Taiwan Salahkan China Memaksa Negara Sahabat Putus Hubungan
Jumlah negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan kian menurun. Taiwan pun menuduh China sengaja memboikot negara-negara sahabat agar memutuskan hubungan dengan Taipei.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
TAIPEI, RABU — Taiwan menuduh China sengaja mendekati dan menekan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan agar memutuskan hubungan diplomatik itu. Hal ini karena China tidak mau dunia internasional semakin dekat dengan Taiwan yang menjunjung prinsip demokrasi liberal.
”Ini karena China tidak diundang Amerika Serikat untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi untuk Demokrasi (Summit for Democracy). Makanya, sebelum itu, China mendekati Nikaragua dan meminta mereka memutuskan hubungan dengan kita,” kata Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, seperti dikutip kantor berita Central News Agency, Rabu (15/12/2021).
Sejak tahun 2016, ketika Tsai Ing-wen terpilih menjadi presiden, Taiwan kehilangan tujuh negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taipei. Sekarang, tinggal 14 negara yang mengakui Taiwan sebagai entitas merdeka. Nikaragua memutuskan hubungan dengan Taiwan pekan lalu dengan alasan memilih mengakui prinsip Satu China yang berarti pemerintahan Republik Rakyat China adalah otoritas yang sah dan Taiwan merupakan bagian dari China.
Wu menuturkan, kehilangan negara sahabat tentu menyakitkan bagi Taiwan. Akan tetapi, di satu sisi ini menunjukkan bahwa karisma Taiwan semakin kuat dan menarik perhatian dunia internasional. Ia optimistis akan selalu ada jalan bagi Taiwan untuk membangun hubungan diplomasi dengan negara lain.
”Perlu dipahami bahwa Nikaragua baru menjalankan pemilihan umum presiden di bulan November lalu yang tidak sesuai dengan kaidah demokrasi. AS mengancam memberlakukan sanksi kepada Nikaragua sehingga mereka memutuskan untuk mendekati China dan Rusia,” papar Wu.
Perkataan Wu senada dengan yang diutarakan oleh Presiden Tsai Ing-wen tatkala menanggapi pemutusan hubungan diplomatik oleh Nikaragua. Menurut dia, Taiwan semakin menunjukkan karakteristik demokrasi yang kuat sehingga kian banyak negara yang ingin membuka komunikasi dengan Taiwan. Pada saat yang sama, ini membuat China marah dan merasa tersaingi sehingga mereka menempuh jalur otoriter dan menekan negara-negara sahabat Taiwan.
Tsai sendiri sedang menyambut kunjungan delegasi parlemen Perancis. Rombongan yang terdiri atas enam orang ini dipimpin oleh Francois de Rugy. Ia adalah Ketua Kelompok Persahabatan Perancis-Taiwan di Majelis Nasional Perancis. Pada bulan Oktober, lima anggota senat Perancis juga datang ke Taiwan.
”Agenda kami adalah membahas pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19, mengembangkan sistem ekonomi digital berkelanjutan, dan pertukaran budaya,” kata De Rugy memberi kisi-kisi mengenai pertemuan dengan Tsai dan jajaran Pemerintah Taiwan.
Dukungan terhadap Taiwan turut dikemukakan oleh mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang menghadiri Forum Keamanan Taipei secara virtual pada hari Selasa. Ia mengatakan, ancaman terhadap demokrasi di Taiwan oleh China juga merupakan ancaman terhadap demokrasi di Jepang.
Walaupun demikian, Abe mengemukakan pendapat bahwa apabila China nekat menginvasi Taiwan atau mengambil jalur konflik terbuka, hal itu sama saja dengan bunuh diri. Jepang beserta aliansi pertahanan dengan negara-negara lain, seperti AS dan Australia, tidak akan tinggal diam.
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton kepada media Sky News, Australia, juga mengungkapkan bahwa jika AS memutuskan turun tangan langsung untuk perkara di Selat Taiwan, Australia juga ikut serta. ”Ini komitmen dari berbagai pakta pertahanan kita dengan AS,” ujarnya.
Di Nikaragua, parlemen membatalkan semua jenis perjanjian kerja sama dengan Taiwan. Menurut kantor berita Agencia EFE, parlemen Nikaragua menghapus perjanjian perdagangan bebas yang ditandatangani pada tahun 2006. Pada tahun 2007, nilai neraca perdagangan Managua-Taipei adalah 51,97 juta dollar AS. Jumlah ini meningkat menjadi 166,4juta dollar AS pada tahun 2020.
Parlemen juga membatalkan semua jenis pinjaman dan sumbangan dari Taiwan. Nikaragua meminjam dana sebesar 20,2 juta dollar AS dari Bank Ekspor-Impor Taiwan pada tahun 1998 untuk pembangunan sistem irigasi di wilayah selatan negara tersebut.
Taiwan sejatinya merupakan negara sumber donor nomor satu di Nikaragua. Kisaran nilai sumbangannya ialah 30 juta dollar AS-50 juta dollar AS yang mencakup 27 jenis program, mulai dari pengadaan pangan hingga pembangunan infrastruktur.
Dewan Keamanan Nasional Taiwan (NCS) sudah memperingatkan Presiden Tsai selama beberapa tahun terakhir. Hubungan diplomatik Taiwan umumnya ialah dengan negara-negara kecil yang sebagian besar pendapatannya bergantung dari sumbangan pihak asing. Sistem ini, menurut NCS, tidak sehat karena tidak menjamin kelanggengan hubungan.
Pada tahun 2019, Kepulauan Solomon beserta Kiribati memutuskan hubungan dengan Taiwan. Setelah didalami, ternyata China memberi bantuan tunai dan pinjaman dalam jumlah lebih besar kepada mereka. Beijing memberikan sumbangan 500 juta dollar AS kepada Kepulauan Solomon, jauh melebihi program bantuan dari Taiwan.