluarkan dari daftar kelompok teror. Hanya saja sejumlah tokohnya akan tetap masuk daftar tersebut. Menurut rencana, pencabutan akan berlaku mulai 16 Februari 2022.
Pekan lalu, Biden memang mempertimbangkan batal mengeluarkan Houthi dari daftar kelompok teror. Ia juga menyebut, penyelesaian konflik Yaman amat sulit.
Abu Dhabi dan Riyadh kompak menolak rencana itu. Rangkaian serangan dalam beberapa hari terakhir menjadi alasan tambahan penolakan tersebut. Otaiba mengatakan, bukti teror Houthi amat jelas. Kelompok itu menembakkan rudal ke fasilitas dan permukiman sipil. Mereka juga dituding menghambat bantuan terhadap warga.
Dampak
Rangkaian serangan Houthi bisa merusak citra UEA sebagai negara yang stabil di kawasan. UEA selama ini berusaha menjadi pusat penghubung di kawasan. ”Harus diakui, keadaan ini belum pernah terjadi sebelumnya. UEA telah menjaga reputasi sebagai tempat aman bagi pelancong, pebisnis, dan pemilik modal,” kata pengamat politik di Dubai, Abdulkhaleq Abdulla.
HOUTHI MEDIA OFFICE/HANDOUT VIA REUTERS.
Juru bicara Houthi, Yahya Sarea, mengatakan, tujuan Houthi memang membuat pebisnis meninggalkan UEA. ”(UEA) sudah menjadi tempat yang tidak aman dan akan rutin disasar selama meneruskan pendudukan dan penyerbuan terhadap warga Yaman,” katanya.
Sarea membenarkan bahwa serangan pada Senin dini hari menyasar Pangkalan Al-Dhafra yang dihuni hingga 2.000 tentara dan pegawai AS. Selain rudal, pesawat nirawak juga dipakai sebagai sarana serangan ke Abu Dhabi, Dubai, dan daerah lain di UEA.
Houthi meningkatkan serangan ke Arab Saudi dan UEA seiring peningkatan gempuran pasukan koalisi pimpinan Riyadh terhadap berbagai kubu Houthi di Yaman. Gempuran koalisi membuat Houthi kehilangan sebagian daerah yang pernah dikuasainya sejak 2014. (AFP/REUTERS)