Israel Bongkar Jaringan Mata-mata Iran
Shabak telah berhasil membongkar jaringan mata-mata Iran yang terdiri atas lima individu Yahudi imigran asal Iran dan empat di antaranya perempuan.
Foto pada 23 Desember 2021 menunjukkan sebuah tank menembakkan rudal sebagai bagian dari latihan militer Payambar-e-Azadm di Iran.
Berita tentang perang intelijen Iran-Israel seperti tidak pernah berhenti. Tidak hanya dinas intelijen luar negeri Israel atau Mossad yang sudah dikenal sangat aktif beroperasi di Iran, tetapi Teheran juga membalas dengan terus berusaha menyusupkan jaringan mata-matanya ke Israel.
Isu konflik Iran-Israel kembali dikejutkan dengan pengumuman dinas intelijen dalam negeri Israel atau Shabak (The Shin Bet) yang dilansir harian Asharq Al-Awsat, Rabu (12/1/2022). Dilaporkan, Shabak telah berhasil membongkar jaringan mata-mata Iran yang terdiri atas lima individu Yahudi imigran asal Iran dan empat di antaranya perempuan.
Baca juga : Antisipasi Serangan Israel, Iran Mulai Latihan Militer Besar-besaran
Sindikat jaringan mata-mata Iran itu dipimpin seorang perempuan yang berdomisili di kota kecil Bet Shemesh, dekat kota Jerusalem. Ia bekerja di sebuah kantor pemerintah kota Jerusalem.
Kepala sindikat mata-mata Iran itu mendapat imbalan 5.000 dollar AS. Ia kemudian merekrut tiga perempuan lain dengan imbalan di bawah 5.000 dollar AS.
Sindikat jaringan mata-mata Iran itu mendapat tugas memberi laporan tentang jaringan instalasi militer Israel, kegiatan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Israel, Kantor Kementerian Dalam Negeri Israel, rumah Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Aviv Kochavi, dan pusat-pusat perbelanjaan di Israel.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett saat bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi, 22 Oktober 2021.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan, Israel telah berhasil menggagalkan operasi jaringan mata-mata Iran. Ia menyebut, ada upaya yang tidak pernah berhenti dari Garda Revolusi Iran untuk merekrut warga Israel sebagai mata-matanya. PM Bennett lalu mengimbau warga Israel waspada atas berbagai upaya melalui media sosial dari Iran untuk direkrut sebagai jaringan mata-matanya.
Shabak juga menyebut, jaringan mata-mata Iran di Israel sangat berbahaya karena mereka berhasil melakukan aktivitas di dalam negeri Israel. Caranya dengan berupaya memecah belah masyarakat Israel dan menciptakan instabilitas politik di Israel.
Baca juga : Front Baru Permusuhan Iran-Israel
Terbongkarnya jaringan mata-mata Iran tersebut hanya berjarak sekitar dua bulan dari terbongkarnya juga seorang mata-mata Iran yang bekerja sebagai anggota staf kebersihan di rumah dinas Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz di dekat Tel Aviv.
Mata-mata Iran tersebut, yang diketahui bernama Omri Goren Gorochosky (37), ditangkap Shabak pada 4 November 2021. Menurut harian Haaretz, Gorochosky mendapat imbalan 7.000 dollar AS dengan tugas melaporkan semua kegiatan di rumah Gantz.
Saat proses interogasi oleh Shabak, Gorochosky mengatakan hanya bisa mengirim gambar rumah Gantz, semua peralatan di dalamnya, dan semua hadiah bintang jasa Gantz selama karier militernya. Namun, Gorochosky belum berhasil mencapai sisi-sisi rahasia di dalam rumah Gantz karena keburu ditangkap.
Dalam foto yang diambil 3 Agustus 2021 ini tanker MT Mercer Street di lepas pantai Fujairan, Uni Emirat Arab. Pada 29 Juli 2021, dua awak kapal itu tewas akibat serangan drone di lepas pantai Oman. Israel menyalahkan Iran atas insiden tersebut.
Pasca-Revolusi Iran tahun 1979, Israel dan Iran sudah sering terlibat perang intelijen dengan saling merekrut mata-mata satu sama lain.
Mantan menteri
Salah satu kasus perang intelijen Iran-Israel yang populer adalah ketika pengadilan kota Jerusalem pada 9 Januari 2020 menjatuhkan vonis 11 tahun penjara kepada mantan Menteri Energi Israel Gonen Segev dengan dakwaan sebagai mata-mata untuk Iran. Segev menjabat Menteri Urusan Energi Israel pada 1990-an.
Segev ditangkap pada Mei 2018 di Guinea, Afrika barat, dan diserahkan ke Israel. Mossad telah memantau gerak-gerik Segev ketika ia berdomisili di Nigeria dan membuka klinik di kota Lagos.
Baca juga : Iran-Israel Terlibat Perang Senyap di Laut
Tertangkapnya Segev tersebut mengungkap keberhasilan Iran merekrut figur-figur papan atas Israel untuk menjadi mata-mata negara itu. Menurut media Israel, Segev selama enam tahun terakhir bertemu secara rutin dengan dinas intelijen Iran.
Segev telah memberi informasi sensitif kepada dinas intelijen Iran tentang berbagai instalasi militer penting di Israel dan para pejabat militer Israel yang sedang memegang posisi strategis.
Kepala Korps Garda Revolusi Iran Hossein Salami (tengah) saat menghadiri latihan militer bersama Payambar-e-Azadm pada 23 Desember 2021 di tiga provinsi di Iran.
Harian setengah resmi Mesir, Al Ahram, pada 28 April 2020 juga melansir bahwa Shabak telah berhasil menangkap seorang warga Israel pada 16 Maret 2020 yang direkrut sebagai mata-mata Iran. Dia diketahui telah mengadakan beberapa kali pertemuan di luar negeri dengan pejabat intelijen Iran.
Menurut harian tersebut, warga Israel itu telah mendapat uang dalam jumlah besar dan latihan untuk menjalankan operasi rahasia di Israel. Warga Israel itu mendapat misi mencari informasi tentang fasilitas militer penting di seantero Israel dan hasil riset Israel terkait vaksin khusus untuk Covid-19 serta cara Israel menghadapi penyebaran pandemi.
Salah seorang pejabat Front Pembebasan Rakyat Palestina (PFLP) yang berbasis di Lebanon, Khaled Yamani, dilansir ikut terlibat dalam pertemuan antara dinas intelijen Iran dan warga Israel itu di beberapa negara. PFLP dikenal sebagai loyalis Iran dan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.