Persaingan Rafale, F-35, dan Sukhoi-57 di Langit Timur Tengah
Jet tempur Rafale (Perancis) dan Sukhoi-57 (Rusia) menjadi alternatif realistis bagi negara-negara Timur Tengah yang kesulitan mendapatkan F-35 buatan AS agar tidak terlalu tertinggal dari Israel.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·6 menit baca
Keputusan Uni Emirat Arab (UEA) membeli 80 pesawat tempur Rafale, awal bulan ini, semakin mengukuhkan pesawat tempur tercanggih buatan pabrikan Dassault Aviation, Perancis, itu akan mendominasi langit Timur Tengah pada masa mendatang. Transaksi pembelian 80 pesawat tempur Rafale oleh UEA tersebut ditandatangani pada 3 Desember lalu di arena Dubai Expo dengan disaksikan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Putra Mahkota Abu Dhabi yang secara de facto penguasa UEA saat ini, Pangeran Mohammed bin Zayed al-Nahyan (MBZ).
UEA juga membeli 12 helikopter militer Caracal buatan Airbus Helicopters. Nilai transaksi persenjataan antara UEA dan Perancis itu sekitar 17 miliar euro atau 19,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 277 triliun).
Selain UEA, Mesir dan Qatar juga telah mencapai kesepakatan transaksi dengan Perancis untuk pembelian pesawat tempur Rafale. Perancis telah setuju untuk menjual 36 pesawat tempur Rafale kepada Qatar serta sebanyak 24 unit kepada Mesir pada tahun 2015 dan 30 unit tambahan pada tahun ini.
Transaksi Perancis dengan UEA, Qatar, dan Mesir untuk penjualan pesawat tempur Rafale tersebut akan membuat Perancis bisa bersaing dengan AS dan Rusia yang selama ini mendominasi pasar pesawat tempur di Timur Tengah. Rafale akan bersaing dengan pesawat tempur siluman tercanggih buatan AS, F-35, dan pesawat tempur siluman tercanggih buatan Rusia, Sukhoi-57, di langit Timur Tengah.
Rafale akan dimiliki Mesir, UEA, dan Qatar. F-35 sudah dimiliki Israel. Arab Saudi juga sedang berusaha mendapatkannya. Adapun Turki dan Aljazair sedang berunding dengan Rusia untuk mendapatkan Sukhoi-57.
Bahkan, Perancis praktis sudah mengungguli Rusia untuk pasar pesawat tempur di kawasan penuh konflik itu. Negara-negara Timur Tengah pelanggan pesawat tempur Rusia selama ini adalah Aljazair, Suriah, Yaman, Sudan, Libya, Irak, dan Iran.
Selain Aljazair dan Iran, semua negara Timur Tengah pelanggan senjata buatan Rusia sedang dililit perang saudara dan krisis politik sehingga sulit secara keuangan untuk membeli senjata baru dari Rusia. Iran pun masih diembargo AS dan negara-negara Barat sehingga kesulitan membeli senjata baru dari Rusia.
Maka, saingan terberat Perancis saat ini adalah AS. Pesawat tempur buatan AS, seperti F-15 Eagle, F-16 Falcon, dan F-18 Hornet, selama ini mengontrol langit Timur Tengah. Sebagian besar negara Timur Tengah menggunakan jet tempur buatan AS dari berbagai variannya, seperti F-16 Falcon yang dipakai Mesir, Maroko, Jordania, UEA, Israel, dan Turki. F-15 Eagle digunakan Arab Saudi, sedangkan F-18 Hornet dipakai Kuwait.
Sulitnya berburu F-35
Sejumlah negara Timur Tengah, seperti Turki, Arab Saudi dan UEA, sedang berburu untuk mendapatkan pesawat tempur siluman generasi kelima buatan AS, F-35. Namun, sejumlah negara itu masih kesulitan mencapai transaksi dengan AS untuk meraih F-35 karena berbagai alasan.
Arab Saudi dan UEA tampak masih kesulitan mendapatkan F-35 karena keterlibatan dua negara Arab tersebut dalam perang Yaman. Adapun AS membatalkan Turki turut serta dalam pembuatan F-35 sebagai protes AS terhadap langkah Turki membeli sistem anti-serangan udara canggih buatan Rusia, S-400.
AS pada era Presiden Joe Biden menerapkan persyaratan ketat untuk menjual pesawat tempur dan jenis senjata lainnya buatan AS kepada negara-negara lain. Penjualan senjata-senjata canggih itu dikaitkan dengan isu HAM. Satu-satunya negara di Timur Tengah yang saat ini memiliki F-35 adalah Israel.
