Omicron Tunda Geliat Pariwisata Dunia
Pemulihan sektor pariwisata yang mencoba menggeliat setelah melalui situasi terburuk akibat galur Delta diperkirakan akan tertunda akibat persebaran varian Omicron di berbagai penjuru dunia.
BRUSSELS, KAMIS — Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) memperingatkan bahwa infeksi Covid-19 yang disebabkan galur Omicron, varian baru virus SARS-CoV-2, akan menjadi dominan di Eropa pada awal 2022. Lembaga itu mengingatkan, tanpa tindakan lebih lanjut untuk mengurangi kontak sosial atau meningkatkan kecepatan vaksinasi dengan suntikan vaksin penguat (booster), dikhawatirkan pasien akan membanjiri berbagai layanan kesehatan.
Pada saat yang sama, pemulihan sektor pariwisata yang tengah mencoba menggeliat setelah melalui situasi terburuk akibat galur Delta diperkirakan akan tertunda.
ECDC dalam pernyataannya, Kamis (16/12/2021), mengatakan bahwa meski para ahli masih belum memiliki cukup data mengenai tingkat keparahan yang disebabkan galur baru ini, kecepatan penularan akan ”merusak” upaya pemulihan yang tengah coba dilakukan di seluruh dunia. ECDC menilai, langkah pencegahan, termasuk penerapan kembali pembatasan sosial dan vaksinasi lengkap, diharapkan bisa membantu mengendalikan laju infeksi.
Baca juga : Dianggap Sepele, Omicron Sudah Menyebar di 77 Negara
Komisioner Kesehatan Eropa, Stella Kyriakides, mengatakan, menghadapi Omicron, negara-negara Uni Eropa harus mengantisipasinya dengan merencanakan peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan. ”Sebagai warga Eropa, kami mempersiapkan perayaan pergantian tahun. Namun, kami tidak bisa mengabaikan ’angin’ yang tengah bertiup,” kata Kyriakides.
Kyriakides mengatakan, bulan-bulan mendatang akan sulit karena kemungkinan ada gelombang infeksi baru yang disebabkan galur Omicron. Meski demikian, dia meyakini, vaksinasi lengkap dan ditambah suntikan vaksin dosis penguat (booster) akan memecah gelombang itu menjadi hanya gelombang kecil karena perlindungan yang diberikannya.
TUI, salah satu operator pariwisata terbesar di dunia yang bermarkas di Jerman, mengungkapkan bahwa kegiatan pariwisata yang dikelola TUI sudah mulai kembali. Salah satu indikatornya adalah penurunan nilai kerugian pada tahun ini, dari semula 3,1 miliar euro pada 2020 menjadi 2,48 miliar euro tahun 2021. CEO TUI Fritz Joussen mengatakan, bisnis pariwisata mulai menggeliat lagi serupa dengan situasi prapandemi 2019.
”Tingkat pemesanan serupa dengan situasi prapandemi pada musim panas Eropa tahun 2022 nanti,” kata Joussen.
Akan tetapi, meningkatnya jumlah kasus dan munculnya galur Omicron dinilai TUI melemahkan momentum positif, terutama situasi pada musim dingin ini.
Longgar di Bosnia
Walau sebagian besar negara Eropa memberlakukan pembatasan sosial, hal itu tidak berlaku bagi Bosnia. Negara Balkan ini lebih longgar dalam penerapan aturan dan protokol kesehatan, terutama di kawasan wisata.
Baca juga : Alami Kematian Pertama Kasus Omicron, Inggris Galakkan Suntikan Dosis Penguat
Pekan lalu, ribuan penggemar ski dari seluruh negeri dan kawasan, Balkan dan Uni Eropa, menikmati meluncur di atas salju di Pegunungan Joharina dan Bjelasnica, di dekat Sarajevo. Antrean panjang dan mengular terjadi di depan lift yang akan mengangkut mereka ke puncak sebelum akhirnya mereka meluncur turun ke bawah. Sebagian resor ski dibuka selama sepekan terakhir meski kapasitas dan aksesnya diperketat.
Wisatawan Uni Eropa yang akan masuk ke Bosnia diminta menunjukkan hasil tes PCR negatif dan bukti vaksinasi lengkap atau bukti bahwa mereka telah sembuh dari Covid-19. Warga Kroasia, Serbia, dan Montenegro dikecualikan dari aturan itu. Setelah masuk ke wilayah Bosnia, para wisatawan cenderung sangat bebas.
