Indonesia Kirim Beras dan Minyak Goreng ke Afghanistan
Indonesia mengirim 60 ton bantuan pangan ke Afghanistan. Walaupun Indonesia belum mengakui pemerintahan Taliban, bantuan kemanusiaan tetap diluncurkan untuk membantu warga Afghanistan.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sebanyak dua pesawat Garuda Indonesia dari Jakarta yang membawa bantuan pangan untuk rakyat Afghanistan telah tiba di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, Minggu (9/1/2022) pukul 10.00 waktu setempat atau pukul 12.30 WIB. Ini adalah kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Program Pangan Dunia atau WFP untuk menolong masyarakat Afghanistan yang dilanda bencana kelaparan akibat gagal panen serta situasi konflik.
“Saat ini, kami masih sibuk menyortir bantuan. Nanti kami akan berkoordinasi dengan WFP untuk distribusinya. Kemungkinan besar akan ada perwakilan misi Indonesia yang ikut turun ke lapangan,” kata Kepala Misi Kemanusiaan Indonesia di Afghanistan Budi Suryasaputra ketika dihubungi di Kabul pukul 13.58 waktu setempat.
Budi memaparkan, bantuan terdiri dari 30 ton beras dan 31 ton minyak goreng. Komoditas ini sesuai dengan ketentuan WFP mengenai standar bantuan pangan untuk kebencanaan. Bantuan sedianya akan diberikan untuk 17.000 warga Afghanistan. Akan tetapi, lokasi dan metode penyaluran belum bisa diungkapkan lebih rinci.
“Arahan pusat kepada misi ini juga masih sesuai kebutuhan WFP, yaitu pangan. Kami belum menerima informasi mengenai kebutuhan untuk obat-obatan,” tutur Budi.
Misi Indonesia di Afghanistan berada di bawah Kementerian Luar Negeri. Anggotanya terdiri dari delapan orang. Mereka telah berada di Afghanistan selama lima bulan. Sebelumnya, misi ini sempat dipindahkan ke Islamabad, Pakistan, karena alasan keamanan setelah pemerintahan Afghanistan direbut oleh Taliban. Misi kembali ke Kabul pada 27 Desember 2021.
“Memang secara diplomatik Indonesia belum membangun hubungan dengan otoritas Taliban. Akan tetapi, fokus Indonesia saat ini adalah siap sedia menolong rakyat Afghanistan,” kata Budi.
Bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan dilepas oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Bandara Soekarno-Hatta pada pukul 04.00 WIB. Penerbangan menempuh perjalanan selama delapan jam sampai tiba di Kabul, Afghanistan.
Menurut Retno, 23 juta penduduk negara tersebut atau lebih dari separuh populasi terancam kelaparan. Ada 3 juta anak Afghanistan yang berisiko mengalami kekurangan gizi akut. “Ini adalah bagian dari serangkaian bantuan Indonesia untuk Afghanistan,” ujar Retno.
Sebelumnya, Retno pada pernyataan pers tahunan 2022 mengungkapkan, Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Qatar juga menjanjikan beasiswa kepada para perempuan Afghanistan guna membantu mereka mendapat pendidikan layak. Janji itu diberikan dalam pertemuan darurat Organisasi Kerja Sama Islam Dunia untuk membahas Afghanistan. Indonesia adalah inisiator pertemuan itu. Indonesia juga terus mendorong Taliban menepati janji mewujudkan pemerintahan yang inklusif.
Dalam wawancara eksklusif dengan Kompas pada Oktober 2021, Spesialis Komunikasi Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-Anak (Unicef) Afghanistan, Salam Al Janabi, menjelaskan, krisis kemanusiaan di negara itu bukan baru terjadi setelah pergantian pemerintahan pada Agustus 2021. Jauh sebelumnya, 10 juta anak di Afghanistan telah memerlukan bantuan dan separuh populasi di ambang kelaparan.
“Per Juni 2021, 80 persen warga Afghanistan sudah kekurangan pangan akibat kemarau berkepanjangan selama tiga tahun terakhir. Banyak sekali warga yang terpaksa meninggalkan kampung halaman dan hidup terlunta-lunta demi mencari makanan,” katanya.
Hampir 80 persen anggaran pendapatan dan belanja negara Afghanistan berasal dari bantuan internasional. Dana ini kemudian dibekukan ketika Taliban merebut pemerintahan. Akibatnya, fasilitas umum seperti rumah sakit, sekolah, dan klinik berhenti beroperasi.
Sementara itu, situasi di Afghanistan masih belum stabil. Setelah puluhan ribu penduduknya mengungsi ke luar negeri, Taliban terus mencari orang-orang yang mereka anggap sebagai penentang kekuasaan kelompok ini. Pada Sabtu (8/1), Taliban menangkap Faizuallah Jalal, seorang dosen perguruan tinggi yang kritis terhadap cara Taliban memimpin negara itu.
Juru Bicara Taliban Zabiullah Mujahid dalam jumpa pers mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan Jalal yang diunggah di media sosial merupakan fitnah terhadap Taliban. Unggahan dia berisiko membuat masyarakat resah dan mengadu domba pemerintah dengan rakyat. (AP/DNE)