Serangan Houthi Meluas ke UEA dan Menimbulkan Ancaman atas Stabilitas Kawasan
Serangan rudal balistik dan ”drone” kelompok Houthi ke Abu Dhabi menewaskan tiga orang dan melukai beberapa warga lain. Serangan ini ancaman terbaru stabilitas kawasan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
ABU DHABI, SELASA — Sebanyak tiga pekerja perusahaan minyak ADNOC, satu orang asal Pakistan dan dua warga India, tewas dan enam orang lainnya terluka setelah tiga tangki penyimpanan bahan bakar meledak di Kawasan Industri Musaffah, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Senin (17/1/2022). Kelompok Houthi di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menyebutnya sebagai tembakan peringatan.
Abdul Ilah Hajar, penasihat presiden pada Dewan Politik Tertinggi Houthi yang berbasis di Sana’a, mengatakan, serangan itu adalah sebuah operasi militer. Hal itu ditujukan sebagai peringatan bagi keterlibatan Abu Dhabi di Yaman.
”Kami mengirimi mereka pesan peringatan yang jelas dengan menghantam tempat-tempat yang tidak memiliki kepentingan strategis besar. Namun, itu adalah peringatan. Jika melanjutkan permusuhannya ke Yaman, UEA pada masa depan tidak akan mampu menahan serangan yang akan datang,” katanya.
UEA bersama sejumlah negara lain di Timur Tengah merupakan bagian dari koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang mendukung Pemerintah Yaman melawan kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran. Sehari sebelum serangan terhadap fasilitas sipil di Abu Dhabi, pasukan koalisi baru saja melancarkan serangan terhadap ibu kota Yaman, Sana’a, yang dikuasai oleh Houthi. Tidak ada laporan mengenai korban jatuh dalam serangan tersebut.
Houthi telah berulang kali melakukan serangan terhadap wilayah UEA dan Arab Saudi. Namun, ini adalah serangan mematikan pertama di dalam wilayah UEA yang diakui oleh Pemerintah UEA dan diakui oleh kelompok. Selanjutnya Houthi terus mengancam akan menggunakan rudal balistik dan pesawat nirawak bersenjata untuk melakukan serangan sporadis.
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan stasiun televisi milik mereka Al Masirah, menilai, serangan itu sukses. Namun, serangan itu hanya serangan permulaan.”Angkatan bersenjata melakukan operasi militer yang sukses dalam kerangka operasi bernama Badai Yaman,” kata Saree.
Dia menambahkan, sebanyak lima rudal balistik dan sejumlah besar pesawat nirawak diluncurkan ke sejumlah fasilitas di bandara Abu Dhabi dan dubai serta kilang minyak di Musaffah dalam serangan ini. Beberapa lokasi sensitif juga menjadi target meski dia tidak menyebutkan lokasi-lokasi mana yang dimaksud.
Kantor berita Uni Emirat Arab, WAM, dikutip dari laman Arab News, menyebutkan, ledakan terjadi di kawasan industri Musaffah ICAD 3 di Abu Dhabi. Selain lokasi itu, kebakaran juga terjadi di lokas pembangunan perpanjangan bandara baru UEA yang juga, menurut polisi setempat, disebabkan oleh serangan pesawat nirawak. Otoritas keamanan setempat tengah menyelidiki serangan tersebut.
”Penyelidikan awal menemukan bagian-bagian dari pesawat kecil yang mungkin merupakan drone di kedua lokasi yang dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran,” kata otoritas keamanan Abu Dhabi. Mereka juga menambahkan, tidak ada kerusakan struktural yang signifikan.
UEA berhak untuk menanggapi serangan teroris dan eskalasi kriminal ini.
Pemerintah UEA, melalui Kementerian Luar Negeri, mengutuk serangan tersbeut.”UEA mengutuk serangan teroris yang dilakukan oleh milisi Houthi di daerah dan fasilitas sipil di tanah Emirat. (Hal itu) tidak akan dibiarkan begitu saja. UEA berhak untuk menanggapi serangan teroris dan eskalasi kriminal ini,” kata Kemenlu UEA dalam pernyataannya.
Pasukan koalisi tidak menunggu waktu terlalu lama untuk bergerak. Senin (17/1/2022) malam, pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi melakukan serangan udara di Sana’a. Serangan menghantam rumah seorang mantan pejabat militer Yaman yang menewaskan dia dan putranya yang berusia 25 tahun.
ADNOC, dalam sebuah pernyataannya, mengatakan, insiden itu terjadi di depo bahan bakar Musaffah pada pukul 10.00 waktu setempat. Mereka juga mengakui bahwa ada tiga pekerjanya yang tewas dalam kejadian itu.
”ADNOC sangat sedih untuk mengonfirmasi bahwa tiga rekan kami meninggal dunia dalam kejadian tersebut. Enam rekan lainnya terluka dan menerima perawatan medis spesialis segera,”ujarnya.
Seorang juru bicara Etihad Airways mengatakan, sejumlah kecil penerbangan terganggu sebentar di bandara Abu Dhabi karena”tindakan pencegahan”. Namun, situasi itu kembali normal dengan cepat.
Situasi yang muncul di Timur Tengah saat ini membuat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengeluarkan seruan agar semua pihak menahan diri secara maksimal untuk mencegah eskalasi. Pada saat yang sama, Guterres melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric, mengutuk serangan Houthi atas UEA yang menimbulkan korban jiwa. Sementara Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan, serangan itu mengancam stabilitas regional.
Riyadh dan Abu Dhabi diketahui telah mulai melakukan dialog dengan Iran untuk meredakan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Irak menjadi mediator di dalamnya. Namun, rangkaian dialog ini belum bisa menghasilkan rekonsiliasi di antara para pihak bertikai. Serangan Kelompok Houthi yang kemudian dibalas oleh pasukan koalisi dan UEA, menurut analis politik UEA, Abdulkhaleq Abdulla, mengancam dialog tersebut.
Hubungan Iran-Arab Saudiitu menja di barometer utama situasi di Timur Tengah. Situasi di Yaman, Irak, Lebanon, dan Suriah, misalnya, sangat dipengaruhi oleh pola hubungan Iran-Arab Saudi (Kompas, Senin 17 Januari 2022).
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan mengatakan, Washington akan bekerja sama dengan UEA dan mitra internasionalnya untuk meminta pertanggungjawaban Houthi. Pernyataan ini didukung oleh Israel.”Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengutuk keras serangan semacam itu dan untuk segera bertindak sehingga Iran dan kuasanya tidak akan memiliki alat untuk terus merusak keamanan regional dan merugikan orang yang tidak bersalah,” kata Menteri Luar Negeri Yair Lapid.
Konflik Yaman telah menjadi bencana bagi jutaan warganya yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Banyak dari mereka, menurut laporan PBB, di ambang kelaparan. PBB menyebut krisis di Yaman adalah krisis kemanusiaan terburuk di dunia. PBB memperkirakan perang tersebut telah menewaskan 377.000 orang pada akhir 2021, baik secara langsung maupun tidak langsung. (AFP/Reuters)