Mereka yang sudah berada di wilayah Bosnia tidak diharuskan untuk menunjukkan bukti apa pun ketika mengakses resor ski, restoran, bar, atau tempat-tempat budaya. Perintah mengenakan masker di dalam ruangan dan menjaga jarak juga tidak diterapkan dengan ketat.
”Kami merasa sangat aman di sini. Kondisi umumnya baik meskipun ada pandemi,” kata Sejla Ibric, salah satu wisatawan.
Baca juga : Varian Omicron dan Prospek Suram Akhir Pandemi
Pengelola resor ski Jahorina dan Bjelasnica—salah satu tulang punggung sektor pariwisata musim dingin Bosnia—mencatat bahwa beberapa tindakan pencegahan merupakan bagian dari upaya memperlambat persebaran Covid-19, termasuk mengenakan masker dan mengurangi kapasitas lift ski.
”Kami juga memiliki laboratorium pengujian PCR sendiri. Tamu yang membutuhkan tes agar bisa kembali ke negaranya bisa mengambil sampel di kamar mereka masing-masing,” kata Dejan Ljevanic, Manajer Resor Ski Jahorina. Untuk menarik pengunjung, resor ini menjamin pengembalian uang konsumen jika mereka terinfeksi di resor ini.
Mili Planincic, wisatawan Kroasia, menuturkan bahwa situasi Covid-19 di negara asalnya tidak cukup baik. ”Namun, di sini, rasanya seolah-olah (penyakit itu) tidak ada. Orang-orang yang ada di sini santai. Namun, pada saat yang sama, mereka, dalam batas kewajaran, melakukan tindakan pencegahan persebaran infeksi,” kata Planincic.
Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, persentase jumlah warga yang telah divaksinasi di Bosnia masih sangat rendah, yaitu 24 persen dari 3,3 juta penduduknya. Dalam sehari terakhir, otoritas kesehatan mencatat 600 kasus baru dan 30 kematian akibat Covid-19. Kematian akibat Covid-19 di Bosnia kini tercatat mencapai 12.900 kasus.
Pada musim dingin yang lalu, baik resor ski Bjelasnica maupun Jahorina, jumlah pengunjung menjadi rekor tersendiri karena pembatasan kegiatan yang relatif longgar. Pada saat yang sama, tingkat penularan virus yang rendah di negara ini membuat wisatawan merasa nyaman.
Pada musim dingin kali ini, jumlah pengunjung diharapkan bisa melebihi angka tahun lalu. Apalagi, musim ski berlangsung antara 4 dan 4,5 bulan. ”Akan sangat spektakuler kalau kami bisa mengulang hasil tahun lalu,” kata Jasmin Mehic, manajer umum resor ski Bjelasnica.
Asia Tenggara
Situasi berbeda terjadi di Asia Tenggara. Ditemukannya galur Omicron di beberapa negara Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, hingga Indonesia, memaksa pemerintah setiap negara menutup kembali perbatasannya serta menerapkan aturan kedatangan yang lebih ketat.
Pemerintah Filipina menunda untuk sementara waktu kedatangan para turis ke negaranya meski turis sudah mendapatkan vaksinasi lengkap. Mereka juga melarang kedatangan turis atau warga asing dari 14 negara Afrika dan Eropa yang tengah bergulat menangani lonjakan kasus akibat galur Omicron.
Thailand, yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai ujung tombak kas negara, menunda keputusan yang membolehkan wisatawan yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap masuk hanya dengan melakukan tes antigen.
Baca juga : Gonjang-ganjing Kembali Kerja di Kantor
Pemerintah Indonesia juga mulai melakukan pengetatan kembali kedatangan warga negara Indonesia dan asing yang baru dari luar negeri, terutama negara-negara yang telah mengumumkan beredarnya galur Omicron. Otoritas kesehatan Indonesia mewajibkan setiap orang yang baru tiba dari negara dengan risiko Omicron yang tinggi untuk dikarantina selama 14 hari. Waktu karantina warga yang baru datang dari negara yang tidak berisiko tinggi, diperpanjang, dari semula tiga hari menjadi tujuh hari. (AP/AFP/REUTERS)