Christina Birch, Mengayuh dari Velodrome ke Luar Angkasa
Atlet sepeda AS, Christin Birch, terpilih sebagai salah satu kandidat astronot NASA tahun 2022. Sebagai bekal perjalanan barunya menuju luar angkasa, Birch membawa pengalaman bersepedanya selama bertahun-tahun.

Kandidat kelas astronot 2021.
Berawal dari iseng mendaftar secara online sebelum latihan, Maret 2020, atlet sepeda profesional dari Amerika Serikat, Christina Birch (35), akhirnya terpilih sebagai salah satu kandidat astronot Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA tahun 2022.
Pemegang gelar juara nasional AS sebanyak 11 kali ini termasuk salah satu dari 10 peserta program pelatihan NASA selama dua tahun di Houston, Texas, untuk menjalani misi Artemis. Dari 12.500 pelamar, hanya 10 orang yang dipilih masuk kelas baru astronot yang dibuka lagi setelah empat tahun absen.
”Saya masih tidak percaya akhirnya terpilih. Seperti mimpi. Saya baru yakin ini bukan mimpi setelah memakai seragam warna biru dari NASA,” kata Birch, Selasa (7/12/2021).
Birch mengisi formulir pendaftaran NASA itu di sela-sela latihan persiapan masuk tim Olimpiade Tokyo di Pusat Pelatihan Olimpiade di Colorado Springs. Setelah terpilih masuk tim Olimpiade, Birch lalu menjalani proses wawancara beberapa kali dengan tim NASA di Pusat Antariksa Johnson, Houston. Setiap kali wawancara usai, Birch semakin merasa yakin dengan pilihan hidupnya kali ini. Apalagi, menjadi astronot sudah menjadi impiannya sejak kecil.
Dalam wawancara eksklusif Birch dengan situs media VeloNews, Selasa lalu, Birch menceritakan, saat diwawancara tim NASA, ia banyak ditanya soal kariernya di dunia olahraga dan pelatihan yang harus dijalani setiap hari hingga bertahun-tahun. Banyak pertanyaan untuk mengetahui keterampilan yang dimiliki kandidat dan kemampuan bekerja dalam tim. ”Sebagai atlet profesional, saya mendapat banyak pengalaman kerja tim,” kata Birch.
Deg-degan terus. Waktu wawancara juga ketemu banyak orang yang punya kualifikasi bagus-bagus. Jadi, ketika saya terpilih, rasanya seperti menang lotere.
Meski sudah berbekal gelar sarjana dalam bidang Matematika, Biokimia, dan Biofisika Molekuler, dari the University of Arizona, Birch tetap tidak yakin bisa lolos. Apalagi, selama proses wawancara, ia bertemu dengan banyak pelamar yang menurut dia lebih baik darinya. ”Deg-degan terus. Waktu wawancara juga ketemu banyak orang yang punya kualifikasi bagus-bagus. Jadi, ketika saya terpilih, rasanya seperti menang lotere,” ujarnya diikuti tawa.
Ke-10 kandidat yang terpilih memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dari berbagai bidang studi. Tujuh orang di antaranya tentara AS yang masih aktif bertugas. Hanya Birch seorang yang berlatar belakang atlet profesional. Berbekal latihan fisik yang keras selama bersepeda bertahun-tahun, Birch yakin bisa menjalani pelatihan dengan baik dan pada akhirnya bisa membawanya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional nantinya. Proses pelatihannya akan dimulai pada Januari mendatang. Karena pelatihan yang akan intensif setiap harinya, Birch terpaksa meninggalkan karier bersepedanya untuk sementara.
”Saya belum mau pensiun dari dunia sepeda karena masih banyak impian saya yang belum terwujud. Namun, kali ini saya mengejar impian yang lebih besar dulu, terutama karena bisa berkontribusi dan menginspirasi orang lain,” kata Birch.
Sebelum menjalankan misi, ke-10 kandidat itu akan mendapatkan pelatihan pengoperasian dan perawatan sistem kompleks Stasiun Luar Angkasa Internasional, pelatihan berjalan di luar angkasa, mengembangkan keterampilan robotik, pelatihan pengoperasian pesawat jet latih sayap rendah T-38 khusus untuk melatih pilot militer dan astronot NASA, dan belajar bahasa Rusia.
Setelah pelatihan selama dua tahun selesai, NASA dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan Birch kemungkinan akan mendapatkan tugas atau misi yang melibatkan penelitian di stasiun ruang angkasa atau misi ke luar angkasa ke Bulan dengan pesawat ulang alik Orion NASA dan roket Sistem Peluncuran Luar Angkasa.
Sepeda
Pilihan meninggalkan dunia sepeda tidak mudah bagi Birch. Apalagi, bersepeda sudah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari. Situs media Cyclingnews.com menyebutkan, sepanjang karier profesional bersepedanya, Birch memenangkan kompetisi individu nasional pada 2016 dan 2017. Ia juga mewakili AS di Kejuaraan Dunia dan kompetisi Pan-American ketika ia merebut dua medali emas.
