Gara-gara Pesta di Tengah PPKM, Putri Mahkota Belanda Panen Cercaan
Keluarga Kerajaan Belanda, melalui pemerintah, meminta maaf secara tertulis kepada publik atas pelanggaran yang dilakukan Putri Mahkota Catherina-Amelia saat menggelar pesta ulang tahun di istana, akhir pekan lalu.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
Menjadi putri mahkota kerajaan pada abad ke-21 tidak berarti bebas melakukan segalanya. Catherina-Amelia, Putri Mahkota Kerajaan Belanda, semakin memahami makna keterbatasan itu pada Kamis (16/12/2021).
Putri tertua Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima itu tengah menjadi sasaran kritik setelah menggelar pesta ulang tahun yang dihadiri 21 orang. Untuk ukuran keluarga kerajaan yang sudah berkuasa 206 tahun, hadirin pesta untuk memperingati ulang tahun ke-18 putri mahkota itu tentu amat sedikit.
Pesta tersebut digelar di halaman salah satu istana. Setiap tamu memang harus dites sebelum tiba di lokasi, wajib divaksinasi penuh, dan harus menjaga jarak. Pesta itu digelar pada Sabtu (11/12/2021) atau tiga hari setelah Amelia genap berusia 18 tahun. Menurut hukum Belanda, usia 18 tahun adalah usia legal jika sewaktu-waktu ia harus menggantikan ayahnya.
Masalahnya, pesta itu digelar di tengah pengetatan pembatasan kegiatan masyarakat—emacam PPKM—untuk mengendalikan infeksi Covid-19. Pemerintah Belanda menetapkan, seluruh penduduk dan warga negara hanya boleh menerima tamu paling banyak empat orang. Dengan demikian, tamu pesta Putri Amelia melebihi kuota, yakni kelebihan 17 orang.
Lebih repot lagi, pesta itu digelar kala Belanda terus-menerus menetapkan pembatasan gerak dan pembatasan perkumpulan orang.
Pekan lalu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte malah mengumumkan pembatasan baru seiring dengan penemuan kasus Covid-19 galur Omicron di negara itu. ”Kecepatan penyebaran Omicron, yang mencapai 1 persen dari keseluruhan kasus baru saat ini, adalah alasan kita harus waspada,” kata Rutte kala mengumumkan pembatasan baru.
Dalam aturan baru, semua sekolah dasar ditutup lebih cepat. Pemerintah juga menganjurkan warga tidak saling berkunjung untuk merayakan Natal 2021. ”Untuk kedua kalinya kakek dan nenek tidak bisa memeluk cucu saat Natal adalah hal yang menyakitkan, tetapi diperlukan dalam kondisi sekarang,” kata Rutte.
Pembatasan lain berupa penutupan restoran, kedai minum, dan toko yang tidak menjual kebutuhan pokok. Penonton dilarang menghadiri pertandingan olahraga atau pertunjukan musik dan film. Pekerja dianjurkan tidak ke kantor sampai 14 Januari 2022.
Dengan penduduk 17,5 juta orang, Belanda sudah mencatat total 2,9 juta kasus Covid-19. Di antara seluruh pasien, hampir 21.000 orang meninggal. Karena itu, Amsterdam berusaha terus membatasi gerak untuk mengendalikan laju infeksi Covid-19.
Dengan kondisi itu, wajar banyak yang marah pada pesta ulang tahun Putri Amelia. ”Jika kita memberikan pengecualian kepada keluarga kerajaan, semua kebijakan menjadi tidak berguna,” kata Eva van Esch, anggota parlemen Belanda.
Rekan van Esch, Caroline van der Plas, juga mengkritik pesta itu. Ia mengatakan bahwa warga lain terpaksa menunda pesta ulang tahun. ”Barangkali keluarga kerajaan tidak sadar mereka harus menjadi contoh,” ujarnya.
Kerajaan minta maaf
Rutte mengatakan, Istana sudah menyurati pemerintah dan meminta maaf. ”Raja memberi tahu saya bahwa setelah mempertimbangkan lagi, maka tidak baik menggelar (pesta) itu,” demikian tulis Rutte dalam surat kepada parlemen.
Kemarahan pada keluarga kerajaan atas dugaan pelanggaran pembatasan bukan kali ini saja. Pada 2020, Raja Willem-Alexander bersama empat anggota keluarganya terpaksa membatalkan liburan ke Yunani. Sebab, liburan itu dilakukan kala Belanda menerapkan pembatasan ketat untuk mengendalikan laju infeksi.
Seperti selepas pesta ulang tahun putrinya, Raja Willem-Alexander juga meminta maaf untuk liburan yang dibatalkan itu. Meski mengaku mematuhi semua aturan, ia mengaku liburan itu seharusnya tidak dilakukan di tengah pandemi.
Anggota dewan
Sebagai anak tertua raja, Putri Amelia menjadi ahli waris takhta dinasti yang dimulai pada 1815 itu. Setelah genap berusia 18 tahun, Putri Amelia resmi bergabung dengan Dewan Negara atau Raad van Staat. Dewan itu berisi Raja, Putri atau Putra Mahkota, PM, dan sejumlah tokoh lain yang menjadi penasihat senior pemerintah. Seperti ayahnya, Putri Amelia hanya bisa berpendapat di dewan itu. Ia juga dapat berpidato di parlemen.
Belanda merupakan salah satu monarki konstitusional di Eropa. Peran keluarga kerajaan lebih banyak seremonial. Bahkan, seluruh Istana beserta seluruh isinya dimiliki negara. Raja dan keluarganya hanya berhak menerima tunjangan tahunan.
Untuk Putri Amelia, tunjangan itu bernilai 1,6 juta euro per tahun. Soal tunjangan itu, Putri Amelia baru saja mendapat simpati. Dalam surat kepada Rutte, Putri Amelia menyatakan tidak akan menggunakan tunjangan itu selama belum menjalankan tugas kerajaan. Ia merasa tidak nyaman menerimanya sampai bisa melayani negara sesuai dengan fungsinya sebagai Putri Mahkota.
”Sangat tidak nyaman (menerima) selama saya tidak melakukan apa pun (sebagai Putri Mahkota), sementara banyak pelajar dan mahasiswa sedang kesulitan di tengah pandemi,” tulis Putri Amelia.
Putri Amelia berencana mengambil jeda setahun sebelum memulai kuliah. Pada Juni lalu ia lulus SMA. Sebelum kuliah, ia berencana mengambil waktu jeda. Tidak diketahui apa yang akan dilakukannya dalam masa jeda itu.
Bagi banyak pemuda Eropa dan Amerika, jeda di antara SMA dan perguruan tinggi adalah periode untuk melakukan berbagai hal di luar akademis. Mereka bisa mengambil liburan atau ikut kegiatan pelayanan masyarakat di negara lain. Putri Amelia berencana melakukan itu sebelum badai cercaan melanda gara-gara pesta. (AFP/REUTERS)