Kazakhstan Berlakukan Jam Malam Setelah Puluhan Orang Tewas
Puluhan orang tewas dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Kazakhstan. Bentrokan terjadi menyusul unjuk rasa berhari-hari yang dipicu kenaikan harga gas cair yang biasa digunakan warga kurang mampu.
ALMATY, KAMIS — Kazakhstan, negara di Asia Tengah, memberlakukan jam malam sejak Kamis (6/1/2021) menyusul bentrokan mematikan di negara itu. Aksi protes atas kenaikan harga bahan bakar gas cair atau elpiji telah berubah menjadi kekerasan menewaskan puluhan orang. Lebih dari 1.000 orang terluka.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengatakan, Bandara Almaty telah direbut oleh kelompok yang disebutnya ”teroris”, Rabu malam. Dia mengatakan lima pesawat dibajak.
”Geng teroris merebut fasilitas infrastruktur besar di Bandara Almaty dan lima pesawat, termasuk pesawat asing,” katanya. ”Almaty telah diserang, dihancurkan, dan dirusak.”
Tokayev tidak merinci penjelasannya. Namun, dia mengaku telah meminta bantuan aliansi militer yang dipimpin Rusia, Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif (CSTO), untuk menjaga keamanan di Kazakhstan. CSTO adalah organisasi kerja sama Rusia, Armenia, Belarus, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan.
Baca juga: Unjuk Rasa Tak Kunjung Henti, Presiden Kazakhstan Bubarkan Kabinet
Media lokal dan Rusia melaporkan, aksi protes atas kenaikan harga bahan bakar gas cair itu dimulai Minggu (2/1/2022) di Kazakhstan barat. Dalam tiga hari terakhir aksi protes menyebar ke Almaty dan ibu kota Nur-Sultan.
Bentrokan mematikan dengan polisi terjadi karena massa menyerang gedung pemerintah, Rabu malam. Rumah Tokayev dibakar. Beberapa kantor pemerintah, termasuk kantor polisi, juga diserang. Pemerintah menutup jaringan internet di seluruh negeri. Kerusuhan serupa juga terjadi di kota Alma-Ata dan Aktau.
Juru bicara polisi di Almaty, Saltanat Azirbek, Kamis, mengonfirmasi bahwa puluhan orang tewas dalam serangan terhadap gedung pemerintah. Kepada televisi negara Khabar-24, dia mengatakan, aparat melumpuhkan puluhan orang karena mereka menyerbu gedung-gedung pemerintah.
Khabar 24 melaporkan, 12 petugas keamanan tewas dan 353 petugas lainnya terluka. Mayat salah satu petugas keamanan ditemukan dalam keadaan kepala terpenggal, menurut laporan kantor berita Rusia Interfax dan RIA Novosti.
Polisi menyalahkan kelompok ”ekstremis” atas bentrokan mematikan itu. Kepala Polisi Kanat Taimerdenov mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kelompok ”ekstremis dan radikal” berada di belakang aksi protes. Dia menuduh demonstran menyerang 500 warga sipil dan menjarah pusat bisnis. ”Polisi Almaty telah mengendalikan situasi. Jalanan telah bersih. Seluruhnya, sekitar 2.000 orang telah ditangkap,” kata Kementerian Dalam Negeri.
Aksi jalanan kali ini diakui sebagai protes terburuk yang pernah dialami negara itu sejak meraih kemerdekaannya tiga dekade silam, 1991. Azirbek menegaskan bahwa gedung-gedung pemerintah telah dibakar. Kementerian Dalam Negeri Kazakhstan menyebutkan, delapan polisi dan pasukan garda nasional tewas.
Baca juga: Peluang Kerja Sama Bilateral dengan Negara-negara Asia Tengah Besar
Kementerian Kesehatan Kazakhstan mengatakan, lebih dari dari 1.000 orang terluka dalam beberapa hari kerusuhan yang terus meningkat di Kazakhstan. ”Lebih dari 1.000 orang terluka. Hampir 400 orang masuk rumah sakit dan 62 orang dirawat intensif,” kata Wakil Menkes Azhar Guiniyat.
Situasi di Almaty dilaporkan sangat tegang, Kamis pagi. Beberapa kendaraan lapis baja pengangkut personel militer dan sejumlah tentara memasuki alun-alun utama Almaty di mana ratusan orang sedang berkumpul untuk memprotes pemerintah karena menaikkan harga bahan bakar gas cair.
Menurut saksi mata, suara tembakan terdengar saat pasukan mendekati kerumunan. Sejak itu situasi di alun-alun kembali tenang. Video yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan, pasukan berpatroli di jalan-jalan berkabut Almaty sejak Rabu malam.
