Covid-19 Hentikan Tur Blinken di ASEAN, Malaysia Mendapat Tawaran Konkret
Lawatan Menlu AS Antony Blinken di Malaysia menghasilkan kerja sama lebih terukur. AS membantu Negeri Jiran menarik investasi energi bersih. AS juga memberi bantuan teknis peningkatan jaringan kelistrikan di Malaysia.
Oleh
kris mada
·5 menit baca
KUALA LUMPUR, KAMIS — Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, Rabu (15/12/ 2021), menghentikan lawatan tur diplomasinya di negara-negara Asia Tenggara setelah salah satu wartawan dalam rombongannya terinfeksi Covid-19. Seusai mengunjungi Indonesia dan Malaysia, Kamis ini, ia dijadwalkan singgah di Thailand.
Dalam lawatannya di Malaysia, Blinken menawarkan sejumlah hal yang lebih konkret. Selain membahas isu kawasan dan pandemi, ia juga mengumumkan kerja sama Kuala Lumpur-Washington pada sektor energi. Selama di Negeri Jiran, Blinken juga bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob.
Blinken dan pejabat senior AS lainnya dikonfirmasi negatif saat berada di Kuala Lumpur, Rabu. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, semua anggota rombongan, termasuk wartawan yang kini terinfeksi itu, dinyatakan negatif Covid-19 saat berada di Jakarta, Selasa. Disebutkan, tes Covid-19 selalu mereka jalani di setiap negara tujuan lawatan Blinken.
Terkait dengan pembatalan lawatan ke Thailand, Blinken telah menelepon rekan sejawatnya di negara itu untuk menyatakan penyesalan. ”Dia menjelaskan, guna mitigasi risiko persebaran Covid-19 dan demi memprioritaskan kesehatan dan keselamatan pihak delegasi AS serta mereka yang akan menjalin kontak, Menlu akan kembali ke Washington DC sebagai langkah kehati-hatian,” kata Price melalui pernyataan tertulis.
Salah satu wartawan anggota rombongan lawatan Blinken diketahui positif terinfeksi Covid-19 setelah dites di Malaysia. Ia ikut lawatan Blinken ke pertemuan G-7 di Liverpool, Inggris, dan kemudian berlanjut ke Jakarta sebelum akhirnya ke Kuala Lumpur.
Menurut Kedutaan Besar AS di Jakarta dan Kuala Lumpur, hasil tes anggota rombongan yang tidak diungkap identitasnya itu negatif waktu tiba di Jakarta dan Kuala Lumpur. Dalam pengumuman, Rabu pagi, baru diungkap bahwa anggota rombongan itu terinfeksi dan kemudian menjalani isolasi.
Murray Hiebert, pakar Asia Tenggara dari lembaga Center for Strategic and International Studies di Washington, menyebut bahwa pembatalan lawatan ke Thailand tentu mengecewakan Bangkok. Meski demikian, lanjut dia, Blinken telah menyebut negara itu dalam pidatonya. Hal ini menunjukkan level pengakuan lebih besar dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan pentingnya kawasan Asia Tenggara bagi AS.
”Kunjungan Blinken jelas menjadi sebuah tonggak pencapaian di ASEAN dan memperlihatkan bahwa Biden memberi perhatian dan berencana mencari jalan untuk lebih melibatkan Asia Tenggara,” kata Hiebert.
Lawatan ke ASEAN merupakan kunjungan pertama Blinken sejak Biden memimpin AS, Januari 2021. Pemerintahan Biden berupaya mempererat hubungan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Sebelumnya, pada era pemerintahan Presiden Donald Trump, hubungan itu berada dalam ketidakpastian.
Pada era Trump, ada persepsi bahwa AS mengabaikan Asia Tenggara. Langkah AS tertinggal dari China yang terus memperluas pengaruh di Asia Tenggara dengan mendorong investasi dan penyatuan area perdagangan.
Kemitraan baru
Blinken berada di Kuala Lumpur sejak Selasa malam selepas menyambangi Indonesia. Ia dijamu Menlu Malaysia Saifuddin Abdullah di Wisma Putra, kantor Kemenlu Malaysia.
”Hari ini kami mengumumkan kemitraan baru AS-Malaysia untuk mempercepat transisi Malaysia menuju energi bersih, yang disebut Power Sector Program. Tujuannya, membantu Malaysia menarik investasi energi bersih yang lebih banyak dan berkualitas,” ujar Blinken.
