Topan Rai Terjang Selatan Filipina, 12 Orang Tewas, Ribuan Warga Mengungsi
Topan Rai dinaikkan statusnya menjadi angin topan super ketika menyapu Pulau Siargao pada Kamis (16/12/2021). Kecepatan angin maksimum yang terjadi mencapai 195 kilometer per jam.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MANILA, SABTU — Sedikitnya 12 orang tewas dan 300.000 warga lainnya harus meninggalkan rumah untuk mengungsi setelah topan Rai menerjang bagian selatan dan tengah Filipina, sepanjang Kamis (16/12/2021) hingga Jumat. Pulau tujuan wisata populer, Pulau Palawan dan Pulau Siargao, adalah di antara sejumlah pulau yang diterjang topan itu.
Otoritas cuaca Filipina menyatakan, topan Rai dinaikkan statusnya menjadi angin topan super ketika menyapu Pulau Siargao, Kamis. Kecepatan angin maksimum topan itu mencapai 195 kilometer per jam. Sehari setelahnya, kecepatan angin berkurang menjadi 150 kilometer per jam.
”Pulau Siargao rusak berat,” kata Ricardo Jalad, Direktur Eksekutif Badan Bencana Nasional Filipina, dalam keterangan pers.
Kepulauan Visaya, satu dari tiga kelompok kepulauan di Filipina bersama dengan Luzon dan Mindanao, turut diterjang angin topan itu. Tujuan wisata populer Pulau Palawan dan beberapa kawasan di Mindanao juga tidak lepas dari sapuannya.
Jalad mengungkapkan, 12 warga meninggal akibat bencana yang disebut sebagai angin topan terbesar sejauh ini pada tahun 2021. Tujuh orang dilaporkan hilang dan sejumlah warga lain mengalami luka-luka.
Topan Rai telah menumbangkan pepohonan dan tiang listrik hingga mengakibatkan desa-desa kebanjiran setelah menyapu wilayah itu diiringi hujan deras. Atap-atap rumah di sejumlah daerah dilaporkan porak poranda. Komunikasi di sejumlah daerah yang terkena sapuan angin topan itu juga dilaporkan terputus.
Komunikasi di sejumlah daerah yang terkena sapuan angin topan itu juga dilaporkan terputus.
”Kami melihat orang-orang berjalan di jalan, banyak dari mereka dalam kondisi terguncang,” demikian laporan koresponden ABS-CBN, Dennis Datu, dari kota Surigao yang berada di ujung utara Mindanao dan dekat Siargao. ”Semua bangunan mengalami kerusakan parah, termasuk kantor bencana provinsi, layaknya terkena bom.”
Datu mengatakan, jalan utama menuju kota pesisir itu telah terputus oleh tanah longsor serta pohon tumbang dan tiang listrik yang roboh.
Badan Bencana Nasional Filipina mengatakan, lebih dari 300.000 orang telah mencari perlindungan darurat saat topan melanda. Sekitar 18.000 orang dilaporkan belum kembali ke rumah hingga warta ini ditulis.
”Gambaran lengkapnya baru mulai muncul, tetapi jelas ada kerusakan yang meluas,” kata Alberto Bocanegra, Kepala Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Filipina. Bocanegra menyatakan, terputusnya jalur komunikasi di Siargao menimbulkan kekhawatiran besar atas nasib warga di pulau itu.
Penjaga Pantai Filipina membagikan foto-foto di media sosial yang menunjukkan kehancuran dalam skala luas. Atap-atap bangunan robek, struktur kayunya hancur, dan pohon-pohon palem tampak terlepas dari daun di sekitar Surigao.
Penerbangan dibatalkan
Wali Kota Surigao Ernesto Matugas mengatakan kepada ABS-CBN bahwa topan Rai menerjang kota berpenduduk sekitar 170.000 orang itu selama beberapa jam, mengakibatkan kerusakan parah.
”Anginnya sangat kencang,” kata Matugas. ”Semuanya mengalami kerusakan, seperti atap tertiup angin hingga akses jalan terhalang oleh tanah longsor.”
Bencana itu juga mengakibatkan dibatalkannya puluhan penerbangan di seluruh wilayah Filipina. Jalad menyatakan, bandara tersibuk kedua Filipina di Cebu rusak akibat topan itu sehingga penerbangan dari dan menuju Cebu ditangguhkan sementara.
Perjalanan laut juga terganggu. Puluhan pelabuhan harus ditutup setelah otoritas cuaca negara itu memperingatkan kemungkinan terjadinya gelombang tinggi setinggi beberapa meter. Peringatan tentang banjir di kawasan-kawasan pesisir juga dikeluarkan otoritas yang berwenang.
”Kehancurannya sulit dijelaskan,” kata Joel Darunday (37), warga yang sehari-hari berprofesi sebagai pemandu wisata di Pulau Bohol. Topan telah memorakporandakan atap rumahnya. ”Badainya sangat kuat. Terakhir kali saya mengalami sesuatu seperti ini adalah pada era 1980-an.”
Orang-orang mulai membersihkan pohon tumbang, ranting, dan puing-puing dari jalan ketika topan mereda. Foto terverifikasi yang diambil di kota Lapu-Lapu di Provinsi Cebu menunjukkan bangunan di pinggir jalan hancur dan rata dengan tanah. Jalan-jalan penuh sampah, termasuk lembaran atap besi rumah warga. Beberapa rumah kayu di kota pesisir Dulag di Provinsi Leyte juga dilaporkan hancur.
Topan Rai secara lokal di Filipina dinamai Odette. Topan sejenis umumnya menghantam Filipina pada akhir musim topan. Kebanyakan topan biasanya berkembang antara Juli dan Oktober. Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa topan menjadi lebih kuat dan menguat lebih cepat ketika dunia menjadi lebih hangat karena perubahan iklim yang ikut didorong aktivitas manusia.
Filipina merupakan salah satu negara di dunia yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Negara itu dilanda rata-rata 20 badai dan topan setiap tahun, yang biasanya menyapu kawasan pertanian, rumah, dan infrastrukturnya. Topan Rai bergerak melintasi wilayah Visayas ke Palawan pada Jumat dan diperkirakan akan muncul Sabtu ini di atas Laut China Selatan menuju Vietnam. (AFP)