Kasus Bayram-Nezametin menarik perhatian intelijen. Aktivitas kedua warga Yunani, yang didakwa bekerja sebagai mata-mata Turki, dipandang sebagai kegiatan yang mengancam keamanan nasional Yunani.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Setelah setahun diproses, Sebahattin Bayram (36) dan Mehmet Nezametin (53) akhirnya menerima vonis. Pengadilan Yunani, Kamis (16/12/2021), menjatuhkan vonis kepada kedua warganya itu masing-masing secara berurutan lima dan empat tahun penjara.
”Kami mengecam vonis penjara lima tahun yang diumumkan pengadilan Kepulauan Dodecanese setelah persidangan tiga hari sejak 13 Desember 2021 pada kasus pegawai kontrak Konsulat Turki di Pulau Rhodes dengan tuduhan mata-mata,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki atas vonis itu.
Rhodes merupakan pulau terbesar di Kepulauan Dodecanese. Pulau lain di kepulauan itu bernama Kastelorizo. Di Pulau Kastelorizo, yang dalam bahasa Turki bernama Megisti-Meis, itulah awal mula petaka yang menimpa dua warga Yunani keturunan Turki tersebut.
Dalam penyelidikan terhadap mereka terungkap, Bayram meminta Nezametin memotret kapal-kapal militer Yunani di Laut Aegea. Pemotretan dilakukan dari Pulau Kastelorizo dan dari kapal yang menghubungkan pulau itu dengan Rhodes. Nezametin menjadi koki pada kapal rute Rhodes- Kastelorizo.
Jauh sebelum urusan potret kapal perang itu, Bayram sudah diawasi intelijen Yunani. Sebab, ia aktif mengampanyekan kemerdekaan Thrace Barat dari Yunani. Daerah itu terletak dekat perbatasan Yunani-Turki. Meski sudah ribuan tahun daerah itu masuk wilayah Yunani, sebagian penduduknya keturunan Turki.
Bayram semakin diawasi setelah direkrut menjadi pegawai Konsulat Turki di Rhodes. Bermula sebagai penerjemah, Bayram lalu dikenal sebagai orang kepercayaan para pejabat di konsulat itu.
Sumber di intelijen Yunani menyebutkan, Bayram dan Nezametin ditangkap kala akan bersua di salah satu kedai minum di Rhodes, Desember 2020. Sedianya, Nezametin akan menyerahkan foto-foto yang direkamnya kepada Bayram. Tidak ada foto yang diserahkan karena mereka keburu ditangkap.
Selepas penangkapan, rumah mereka digeledah. Polisi menyita ponsel, komputer, kandar lepas, serta radio dan antenanya. Dari ponsel, komputer, dan kandar lepas, polisi Yunani menemukan bukti-bukti yang memberatkan mereka.
Dalam pemeriksaan, Nezametin menyangkal melakukan semua itu demi uang. ”Saya melakukannya demi kampung halaman, Turki,” demikian menurut sumber intelijen Yunani yang ikut memeriksa Nezametin dan Bayram.
Kasus itu menarik perhatian intelijen karena dipandang sebagai kegiatan yang mengancam keamanan nasional Yunani. Dalam ponsel Bayram dan Nezametin, ada rekaman pertukaran pesan singkat tentang identitas dan posisi kapal perang Yunani di Laut Aegea. Identifikasi dilakukan pada Juni-Agustus 2020. Kala itu, hubungan Ankara-Athena kembali memanas.
Ketegangan lama
Selama bertahun-tahun, Turki-Yunani memang tidak pernah akur. Mereka ribut atas berbagai hal, dari masalah Siprus sampai pembagian wilayah perairan di Laut Tengah. Pada pertengahan 2020, Athena meminta bantuan sekutunya di Uni Eropa (UE) untuk menghadapi Turki.
Permintaan itu tidak mudah dipenuhi sebab sebagian anggota UE juga anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sejak puluhan tahun lalu, Turki sudah menjadi anggota NATO. Bahkan, sebagian sistem pertahanan rudal antarbenua NATO ditempatkan di Turki. Permintaan Yunani kala itu hanya disambut Perancis yang mengerahkan kapal perang dan jet tempurnya ke sana. Athena juga berencana memesan sejumlah jet tempur dari Paris.
Jauh sebelum Belarus dan Polandia memanas gara-gara urusan pengungsi beberapa pekan terakhir, Yunani dan Turki sudah lebih dulu bersitegang. Yunani menuding Turki sengaja membiarkan para pengungsi masuk wilayahnya. Sementara Ankara menuding Athena tidak berperikemanusiaan karena terus menolak pengungsi.
Para pengungsi menyasar Yunani karena Yunani merupakan anggota UE yang paling dekat dengan Turki. Aturan kebebasan bergerak di dalam wilayah UE membuat siapa pun yang sudah masuk ke salah satu anggota UE bisa bergerak ke 26 negara UE lain di Eropa. (AFP/REUTERS)