AS juga akan memberikan bantuan teknis untuk peningkatan jaringan kelistrikan Malaysia agar bisa menyalurkan listrik dari sumber energi terbarukan. Bantuan akan diberikan terutama di Sabah dan Sarawak. ”Di sana investor bisa mempercepat transisi dari minyak ke tenaga matahari sembari menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan,” kata Blinken.
Sebelum lawatan Blinken, Intel mengumumkan rencana investasi 7 miliar dollar AS ke Malaysia. Perusahaan semikonduktor AS itu akan membuat pabrik di Penang. Pengumuman itu dibuat selepas lawatan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo ke Malaysia, November 2021.
Selain investasi, AS-Malaysia juga menjalin kerja sama pada sektor keamanan. Pada periode 2018-2022, Washington menyediakan 220 juta dollar AS untuk bantuan pertahanan Kuala Lumpur. Dana itu terutama digunakan untuk pelatihan. Tiap tahun, rata-rata 300 perwira Malaysia disekolahkan ke AS.
Saifuddin mengatakan, AS menjanjikan bantuan 1,5 juta dollar AS untuk pengadaan unit perawatan intensif bergerak. Unit perawat itu akan digunakan tentara Malaysia dalam operasi di daerah bencana.
”Kami juga menghargai sumbangan AS untuk pesawat nirawak ScanEagle bagi Angkatan Laut Diraja Malaysia. Kami menghargai dukungan terus-menerus AS bagi pengembangan kapasitas penegakan hukum maritim dan mungkin akan ada kerja sama lain pada masa depan terkait dengan hal ini,” ujarnya.
Ia berharap Malaysia bisa mendapat sebagian dari dana 5 juta dollar AS yang dijanjikan Washington untuk membantu peningkatan keamanan internet di kawasan. ”Saya juga memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta dukungan dan bantuan AS bagi pembangunan pusat analisis dan pembagian informasi, seperti yang sudah ada di AS. Saya juga membahas soal kerangka kerja keamanan internet di ASEAN,” kata Saifuddin.
Ia menyebut pembicaraannya dengan Blinken sebagai pertemuan yang terus terang dan bermanfaat. Ia menggunakan istilah diplomatik untuk pertemuan tanpa basa-basi walau tidak keras dan pada akhirnya ada kesepakatan.
Seperti dalam lawatan ke Indonesia, Blinken juga menyinggung soal penanganan dampak pandemi Covid-19 kala bertandang ke Malaysia. Saifuddin mengatakan, Malaysia berharap bisa bekerja sama dengan AS untuk pengembangan vaksin dan obat Covid-19. Kuala Lumpur menunjuk Pharmaniaga untuk menindaklanjuti kerja sama itu.
”Tentu saja pengaturan hal-hal ilmiah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan,” kata Saifuddin.
Blinken mengatakan, AS dan sejumlah negara sedang berusaha membuat mekanisme pendanaan baru untuk penanggulangan dampak pandemi pada masa mendatang. ”Salah satu masalah yang kita lihat selama pandemi atau krisis lain, dunia dengan cepat memobilisasi sumber daya, kemudian saat krisis berlalu, lupa diri,” ujar Blinken.
”Saat ada krisis lain, harus memulai lagi dari awal. Karena itu, harus ada mekanisme pendanaan internasional untuk memastikan negara-negara bisa segera memanfaatkan sumber dayanya dalam upaya perlindungan, pelacakan, dan hal lain terkait dengan pandemi. Butuh dukungan internasional,” kata Blinken.
Terukur di Malaysia
Dalam lawatan ke Malaysia, Blinken mengumumkan sejumlah hal yang mudah diukur capaiannya. Sementara dalam lawatan ke Indonesia, Blinken hanya mengungkapkan rencana besar tanpa memaparkan bagaimana mengukur perkembangan rencana itu. Sebagian rencana itu pun lebih terkait dengan isu kawasan dibandingkan dengan hubungan bilateral Indonesia-AS.
Bahkan, tetap tidak ada pengumuman kerja sama konkret selepas Blinken diterima Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan. Dalam pertemuan itu, Luhut meminta AS berinvestasi pada pengembangan pabrik panel listrik tenaga surya di Indonesia.
Menanggapi Luhut, seperti dikutip laman Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Blinken mengatakan, AS siap bekerja sama dengan Indonesia untuk pengembangan semikonduktor dan pengelolaan mineral. Walakin, tidak ada penjelasan lebih konkret soal itu. (AFP/REUTERS/SAM)