Televisi pemerintah, Kamis, menayangkan video tumpukan senjata di sebuah ruas jalan kota Almaty. Orang-orang yang melintas lalu mengambilnya. Tidak diketahui secara pasti siapa orang-orang itu dan mengapa senjata ditumpuk di tengah jalan kota. Massa menjarah di banyak tempat.
Kekuatan politik
Unjuk rasa semua merupakan protes keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar gas cair atau elpiji, yang biasa digunakan oleh warga kurang mampu, dua kali lebih tinggi sejak 1 Januari. Aksi protes berubah menjadi kerusuhan antipemerintah yang disulut kebencian terhadap rezim mantan Presiden Nursultan Nazarbayev (81).
Dilaporkan, Nazarbayev mengundurkan diri pada 2019, tetapi tetap menjadi kekuatan politik. Keluarganya diyakini mengendalikan mayoritas ekonomi di negara Asia Tengah itu, termasuk sektor migas. Tokayev sebagai penerusnya memberi Nazarbayev perang penting sebagai Kepala Dewan Keamanan Kazakhstan.
Selama hampir tiga dekade pemerintahannya, Nazarbayev menjalankan kekuasaan dengan tangan besi. Dia dilaporkan berjasa menarik investasi asing hingga ratusan miliar dollar AS antara lain di bidang energi.
Baca juga: Soal Studi Banding ke Kazakhstan, DPR Sebut Pansus RUU IKN Hanya Penuhi Undangan Bappenas
Kenaikan harga gas elpiji yang melambung dua kali lipat kali ini dihubungkan dengan Nazarbayev. Untuk meredam gejolak akibat kenaikan harga elpiji itu, Tokayev telah memecat Nazarbayev, Rabu (5/1/2022), dan memimpin langsung Dewan Keamanan Negara.
Pemerintahan Perdana Menteri Askar Mamin telah mengundurkan diri karena krisis terbaru ini. Tokayev mengumumkan keadaan darurat di Almaty, memberlakukan jam malam, dan membatasi akses ke kota tersebut. Kazakhstan juga menerapkan kembali batasan sementara pada harga elpiji. Tindakan darurat diperluas ke seluruh negara sejak Rabu.
Kantor berita Reuters mengutip CSTO menyebutkan, Rusia telah mengirim pasukan terjun payung ke Kazakhstan sebagai bagian dari pasukan CSTO. Moskwa akan berkonsultasi dengan Kazakhstan dan sekutu lainnya tentang kemungkinan langkah lanjutan untuk mendukung operasi ”antiteroris” dan melindungi infrastruktur vital.
”Kami menganggap peristiwa baru-baru ini di negara sahabat sebagai upaya yang diilhami dari luar untuk merusak keamanan dan integritas negara dengan paksa, menggunakan formasi bersenjata yang terlatih dan terorganisasi,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengecam kekerasan yang mematikan di Kazakhstan. Washington meminta para pengunjuk rasa dan aparat untuk menahan diri dan menyebut Kazakhstan sebagai mitra yang berharga.
Washington membantah tuduhan Moskwa bahwa AS telah memicu kerusuhan. Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, tuduhan itu benar-benar salah. Inggris menyerukan para pihak di Kazakhstan memulihkan keadaan dan mengikuti perkembangan dengan cermat.
Dalam sebuah pernyataan, Layanan Aksi Eksternal Uni Eropa (EEAS) mengatakan, mengikuti dengan cermat protes yang sedang berlangsung di Kazakhstan. ”Terutama yang terkait dengan kenaikan berlipat harga gas cair baru-baru ini”. EEAS mendorong penyelesaian secara damai melalui dialog inklusif dengan para pihak terkait dan menghormati hak-hak dasar warga.
Imbauan
Menyikapi situasi di Kazakhstan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Nur-Sultan mengimbau agar warga negara Indonesia di Kazakhstan selalu waspada dan berhati-hati. Dalam imbauan itu, KBRI juga mengimbau agar WNI menjauhi kerumunan, tidak bepergian ke luar rumah kecuali untuk hal-hal penting, dan mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat.
Selain itu, warga negara Indonesia di Kazakhstan juga diimbau untuk tidak ikut dalam aksi massa, tidak memberi komentar publik terkait perkembangan terkini di Kazakhstan. KBRI juga mengimbau agar WNI terus menjalin komunikasi dengan sesama WNI dan KBRI.
Dalam imbauan resmi itu, KBRI juga menyertakan sejumlah nomor yang dapat dihubungi, salah satunya adalah Hotline KBRI, yaitu +7 771 836 0245. (AFP/AP/REUTERS)