Lituania mengaku produk-produk mereka diblokade oleh bea dan cukai China. Uni Eropa segera meminta China menghentikan perbuatan ini.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
VILNIUS, KAMIS — Uni Eropa siap pasang badan untuk membela anggota mereka, Lituania, dari blokade perdagangan oleh China. Pada saat yang sama, China membalas pernyataan UE dengan mengatakan bahwa mereka melanggar perjanjian yang menyepakati prinsip Satu China.
UE mengeluarkan pernyataan tertulis pada Kamis (9/12/2021) yang ditandatangani oleh Kepala Kebijakan Luar Negeri Josep Borrell dan Wakil Ketua Komisi Perdagangan Valdis Dombrovskis. ”Setelah mendengar laporan dari Lituania bahwa komoditas mereka dihalangi masuk China, UE meminta klarifikasi dari China serta agar perilaku blokade ini segera dihentikan,” demikian kutipan pernyataan UE.
Turut disebutkan dalam keterangan itu bahwa UE tetap menjalankan prinsip Satu China dan mengakui Pemerintah Republik Rakyat China sebagai otoritas tunggal di China. Akan tetapi, UE tetap akan berhubungan dan melakukan pertukaran dengan Taiwan di sektor-sektor yang memang sesuai minat kedua belah pihak.
Perkara dimulai pada Mei lalu ketika Lituania memutuskan keluar dari forum kerja sama China dengan 17 negara di Eropa Tengah dan Eropa Timur. Tidak lama kemudian, Lituania membuka kedutaan besar di Taipei, Taiwan. Pemerintah China menanggapi dengan berang. Pasalnya, China menganggap Taiwan bukan entitas merdeka, melainkan bagian dari Satu China. Apalagi, baik Lituania maupun UE sama-sama menandatangani pengakuan prinsip Satu China.
Kemarahan China kian menjadi ketika otoritas Taiwan membalas gestur Lituania dan membuka kedutaan besar di Vilnius. Selama ini, semua kantor perwakilan Taiwan hanya boleh menyandang status kantor perdagangan yang tidak menangani urusan diplomatik. Dengan adanya kedutaan besar baik di Taiwan maupun Lituania, berarti kedua negara resmi memiliki hubungan diplomatik.
Beijing kemudian mengusir duta besar Lituania. Bulan lalu, Kedutaan Besar China di Vilnius juga ditutup. Kementerian Luar Negeri China kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa hubungan China dengan Lituania turun ke derajat terendah, yaitu bukan lagi hubungan diplomatik, melainkan sebatas kuasa usaha.
Blokade komoditas
Pekan lalu, Ketua Konfederasi Industrialis Lituania Vidmantas Janulevicius mengungkapkan bahwa barang-barang ekspor dari Lituania ditahan oleh bea dan cukai China. Menurut dia, baik perusahaan-perusahaan Lituania maupun konfederasi industrialis telah berusaha mengontak pihak China, tetapi tidak ada tanggapan.
”Semua ini seakan-akan nama Lituania sudah dicoret dari daftar mitra dagang China. Blokade komoditas kami ini akan merugikan perusahaan-perusahaan Eropa yang beroperasi di China karena mereka adalah klien utama kami,” kata Janulevicius.
Pemerintah Lituania tengah mencari jalan untuk melindungi perusahaan-perusahaan lokal yang berisiko terimbas kemarahan China. Salah satu cara yang ditawarkan ialah memberi perusahaan pinjaman guna menutupi kerugian akibat kegagalan ekspor. Pada saat yang sama, Lituania juga meminta bantuan kepada UE untuk memediasi permasalahan dengan China serta memberi bantuan finansial pada perekonomian Lituania.
Langgar perjanjian
Sejauh ini belum ada tanggapan dari Pemerintah China. Akan tetapi, surat kabar nasional China, Global Times, menulis di tajuk rencana mereka yang mengkritik tindakan UE. Tajuk itu mengatakan bahwa UE melanggar perjanjian pengakuan prinsip Satu China. Apalagi, akhir-akhir ini, Beijing menilai UE semakin sering memperlihatkan dukungan terhadap Taiwan. Hal ini tampak dari kunjungan delegasi UE ke Taiwan beberapa bulan lalu.
Global Times menuturkan, tidak ada penghalangan impor dari Lituania dan nama negara tersebut masih masuk dalam daftar mitra dagang China. Justru, surat kabar ini menuduh Lituania memalsukan bukti demi menyeret UE ke dalam permasalahan mereka dengan China.
”UE tidak teguh menjalankan komitmen. Lituania yang merupakan bagian UE dan juga mengakui prinsip Satu China telah melanggar batas. Semestinya UE tidak protes kepada China, tetapi mereka harus mendisiplinkan Lituania,” kata Cui Hongjian, Kepala Departemen Kajian Eropa di Institut Kajian Global China.
Ia berpendapat, UE berusaha bermain dua kaki untuk isu China dan Taiwan. Pernyataan UE itu, lanjut Cui, bertolak belakang karena mengatakan mengakui Satu China sekaligus mengakui Taiwan. UE dinilai berusaha menghindari risiko tindakan koersif dari China. (AFP/REUTERS)