”Berkah” Pandemi, Warga Kamboja Makin Akrabi Sistem Pembayaran Digital
Di berbagai belahan dunia, pandemi Covid-19 mempercepat pertumbuhan transaksi digital. Di Kamboja, berkat platform Bakong, warga mulai terbiasa bertransaksi jual-beli atau transfer uang melalui sistem ”blockchain”.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
Target bank sentral Kamboja tidak muluk-muluk ketika meluncurkan platform Bakong pada Oktober tahun 2020. Tujuannya adalah agar inklusi keuangan meningkat dan penggunaan mata uang lokal lebih luas dibandingkan mata uang asing, khususnya dollar AS. Siapa sangka, justru kondisi di masa pandemi Covid-19 menjadi ”berkah” tak terduga, melebihi dua ekspektasi utama itu.
Nama ”Bakong” diambil dari sebuah kuil Khmer kuno di dekat Siem Reap. Sebagai mata uang digital, Bakong menyediakan platform pembayaran dan transfer uang berbasis teknologi blockchain untuk lebih dari selusin bank dan lembaga keuangan.
Menurut bank sentral Kamboja, National Bank of Cambodia (NBC), platform itu telah menjangkau sekitar 5,9 juta pengguna, dengan transaksi senilai hampir 2 miliar dollar AS sejauh ini. ”Kami tidak memperkirakan adanya pandemi ketika kami meluncurkannya pada tahun 2020,” kata Chea Serey, Direktur Jenderal NBC.
”Ternyata pandemi adalah berkah tersembunyi, karena adopsi hal itu lebih cepat karena orang khawatir ketika memegang uang (secara langsung),” lanjut Serey.
Bakong dikembangkan oleh perusahaan blockchain Jepang, Soramitsu. Bakong memungkinkan warga Kamboja menggunakan aplikasi seluler gratis untuk membayar dan mentransfer uang melalui bank mana pun lewat platform itu. Aneka transaksi tersebut dapat dilakukan, bahkan sekalipun mereka tidak memiliki akun tradisional di bank tersebut.
Otoritas NBC mengungkapkan, lebih dari 200.000 warga Kamboja yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank kini telah menggunakan e-wallet Bakong. Jumlah itu hanyalah sebagian kecil dari sekitar 70 persen dari 17 juta populasi Kamboja yang tidak memiliki rekening bank atau sangat jarang berhubungan secara langsung dengan perbankan.
”Karena sebagian besar populasi tidak memiliki rekening bank, banyak pekerjaan rumah pula untuk menciptakan sistem yang dapat menggerakkan orang-orang yang tidak memiliki pengalaman dengan bank,” kata Makoto Takemiya, kepala eksekutif grup Soramitsu Holdings di Tokyo.
”Namun, penetrasi ponsel yang tinggi dan populasinya yang mencakup banyak kaum muda dan nyaman menggunakan ponsel menjadikan adopsinya cukup cepat,” lanjut Takemiya.
Sistem berbasis blockchain mendukung penyelesaian yang lebih cepat, lebih transparan, dan dengan biaya lebih rendah.
Dengan Bakong, pengguna dapat melakukan pembayaran dan transfer dalam mata uang dollar AS atau riel Kamboja—dua mata uang yang digunakan di negara tersebut—hanya dengan nomor telepon atau kode QR. Blockchain akan mencatat semua transaksi dalam rangkaian kronologis catatan yang diamankan secara kriptografis.
Sistem berbasis blockchain mendukung penyelesaian yang lebih cepat, lebih transparan, dan dengan biaya lebih rendah. Bank sentral pun memiliki fasilitas sekaligus otoritas untuk mengamati dan mengendalikan keuangan individu yang melanggar privasi pelanggan.
Transaksi digital tumbuh
Di berbagai belahan dunia dunia, kondisi pandemi Covid-19 ternyata telah mempercepat pertumbuhan transaksi digital. Perusahaan-perusahaan mendorong pembayaran secara daring. Pemerintah-pemerintah pun mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan inklusi keuangan warga.
Hal-hal itu diupayakan di tengah aneka tantangan yang mengemuka, mulai dari konektivitas atas internet yang buruk, akses terbatas terhadap gawai, atau literasi keuangan yang rendah.
Secara global dilaporkan penggunaan uang tunai fisik yang turun. Di sisi lain, sikap skeptis dan hati-hati ditunjukkan sejumlah otoritas finansial di negara-negara atas perkembangan mata uang kripto. Peningkatan animo dan penggunaan mata uang kripto dihadapi dengan sikap itu mengingat sangat fluktuatifnya pergerakan mata uang-mata uang kripto. Kondisi itu dinilai dapat meningkatkan risiko sistemik, belum lagi dapat digunakannya mata uang kripto untuk mencuci uang, hingga merugikan investor.
Sebuah survei awal tahun ini terhadap 65 bank sentral oleh Bank for International Settlements menunjukkan, 86 persen bank sentral di dunia tengah mengeksplorasi atau menguji mata uang digital. Bank-bank sentral negara berkembang dan negara ekonomi berkembang lebih mungkin untuk menerbitkan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Bahama menjadi negara pertama yang meluncurkan CBDC bernama Sand Dollar pada Oktober 2020. Adapun Nigeria adalah negara Afrika pertama yang meluncurkan mata uang digital bernama eNaira pada Oktober tahun ini. Bakong digambarkan sebagai CBDC hibrida.
Emir Hrnjic, kepala pelatihan teknologi finansial di Asian Institute of Digital Finance, mengungkapkan bahwa sebagian besar inovasi teknologi keuangan dalam beberapa tahun terakhir memang terjadi di pasar negara berkembang. Ini terjadi mengingat pasar negara maju telah dilayani dengan baik lewat penggunaan kartu kredit dan debit.
”Negara-negara kecil lebih cepat merangkul mata uang digital karena mereka memiliki tantangan nyata untuk diatasi, dan risiko mengadopsi teknologi baru mungkin lebih rendah daripada risiko tidak melakukan apa-apa,” kata Serey.
Bakong juga dimaksudkan untuk membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Platform itu telah mengurangi biaya pengiriman uang untuk lebih dari 1 juta pekerja migran Kamboja di luar negeri. Sebelumnya, mereka harus menanggung biaya besar untuk layanan pengiriman uang dan agen informal.
Pada tahun 2019, para pekerja migran Kamboja di luar negeri mengirimkan remitansi senilai sekitar 1,5 miliar dollar AS. Jumlah itu setara dengan sekitar 6 persen dari total produk domestik bruto negara tersebut.
Pekerja migran Kamboja di Malaysia, misalnya, kini dapat mengirim uang ke keluarga mereka yang tidak memiliki rekening bank melalui Bakong. Otoritas NBC pun ingin menambahkan negara lain ke platform tersebut.
”Keluarga di perdesaan sangat bergantung pada uang yang dikirim kepada mereka oleh pekerja di kota atau di luar negeri. Jadi, (layanan keuangan) ini sangat penting,” kata Hong Reaksmey, direktur usaha amal global ActionAid di Kamboja.
”(Layanan keuangan ini) Berguna juga bagi pemerintah untuk mengirimkan bantuan tunai yang sangat berperan membantu keluarga-keluarga di masa pandemi Covid-19.” (THOMSON REUTERS FOUNDATION)