Mendorong penggunaan sepeda motor listrik, di Taiwan ada sistem menukarkan baterai yang tiris dengan yang sudah penuh. Strategi ini efektif karena lebih cepat ketimbang harus antre mengisi bensin di pom bensin.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Seperti ratusan ribu warga Taiwan lainnya, Aiden Lee setiap harijuga bepergian ke sana kemari dengan naik sepeda motor. Tetapi, roda duanya Lee beda. Kalau orang lain membawa sepeda motornya untuk diisi bensin di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum atau SPBU, Lee membawa sepeda motor listriknya untuk diisi ulang baterainya dengan cara mengganti baterai di tempat-tempat penukaran baterai yang semakin banyak di Taiwan.
”Jujur saja, kalau tidak ada fasilitas tukar baterai, saya tidak mau juga pakai sepeda motor listrik. Saya tidak punya waktu untuk mengisi ulang baterai. Menukar baterai lebih cepat ketimbang isi bensin di SPBU,” kata Lee.
Lee menggunakan baterai isi ulang yang disediakan perusahaanstart upTaiwan, Gogoro, sejak 2015. Setiap hari, dari 450.000 jumlah total pelanggan Gogoro, ada 330.000 pelanggan yang menukarkan baterai sepeda motornya. Harga menukar baterai pun lebih murah 10 persen ketimbang membeli bensin setiap bulan. Kini, Gogoro memiliki sekitar 2.300 stasiun penukaran baterai di luar toko-toko atau di dalam tempat parkir mobil di segala penjuru Taiwan.
Begitu baterai sepeda motor hampir habis, pelanggan bisa dengan mudah mampir menukarkan baterainya itu dengan baterai yang sudah penuh. Proses seperti ini sebenarnya sudah pernah diujicobakan pada mobil listrik, tetapi tidak mudah.
Perusahaan-perusahaan di China, Amerika Serikat, dan Israel berusaha menyediakan akses mudah untuk menukar baterai bagi mobil listrik, tetapi sulit. Selain biaya yang tinggi untuk membangun layanan khusus pengisian baterai mobil, pengisian baterai mobil memakan waktu lebih lama.
Namun, pendiri dan Direktur Eksekutif Gogoro, Horace Luke, mengatakan, teknologi itu lebih pas untuk sepeda motor listrik karena baterainya lebih kecil dan stasiun pengisian baterainya tidak perlu tempat yang luas. ”Dibandingkan dengan infrastruktur kendaraan roda empat, sistem kami lebih seperti mesin makanan atau minuman yang bisa dipasang di mana pun, tergantung kebutuhan pelanggan,” ujarnya.
Jumlah tempat penukaran baterai seperti ini sudah melampaui jumlah SPBU di empat kota besar di Taiwan. Wakil Presiden Gogoro Alan Pan mengatakan, sejak 2015 sudah ada 240 juta tempat penukaran baterai dan berhasil menahan 360.000 ton karbon dioksida.”Kami mau membuat industri baru yang berkelanjutan sekaligus mencegah pemanasan global dan mengatasi perubahan iklim,” kata Luke.
Berdasarkan data penjualan yang dikumpulkan oleh Pemerintah Taiwan, jumlah sepeda motor listrik sekitar 21 persen dari total jumlah sepeda motor yang beredar di jalanan. Tingkat penjualan sepeda motor berbahan bakar bensin turun setiap tahun.
Luke berharap bisnis ini akan bisa diperluas ke negara-negara lain, terutama di negara-negara yang memiliki banyak pengguna sepeda motor, seperti China, India, dan Indonesia. Gogoro sudah bekerja sama dengan produsen sepeda motor terbesar di dunia, Hero MotoCorp di India, produsen sepeda motor listrik terbesar di dunia Yadea di China, dan perusahaan Gojek di Indonesia.
Sistem penukaran baterai di China sudah dimulai sejak Oktober lalu di kota Hangzhou dan akan segera menyusul ke kota-kota lain. Sistem ini akan menguntungkan bagi negara-negara di Asia yang memiliki insentif untuk kendaraan listrik. Pada tahun lalu, India mengeluarkan insentif sebesar 3,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk sektor otomotif guna mendorong produksi kendaraan berbahan bakar listrik dan air.
Penjualan sepeda motor listrik, skuter listrik, dan sepeda listrik secara global, menurut BloombergNEF, diperkirakan mencapai 25 juta unit pada 2020 atau 35 persen dari total penjualan kendaraan roda dua pada tahun itu.
Perusahaan penelitian pasar Guidehouse Insights juga menyebutkan, sistem penukaran baterai menjadi solusi platform teknologi yang sah dan sudah diekspor kepada produsen-produsen di industri terkait di luar negeri.
Memiliki masyarakat dengan budaya bergerak menggunakan kendaraan roda dua yang jamak dan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di perkotaan, negara-negara di Asia Tenggara memiliki kebijakan yang mendukung kendaraan listrik serta memiliki keinginan dan tekad kuat untuk mengurangi polusi udara dinilai akan bisa menjadi pasar yang menjanjikan. ”Sistem menukar baterai seperti ini benar-benar bisa membuat perubahan,” kata Luke. (AFP)