Houthi menembakkan sedikitnya tiga rudal ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada Senin dini hari. Dalam sepekan terakhir, sudah tujuh kali Houthi menembakkan rudal ke kedua negara itu.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
ABU DHABI, SENIN — Kementerian Pertahanan Uni Emirat Arab mengumumkan pencegatan dua rudal balistik yang mengarah ke Abu Dhabi pada Senin (24/1/2022) dini hari. Wilayah udara Abu Dhabi ditutup beberapa jam selama dan setelah pencegatan itu. Dalam delapan hari terakhir, Houthi melancarkan tujuh serangan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Dalam pengumuman pada Senin pagi, Kementerian Pertahanan UEA menyebut rudal-rudal itu dilepaskan oleh Houthi. Tidak satu pun dari kedua rudal itu menimbulkan bahaya. Sebab, semuanya hancur di udara karena dicegat rudal sistem pertahanan udara UEA. ”Pecahannya tersebar ke berbagai penjuru dan tidak membahayakan,” demikian pengumuman Kemenhan UEA yang dikutip kantor berita UEA, WAM.
Sejumlah laman pemantau lalu lintas udara melaporkan, berbagai pesawat menghindari wilayah udara Abu Dhabi pada Senin dini hari. Tidak diketahui apakah ada pemberitahuan dari otoritas UEA kepada maskapai penerbangan atau tidak.
Pencegatan rudal juga dilakukan Arab Saudi. Riyadh mengumumkan satu rudal yang diarahkan ke Asir dicegat di udara. Belum ada pengumuman lanjutan dari Riyadh soal dampak rudal yang bisa dicegat itu.
Sejauh ini, baru ada pengumuman dua korban luka akibat satu rudal yang meledak di Jazan. Korban yang diketahui warga Sudan dan Bangladesh itu terluka ringan karena rudal menyasar bengkel di kawasan Ahad al-Masarihah.
Berulang kali
Dalam beberapa hari terakhir, sudah dua kali Asir menjadi sasaran rudal Houthi. Pada Jumat pekan lalu, satu rudal Houthi yang mengarah ke Asir juga dicegat Arab Saudi.
Sementara pada Senin pekan lalu, Houthi melancarkan serangan serentak ke Arab Saudi dan UEA. Riyadh mengungkap setidaknya delapan pesawat nirawak dicegat dalam penerbangan dari Sana’a, Yaman, menuju wilayah udara Arab Saudi. Pesawat-pesawat dihantam rudal pertahanan udara Arab Saudi dan menghasilkan dentuman besar.
Selain pesawat nirawak, Houthi juga mengklaim menembakkan sembilan rudal ke Arab Saudi. Semua rudal ke Arab Saudi itu dicegat sistem pertahanan udara Arab Saudi.
Selain mencegat, Riyadh juga melancarkan serangan udara ke Sana’a dan Ma’arib yang dikuasai milisi Houthi. Di Sana’a, jet-jet Riyadh menghancurkan sejumlah platform peluncuran rudal balistik milik Houthi.
Sementara ke UEA, Houthi menembakkan lima rudal dan menerbangkan sejumlah pesawat nirawak. Ke Abu Dhabi dilepaskan empat rudal Quds. Sementara di Dubai ditembakkan satu rudal Zulfikar.
Quds merupakan rudal jelajah yang dikembangkan Houthi. Sementara Zulfikar merupakan rudal balistik buatan Iran.
Akibat serangan ke Abu Dhabi, dilaporkan setidaknya ada tiga korban tewas dan beberapa orang lain terluka. Serangan itu memancing reaksi keras Riyadh dan Abu Dhabi. Mereka menggalang dukungan internasional untuk mengecam Houthi dan Iran yang dituding menyokong Houthi.
Tudingan terhadap Iran, antara lain, didasarkan pada berkali-kali penangkapan kapal yang mengangkut aneka persenjataan dan amunisi di Laut Arab dan Teluk Aden. Kapal-kapal itu diduga mengangkut pasokan dari Iran untuk Houthi.
Houthi menyasar Arab Saudi dan UEA karena kedua negara itu menjadi pemimpin pasukan koalisi yang menyokong pemerintahan Yaman melawan Houthi. Sejak 2014, Arab Saudi-UEA memimpin koalisi pasukan Arab dan Afrika Utara yang menyerbu Yaman atas permintaan pemerintahan Yaman.
Meski unggul dari sisi teknologi dan anggaran, koalisi pimpinan Riyadh-Abu Dhabi belum kunjung bisa mengalahkan Houthi. Tempat-tempat kunci, seperti ibu kota Sana’a, pelabuhan Hodeidah, dan daerah kaya minyak Ma’arib, masih terus dikuasai Houthi.
Koalisi juga tidak selalu kompak. Di Aden, pasukan koalisi tidak dapat berbuat banyak karena Pemerintah Yaman yang mereka sokong menghadapi musuh berbeda. Di Aden, Pemerintah Yaman berhadapan dengan Dewan Transisi Selatan (STC) yang disokong oleh Abu Dhabi. (AFP/REUTERS)