Uni Emirat Arab Bermain di Dua Kaki antara Iran dan Israel
Uni Emirat Arab terus berusaha mengembangkan hubungan dengan Iran dan Israel sekaligus. UEA tampak ingin menepis kritik keras atas hubungan resminya dengan Israel melalui Kesepakatan Abraham tahun lalu.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Uni Emirat Arab saat ini berhasil bermain di dua kaki dengan cantik antara Iran dan Israel.
Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed Bin Zayed Al-Nahyan atau MBZ dan penguasa de facto Uni Emirat Arab (UEA) saat ini, Senin (13/12/2021), menerima Perdana Menteri Israel Natfali Bennett.
Bennett, yang tiba di Abu Dhabi pada Minggu malam, merupakan PM Israel pertama yang mengunjungi UEA setelah kedua negara menandatangani Kesepakatan Abraham (Abraham Accord) pada Agustus 2020. Kunjungan PM Bennett ke UEA itu merupakan undangan resmi MBZ.
Hanya sepekan sebelumnya, Senin (6/12), Penasihat Keamanan UEA Sheikh Tahnoon bin Zayed Al-Nahyan berkunjung ke Teheran dan bertemu Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Sekretaris Dewan Keamanan Tinggi Iran Ali Shamkhani. MBZ melalui Sheikh Tahnoon mengundang secara resmi Presiden Iran berkunjung ke UEA.
Kunjungan PM Bennett ke UEA dan kunjungan Sheikh Tahnoon ke Iran yang hanya terpaut satu pekan menunjukkan adanya kebijakan geopolitik UEA saat ini yang masih ingin membangun keseimbangan hubungan antara Iran dan Israel. Kedua negara ini merupakan musuh bebuyutan di Timur Tengah.
UEA tampak ingin menepis kritik keras atas hubungan resminya dengan Israel melalui Kesepakatan Abraham tahun lalu. Caranya dengan menegaskan bahwa hubungan resmi UEA-Israel tidak akan merugikan negara tetangga lainnya.
UEA tidak ingin hubungan resminya dengan Israel serta-merta akan mengantarkan UEA menjadi basis kekuatan Israel di kawasan Arab Teluk untuk melawan negara lain di kawasan itu. Sebaliknya, UEA menginginkan hubungannya dengan semua negara sama-sama semakin berkembang, khususnya dengan Iran dan Israel.
Maka, UEA terus berusaha mengembangkan hubungan dengan Iran dan Israel sekaligus. Memang harus diakui, hubungan UEA-Israel bergerak sangat pesat sejak tercapainya Kesepakatan Abraham. Kemajuan hubungan UEA-Israel jauh melampaui hubungan Israel dengan negara Arab lain yang turut bergabung dalam Kesepakatan Abraham, seperti Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Pada Januari 2021, Israel membuka kantor kedutaan besar di Abu Dhabi. UEA juga membuka kantor kedutaan besarnya di Tel Aviv pada Maret 2021. Pada 11 Maret 2021, UEA mengumumkan pembentukan kotak investasi bermodal 10 miliar dollar AS dengan misi investasi di industri strategis Israel.
Bahkan pada 26 November lalu, Israel dan UEA menandatangani kesepakatan untuk membangun industri militer bersama. Ini pertama kali terjadi antara Israel dan sebuah negara Arab membangun kerja sama di sektor industri militer.
Proyek yang akan dikerjakan bersama Israel-UEA antara lain membuat dan merakit kapal perang antikapal selam dan kapal mata-mata. Misinya melakukan pengawasan, mengumpulkan informasi, patroli perbatasan laut, mendeteksi ranjau, serta mendeteksi sekaligus menyerang kapal selam.
Pada waktu yang bersamaan, UEA dan Turki pada 29 November mencapai kesepakatan membangun jalur perdagangan kedua negara melalui wilayah Iran. Kesepakatan Turki-UEA itu terjadi pascakunjungan MBZ ke Ankara dan bertemu Presiden Recep Tayyip Erdogan pada 24 November.
Ini tentu sangat menguntungkan Iran yang kini mengalami kesulitan ekonomi sebagai dampak embargo Amerika Serikat dan negara Barat lainnya akibat isu nuklir Iran. Transaksi jalur dagang Turki-UEA melalui wilayah Iran itulah agenda di balik kunjungan Sheikh Tahnoon al Nahyan ke Teheran. Inilah permainan cantik UEA yang menari di antara Iran dan Israel.