Amerika Serikat dan Israel membuka opsi menyerang fasilitas nuklir Iran jika perundingan nuklir Iran tak memberi hasil yang diinginkan. Latihan militer bersama dan hibah senjata bisa jadi sinyal pelaksanaan opsi itu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
U.S. AIR FORCE/SENIOR AIRMAN JERREHT HARRIS VIA AP
Pesawat Angkatan Udara Israel, F-15 Strike Eagle, terbang dalam formasi dengan pesawat pengebom AS, B-1B Lancer, di atas wilayah udara Israel, Sabtu (30/10/2021).
WASHINGTON, KAMIS — Amerika Serikat bersama Israel membuka opsi menyerang Iran, sebagai skenario terburuk, jika perundingan program nuklir tidak mencapai hasil yang diinginkan, yakni mencegah Iran memiliki kemampuan persenjataan nuklir. Dalam beberapa hari ke depan, rencana itu akan dimatangkan oleh pejabat tinggi militer dan pertahanan kedua negara.
Pada saat yang sama, di jalur lain untuk mencegah keberlanjutan program pengayaan nuklir Iran, perundingan program nuklir putaran ke-8 juga akan berlangsung di Vienna, Austria.
Pembicaraan intensif mengenai skenario terburuk ini tengah diupayakan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Mossad David Barnea dengan Pemerintah AS di Washington. Dikutip dari laman media Israel, The Jerusalem Post, Gantz dan Barnea bertolak ke AS pada Rabu (8/12/2021) malam. Keduanya diperkirakan akan mengingatkan AS soal kemajuan program pengayaan nuklir dan kemungkinan agresi terhadap Iran.
”Negara-negara Eropa menginginkan adanya kesepakatan. Namun, para pejabat Israel menginginkan untuk menggunakan kekuatan penuh terhadap Iran. Ini hal penting,” kata seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya.
AFP PHOTO / US NAVY / PETTY OFFICER 3RD CLASS ELLIOT SCHAUDT
Foto yang dirilis Angkatan Laut Amerika Serikat pada 18 September 2020 memperlihatkan kapal induk USS Nimitz tengah berlayar di Selat Normutz pada 18 September 2020.
Kedatangan Gantz dan Barnea sejalan dengan mencuatnya informasi tentang sebuah pemaparan yang dilakukan para pejabat Pentagon kepada Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, 25 Oktober lalu. Menurut sumber di pemerintahan, dalam pemaparan itu disebutkan beberapa pilihan kebijakan, termasuk serangan militer ke Iran untuk memastikan Teheran tidak memiliki kemampuan produksi senjata nuklir.
Pertemuan Gantz dan pejabat Gedung Putih nanti diperkirakan juga akan membahas soal opsi mengadakan latihan militer bersama antara AS dan Israel.
Kemungkinan menggelar latihan militer bersama antara Israel dan AS belum pernah dilaporkan sebelumnya. Langkah itu menggarisbawahi kekhawatiran AS, negara-negara Barat, dan sekutu dekatnya, Israel, tentang hasil negatif perundingan nuklir Iran putaran ketujuh.
Iran bersikukuh agar AS dan PBB mencabut semua sanksi terhadap mereka. Keinginan itu disampaikan dalam dua proposal yang diajukan pada perundingan putaran ketujuh di Vienna, pekan lalu. Sebaliknya, dalam pandangan AS, secara bertahap sanksi akan dicabut apabila Iran sepakat untuk menghentikan program pengayaan uraniumnya.
AFP PHOTO / HO / ATOMIC ENERGY ORGANIZATION OF IRAN
Foto tanggal 6 November 2019 yang dirilis oleh Organisasi Atom Iran memperlihatkan jajaran mesin pada fasilitas konversi uranium Fordow di kota Qom, Iran.
Sikap keras Iran dianggap oleh sebagian negara perunding, terutama negara-negara Barat mitra dekat AS, sebagai taktik Teheran untuk mengulur-ulur waktu (buying time) semata. Pejabat keamanan AS menolak memberikan rincian tentang latihan militer yang mungkin dilaksanakan AS bersama Israel.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, beberapa opsi yang bisa diambil oleh Pemerintah AS dalam negosiasi dengan Iran adalah salah satu hal yang dibahas dalam pertemuan dengan Gantz.
