Palestina-Israel Bahas Isu Kerja Sama Ekonomi dan Keamanan
Pemerintah Palestina dan Israel terus mengupayakan kerja sama di antara kedua negara. Di lapangan, pencaplokan rumah warga Palestina oleh warga Israel terus terjadi.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TEL AVIV, RABU — Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz menggelar pertemuan pada Selasa (28/12/2021) malam di Israel. Pertemuan itu adalah pertemuan yang cukup bersejarah karena menjadi pertemuan pertama kali pemimpin Palestina dengan pejabat senior Israel di Israel dalam satu dekade terakhir. Pertemuan itu juga menarik perhatian banyak pihak, tidak hanya karena membahas kemungkinan kerja sama bidang keamanan dan ekonomi kedua negara, tetapi juga karena dilaksanakan di kediaman Gantz di Rosh Ha’ayin.
Dalam pertemuan yang berlangsung lebih kurang 2,5 jam, keduanya berbicara tentang kerja sama, saling memperkuat kepercayaan di antara kedua pemerintahan dalam bidang ekonomi dan keamanan sipil. Gantz, melalui akun Twitter-nya mengonfirmasi hal itu.
”Malam ini saya bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Kami membahas pelaksanaan langkah-langkah ekonomi dan sipil dan menekankan pentingnya memperdalam koordinasi keamanan dan mencegah teror dan kekerasan—untuk kesejahteraan Israel dan Palestina,” kata Gantz melalui akun Twitter-nya.
Bagi kedua tokoh, pertemuan itu adalah pertemuan mereka yang kedua kali setelah Gantz bertemu Abbas di kantor Otoritas Palestina di Ramallah, Agustus lalu. Pada pertemuan di kediaman Gantz, mantan rival Benjamin Netanyahu ini didampingi sejumlah petinggi COGAT, Koordinator Kegiatan Pemerintahan Israel di Wilayah Pendudukan. Sementara Abbas didampingi oleh Hussein al-Sheikh, Menteri Urusan Sipil Palestina dan juga merupakan orang kepercayaannya.
Sheikh mengatakan, pertemuan itu menjadi terkait dan penting untuk menciptakan cakrawala politik baru. Selain itu, pertemuan yang mayoritas dilakukan secara empat mata antara Abbas dan Gantz terkait dengan situasi di lapangan, terutama di wilayah pendudukan, yang tegang karena praktik pembangunan permukiman oleh Pemerintah Israel. Dia juga mengakui, pertemuan itu juga membahas masalah keamanan, ekonomi serta kemanusiaan.
Pertemuan pada Selasa malam menjadi bagian upaya Israel untuk melemahkan Kelompok Hamas. Israel memandang, rencana mendanai pembangunan Palestina akan menjadi pintu masuk untuk melemahkan Kelompok Hamas, kelompok perlawanan utama Palestina terhadap Israel.
Tidak hanya itu, bentrokan sporadis antara warga Palestina dan warga Israel ataupun warga Palestina dengan otoritas keamanan Israel terus berlanjut. Beberapa pekan lalu, seorang pemuda Palestina ditembak mati oleh aparat keamanan Israel di tepi jalan yang ramai di siang bolong. Video rekaman penembakan ini viral di media sosial dan membuat Israel dikecam.
Terakhir, bentrokan pada malam Natal, Sabtu (25/12/2021) juga terjadi di Ramallah. Bentrokan antara warga Palestina dan otoritas keamanan Israel yang tidak seimbang berakhir dengan puluhan korban di kubu warga Palestina.
Mengutip laman Times of Israel, beberapa bulan terakhir Pemerintah Israel ”berbaik hati” dengan meminjamkan dana sebesar 500 juta shekel atau sekitar Rp 2,29 triliun kepada Otoritas Palestina, yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur, peningkatan kemampuan pertahanan, dan membayar utang. Pemerintah Israel juga memberikan tambahan izin bagi warga Palestina untuk bekerja di Israel untuk mendorong perbaikan situasi ekonomi di Tepi Barat.
Baik Gantz maupun Abbas tidak mengeluarkan pernyataan soal rencana pembangunan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan yang terus berlangsung. Di lapangan, pengambilalihan rumah warga Palestina oleh warga Israel yang didukung oleh aparat keamanan juga terus berlangsung.
Kritik
Pertemuan antara Gantz dan Abbas dikritik keras kedua belah pihak. Di Israel, Partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu mengritik pertemuan itu sebagai upaya untuk memberikan panggung bagi Palestina dan Abbas. Mereka juga memperingatkan bahwa bila ada pertemuan serupa di kemudian hari, rakyat Israel hanya menunggu sampai pemerintahan baru memberikan konsesi yang akan membahayakan keberadaan negara itu dan warganya.
Kritik juga datang dari partai oposisi, Partai Agama Zionis. Ofir Sofer, petinggi partai, menyebut pemerintahan Perdana Menteri Naftali Bennet secara diam-diam mengarahkan negara itu ke Oslo II, perjanjian damai Israel-Palestina pada September 1995. ”Saatnya bangun sebelum terlambat,” kata Sofer.
Kritik keras juga datang dari Kelompok Hamas yang menyebut tindakan Abbas bertemu musuh rakyat Palestina sebagai tindakan tercela dan terkutuk. ”Ini adalah serangan terhadap perlawanan yang selama ini berlangsung di Tepi Barat,” kata juru bicara Hamas, Hazim Qasim. (AP/AFP)