Laporan PBB dan berbagai lembaga keuangan internasional memperingatkan terjadinya kesenjangan prospek pemulihan ekonomi antarnegara. Demokrasi menjadi katalis terjadinya perubahan positif.
Oleh
Fransisca Romana Ninik
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Nilai-nilai demokrasi menjadi semakin relevan dalam kerangka pemulihan dari pandemi Covid-19. Sebagian negara berhasil mempertahankan demokrasi dengan baik di tengah pandemi, tetapi sebagian lagi mengalami kesulitan.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi tidak dapat dimungkiri bahwa negara-negara yang paling baik menangani pandemi adalah negara-negara demokratis. Inilah pentingnya nilai-nilai demokrasi terus dijalankan selama masa pemulihan dari pandemi.
”Dalam demokrasi, keadilan berarti setiap orang dapat memperoleh haknya dan mencapai kemakmuran. Artinya setiap negara harus memiliki kesempatan yang sama untuk pulih,” ujarnya dalam pidato di ajang Bali Democracy Forum ke-14, Kamis (9/12/2021), di Nusa Dua, Bali.
Laporan PBB dan berbagai lembaga keuangan internasional memperingatkan terjadinya kesenjangan prospek pemulihan ekonomi antarnegara. Sekitar 90 persen negara maju diproyeksikan dapat mencapai level pendapatan per kapita seperti sebelum pandemi pada 2022. Sementara negara-negara berkembang dan miskin memerlukan waktu jauh lebih lama.
Diperlukan lingkungan internasional yang mendukung agar mereka pun turut pulih dalam waktu yang tidak terlalu lama. ”Sayangnya norma dan aturan ekonomi internasional saat ini masih kurang demokratis dan inklusif. Oleh karena itu, sudah saatnya mendemokratisasikan arsitektur ekonomi global dan tatanan-tatanan global lainnya. Misalnya, tidak boleh ada monopoli dalam partisipasi di ekosistem rantai pasok global,” kata Retno.
Demokrasi, lanjut dia, adalah katalis terjadinya perubahan positif. Dunia memerlukan demokrasi untuk pulih dari pandemi.
Erosi multilateralisme
Dari tempat terpisah, Wakil Presiden ICRC Gilles Carbonnier mengatakan, di masa ketika terjadi erosi pada multilateralisme, kemanusiaan memberikan dasar untuk memperkuat kerja sama internasional dalam memulihkan tatanan kehidupan dari pandemi. ”Forum ini menjadi semakin penting untuk menyampaikan pesan ini kepada para delegasi,” kata Carbonnier dalam wawancara khusus dengan Kompas di sela-sela acara Bali Democracy Forum.
Isu itu berangkat dari kenyataan bahwa kemiskinan ekstrem di dunia meningkat semasa pandemi. Orang-orang yang berada dalam kemiskinan ekstrem, apalagi di tengah konflik, sama sekali tidak memiliki akses pada kebutuhan dasar. Akses pada fasilitas kesehatan yang mutlak diperlukan untuk mengatasi pandemi tidak terjangkau.
Di Afrika, ada 26 juta orang yang tidak punya akses sama sekali pada fasilitas kesehatan. ”Kami mencoba menjangkau mereka dan menjamin mereka punya akses vaksin Covid-19, vaksin rutin, dan sarana bertahan hidup lainnya,” kata Carbonnier.
Di sejumlah negara lain, seperti Suriah, Yaman, Sudan Selatan, Libya, Afghanistan, dan sebagian Myanmar, juga mengalami hal yang sama. Layanan esensial, seperti perawatan kesehatan, ketersediaan air bersih, pengolahan limbah, di ambang kolaps. ”Sangat penting untuk menemukan cara-cara baru untuk menyatukan pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan perusahaan swasta untuk menemukan skema baru pembiayaan guna memberikan layanan esensial dan pemulihan bagi masyarakat yang paling terdampak,” ujarnya.
Dalam acara penutupan, Wakil Menlu Mahendra Siregar mengatakan, penyelenggaraan BDF ke-14 kalinya menunjukkan forum ini memiliki gaung yang luas. Para delegasi saling bertukar pikiran dan solusi berdasarkan pengalaman mereka untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul di negara masing-masing terkait praktik demokrasi.
Setiap tahun, lanjut Mahendra, ada solusi yang dibawa bagi suatu tantangan. Namun, setiap tahun pula muncul tantangan baru yang memerlukan solusi baru. ”Dalam beberapa hal, isu nasional dan internasional di setiap negara dalam implementasi demokrasi sudah bisa diatasi. Pada waktu bersamaan, muncul tantangan baru yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dalam konteks ini justru forum BDF tidak kehilangan relevansinya, bahkan semakin relevan,” katanya.
Tahun ini, semakin banyak solusi konkret dikemukakan untuk memperkuat demokrasi sembari memulihkan berbagai sektor dari dampak pandemi.