”Saya sepenuhnya berharap masalah keamanan regional ini akan dibahas, termasuk apa yang kami lihat pada Iran dan pernah disampaikan sebelumnya soal alternatif yang mungkin terpaksa dilakukan jika Iran memperlihatkan sikap tidak mau kembali dengan cara yang substantif dan tulus (menghentikan program pengayaan nuklirnya),” kata Price, dikutip dari laman Jerusalem Post.
Menurut rencana, Barnea akan memperlihatkan data intelijen terbaru yang dimiliki Mossad soal program nuklir Iran kepada tokoh-tokoh senior AS. Selain itu, Barnea juga diyakini akan mencoba memengaruhi Washington soal kemampuan teror Iran.
AP PHOTO/TSAFRIR ABAYOV
Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz (tengah) menghadiri upacara menandai selesainya pembangunan pembatas keamanan di perbatasan Israel-Gaza, Selasa (7/12/2021). Sehari kemudian dia terbang ke Washington, Amerika Serikat, untuk membahas sejumlah isu, termasuk persiapan latihan bersama terkait opsi serangan militer ke Iran.
Pekan lalu, Barnea menyampaikan pandangannya soal program nuklir Iran. Menurut dia, untuk kepentingan sipil, uranium tidak perlu diperkaya hingga level 60 persen. ”Tidak perlu tiga lokasi khusus dengan ribuan mesin sentrifugal, kecuali tujuannya adalah untuk mengembangkan senjata nuklir,” kata Barnea.
Pada saat yang sama, Barnea menyatakan komitmen Israel dan Mossad agar Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir. ”Tidak sekarang. Tidak juga di masa yang akan datang. Itu komitmen saya dan Mossad,” katanya.
Dia menambahkan, lembaganya siap melakukan berbagai cara untuk menghilangkan ancaman itu. ”Mata kami terbuka, kami siap, dan kami akan melakukan semua yang diperlukan untuk menghilangkan ancaman itu bagi negara Israel dan menggagalkannya dengan segala cara,” kata Barnea.
Kedutaan Israel di Washington dan Wakil Tetap Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait hal tersebut.
Sinyal
Dalam pandangan Dennis Ross, mantan pejabat senior AS, latihan militer yang tengah dibicarakan dengan Israel secara terang-terangan akan memberikan sinyal kepada pemerintahan Presiden Iran Ebrahim Raisi bahwa kedua negara itu serius untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.
”Biden perlu melucuti Iran bahwa Washington tidak akan melakukan tindakan militer dan akan menghentikan Israel untuk melakukannya,” kata Ross dalam sebuah artikel bulan lalu.
Foto gambar udara fasilitas nuklir Iran di Natanz, selatan ibu kota Teheran, yang diambil pada 28 Januari 2020. Perundingan program nuklir putaran ke-8 antara Iran dan Amerika Serikat akan dimulai lagi, Kamis (9/12/2021), di Vienna, Austria.
Ross bahkan menyarankan AS untuk mengirimkan sinyal kesediaan memberikan bom penghancur bunker seberat 30.000 pound milik militer AS ke Israel. Seorang pejabat senior AS yang ditanya soal tindakan pencegahan seperti ini mengatakan, ”Saat Presiden Biden menyatakan Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir, dia bersungguh-sungguh dengan pernyataannya.”
Direktur Badan Pusat Intelijen AS (CIA) Bill Burns mengatakan, CIA tidak percaya para pemimpin tertinggi Iran telah memutuskan untuk mempersenjatai peralatan tempurnya (rudal) dengan nuklir. Namun, mereka juga mencatat bahwa kemajuan dalam program pengayaan uranium adalah salah satu cara untuk memiliki senjata nuklir, termasuk bom nuklir.
Burns menyatakan, bahkan jika Iran memutuskan untuk melanjutkan program pengayaan nuklirnya, negara itu masih memerlukan beberapa langkah lagi untuk mempersenjatai bahan misil itu ke rudal atau sistem persenjataan lainnya. ”Tetapi, memiliki dan menguasai pengetahuan soal siklus bahan bakar nuklir itu jauh untuk dihilangkan,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)