Sebelum menjadi atlet profesional yang berlatih di gelanggang sepeda velodrome, Birch sudah terbiasa dengan medan atau rute sepeda yang lebih menantang di alam terbuka. Dulu Birch menekuni balap sepeda cyclocross yang bermain di medan offroad dengan trek pendek, sekitar 2,5-3,5 kilometer, tetapi diulang beberapa kali putaran. Medannya relatif ekstrem, mulai dari jalur setapak, jalur antarpohon, rerumputan, bukit curam, dan rintangan lain yang mengharuskan pesepeda menuntun sepeda, mencari jalan, lalu naik sepeda lagi.
Selain cyclocross, ia juga menjadi pebalap sepeda gravel atau trek jalanan kerikil dan terkenal selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun lalu, ia dan pacarnya, Ashton Lambie, memulai gerakan ”Gravelnauts” yang mengajak masyarakat bersepeda di jalur-jalur khusus untuk mengeksplorasi alam lalu menceritakannya ke orang lain agar terinspirasi ikut bersepeda.
Bekal pengetahuan dan pengalaman menangani sepedanya sendiri, termasuk memperbaiki, sedikit banyak membuat Birch percaya diri. Sejak kecil Birch memang ingin menjadi astronot, sama seperti anak kecil lainnya, tetapi tak yakin memiliki kemampuan untuk menjadi astronot. Ia baru menyadari dirinya juga mampu menjadi astronot setelah bekerja di laboratorium saat masih kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT).
”Saya pernah melakukan eksperimen serupa dengan yang terjadi di stasiun luar angkasa. Saya lalu pikir, saya juga punya keterampilan dan bisa kerja tim. Untuk urusan mekanik, saya bisa merakit dan memperbaiki sepeda saya sendiri dan paham cara kerjanya. Saya juga suka di tengah lingkungan pekerja keras,” kata Birch.
Akademisi
Selain jago bersepeda, Birch juga memiliki latar belakang akademis yang kuat. Setelah lulus dari University of Arizona dengan gelar Sarjana Matematika dan Biokimia serta Biofisika Molekuler, ia kemudian melanjutkan studinya di program doktor Bioteknologi di MIT. Ketika kuliah di MIT inilah Birch mulai serius dengan dunia sepeda dan ikut kompetisi sepeda bersama dengan tim sepeda MIT. Sisi keterampilan bersepedanya kian terasah, terutama saat harus bekerja sama dalam tim.

Foto Christina Birch yang dirilis NASA dan diterima AFP pada 6 Desember 2021.
Setelah lulus dari program doktor, ia lalu mengajar Bioteknologi di University of Arizona dan Studi Penulisan Ilmiah dan Komunikasi di California Institute of Technology. Namun, karena hatinya masih tertambat di dunia sepeda, ia memutuskan fokus bersepeda saja lalu mencoba ikut Olimpiade 2020. Akhirnya, ia berhasil masuk ke daftar semifinal atlet yang bisa ikut Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar tahun 2021. Namun, ia tak ikut dalam kontingen tim AS ke Olimpiade Tokyo itu.
Rezekinya justru ada di NASA. Pengalaman, ilmu, dan keterampilan yang diperoleh dari menjadi dosen dan atlet profesional membawanya ke NASA. Birch berbagi kebahagiaannya dengan berpesan kepada siapa saja agar menemukan sesuatu yang benar-benar diminati, membuat bersemangat, dan senantiasa ingin tahu lalu mendalami hal itu. ”Jika minat itu didalami serius, siapa tahu akan bisa membawa Anda juga ke NASA,” ujarnya.
Meski tidak akan bisa bersepeda di alam bebas atau di velodrome lagi, Birch berencana tetap berlatih sepeda agar tubuh tetap fit dan sehat. Sama seperti atlet, astronot juga harus berbadam fit dan sehat. ”Di stasiun luar angkasa katanya ada sepeda juga. Pasti keren bisa bersepeda di atas sana dan siapa tahu bisa ikut gowes bareng virtual dengan teman-teman di Bumi,” kata Birch sambil tertawa. (REUTERS)
Christina Birch
Lahir: 17 November 1986 di Mesa, Arizona
Orangtua: William Birch dan Joanne Birch (alm)
Hobi: bersepeda, rafting, backpacking, dan menghabiskan waktu dengan keluarganya di rumah peternakan sapi milik keluarga di Montana
Pendidikan:
- SMA Gilbert (lulus 2004)
- Sarjana Matematika dan Biokimia dan Molekular Biofisika dari University of Arizona
- Doktor bidang Bioteknologi dari MIT (2015)
Pengalaman:
- Mengajar Bioteknologi di University of California, Riverside (2015 dan 2016)
- Mengajar Ilmu Penulisan Ilmiah dan Komunikasi di California Institute of Technology (2016-2018)
- Pesepeda di jalur khusus untuk Tim Nasional AS dan masuk kualifikasi Olimpiade
- Bersama dengan timnya, Birch meraih tiga medali World Cup dan dua kali berpartisipasi di World Championships. Ia ikut mendukung timnya sampai seleksi balap final untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Penghargaan:
- University of Arizona, magna cum laude dan Phi Beta Kappa
- National Science Foundation Graduate Research Fellowship
- Finalis MIT $100k Accelerate Entrepreneurship
- Medali Emas Pan-American Games di kategori Team Pursuit and Madison.