Maka, sejumlah negara Timur Tengah, yang semula memburu F-35, memilih bersikap realistis dengan mengalihkan pilihannya kepada pesawat tempur buatan Perancis, Rafale. Setelah UEA, Mesir, dan Qatar, tidak menutup kemungkinan Turki dan Arab Saudi menyusul untuk memborong Rafale. Presiden Perancis Emmanuel Macron telah mengunjungi Arab Saudi dan bertemu dengan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) di Jeddah, 4 Desember lalu.
Turki diberitakan kini sedang serius mempertimbangkan membeli pesawat tempur canggih antara Rafale atau Sukhoi-57 sebagai pengganti dari F-35 buatan AS yang sulit didapat saat ini. Jika negara-negara Timur Tengah tersebut tidak segera mengambil keputusan mengalihkan pilihan kepada Rafale, mereka akan semakin ketinggalan dari Israel yang telah memiliki F-35 di langit Timur Tengah.
Rudal Iran
Sistem antiserangan udara dan rudal di Timur Tengah juga semakin berkembang. Turki telah memiliki sistem anti-serangan udara tercanggih buatan Rusia, S-400. Israel juga terus mengembangkan sistem anti-serangan udara dan rudal, Iron Dome dan Arrow-3.
Adapun Iran telah populer memiliki sistem anti-serangan udara canggih, Khordad-3 dan Khordad-4. Khordad-3 merupakan pengembangan atas sistem anti-serangan udara buatan Rusia, S-200, yang dimiliki Iran saat ini. Kemampuan Khordad-3 dianggap setara dengan sistem anti-serangan udara buatan Rusia, S-300.
Khordad-3 telah terbukti berhasil menembak jatuh pesawat nirawak (drone) AS, RQ-4 Global Hawk, di atas Selat Hormuz, pada 20 Juni 2016. Kemampuan Khordad-3 menembak jatuh pesawat RQ-4 Global Hawk merupakan kejutan besar di sektor teknologi militer Iran.
Iran juga diketahui memiliki Khordad-4 yang merupakan pengembangan dari Khordad-3. Kemampuan Khordad-4 diklaim mendekati S-400 buatan Rusia.
Maka, tidak ada pilihan bagi negara-negara Timur Tengah utama, seperti Mesir, UEA, dan Qatar, kecuali segera melakukan modernisasi angkatan udaranya agar terbangun perimbangan kekuatan di kawasan itu. Pesawat-pesawat tempur yang dimiliki Mesir, UEA, dan Qatar saat ini terbilang sudah usang dan produksi generasi dekade lalu yang sudah tidak bisa bersaing lagi pada era sekarang.
UEA kini memiliki pesawat tempur lama buatan Perancis, Mirage 2000-9 dan F-16 Falcon, yang dibelinya pada tahun 1990-an. Mesir juga memiliki Mirage-2000, F-16 A, F-16 CD blok 52, dan F-16 S yang dibelinya satu dekade lalu. Qatar saat ini memiliki pula armada pesawat tempur buatan Perancis, Mirage 2000-5, dan baru mendapat 5 pesawat tempur F-15EX Eagle II buatan AS yang diterimanya pada November lalu.
Mengejar Israel
Semua pesawat tempur yang dimiliki UEA, Mesir dan Qatar berada beberapa kelas di bawah F-35 milik Israel. Jika Mesir, UEA, dan Qatar memiliki pesawat tempur Rafale, kekuatan angkatan udara negara-negara sudah mendekati F-35 milik Israel itu.
Pesawat tempur yang dimiliki Turki dan Arab Saudi pun sudah terbilang usang. Turki masih mengandalkan pesawat tempur F-16 C/D yang dibeli Turki dari AS sejak satu dekade lalu. Pesawat tempur andalan Arab Saudi masih F-15E buatan AS dan Tornado buatan Inggris yang dibelinya pada tahun 1990-an.
Arab Saudi masih berharap mendapat F-35 dari AS untuk modernisasi pesawat tempurnya. Adapun Turki sedang berunding dengan Perancis dan Rusia untuk mendapat Rafale buatan Perancis dan Sukhoi-57 buatan Rusia untuk modernisasi armada pesawat tempurnya. Sukhoi-57 diklaim memiliki kemampuan setara F-35. Ada dua negara calon kuat yang akan memiliki Sukhoi-57, yaitu Aljazair dan Turki.
Dengan situasi tersebut, tidak berapa lama lagi, langit Timur Tengah akan menjadi saksi persaingan ketat antara Rafale, F-35, dan Sukhoi-57.