Senat Amerika Serikat menyetujui rencana Presiden Joe Biden menjual persenjataan ke Arab Saudi di tengah krisis di Yaman dan buntunya penyelidikan kematian wartawan Jamal Kashoggi.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Senat Amerika Serikat selesai melakukan pemungutan suara terkait resolusi menolak penjualan persenjataan ke Arab Saudi. Hasilnya diumumkan pada Selasa (7/12/2021) malam waktu setempat. Mayoritas anggota Senat menolak resolusi itu dan memberi lampu hijau kepada pemerintah Presiden Joe Biden untuk menjual rudal jarak menengah kepada Arab Saudi.
Keputusan itu diambil setelah dalam pemungutan suara sebanyak 67 suara setuju dengan penjualan senjata ke Saudi melawan 30 suara yang kontra. Para anggota yang menolak, di antaranya, Senator Rand Paul dan Mike Lee dari Partai Republik. Sementara dari Partai Demokrat di antaranya Bernie Sanders, Elizabeth Warren, dan Patty Murray. Sanders sempat dua kali menjadi bakal calon presiden AS.
”Kami menolak karena hingga kini Arab Saudi mempraktikkan pola pemerintahan yang bertentangan dengan prinsip yang dianut AS. Apalagi, Saudi menginvasi Yaman dan mengakibatkan krisis kemanusiaan,” kata Sanders.
Para pengaju resolusi penolakan juga menggarisbawahi mengenai belum ditanganinya kasus pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi. Ia adalah salah satu kontributor bagi surat kabar Washington Post. Khashoggi diduga dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Diduga, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman mengetahui operasi itu. Khashoggi kerap bersikap kritis terhadap kepemimpinan keluarga kerajaan Saudi.
Senator Mitch McConnell dari Partai Republik yang mendukung penjualan senjata mengatakan bahwa tidak ada alasan bagi AS untuk tidak membantu Arab Saudi. Negara ini adalah sekutu AS di wilayah Timur Tengah yang dari segi keamanan belum stabil. Saudi juga menghadapi berbagai ancaman, salah satunya dari Iran.
”Justru, menjual persenjataan ke Arab Saudi ini demi mempertahankan martabat dan pengaruh AS di Timur Tengah. Jika AS tidak turun tangan, nanti posisi ini akan diambil alih oleh China atau Rusia yang akan merugikan kita semua,” ujar McConnell.
Nilai total penjualan senjata itu adalah 650 juta dollar AS yang di dalamnya mencakup rudal jarak menengah. Senat beralasan ini masuk akal dan boleh karena tidak ada senjata pemusnah massal seperti bom yang dijatuhkan dari udara ke tanah.
Sementara itu, Gedung Putih mengeluarkan pernyataan bahwa penjualan senjata itu merupakan salah satu wujud kerja sama AS-Saudi di sektor pertahanan. Terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia di Yaman, Gedung Putih mengatakan, ada banyak cara untuk mendorong Saudi menghentikan invasi.
Ini kedua kalinya sejumlah anggota Senat menolak penjualan senjata ke Arab Saudi. Sebelumnya, pada Juni 2019, ketika Presiden Donald Trump hendak menjual persenjataan senilai 8 miliar dollar AS. Sama seperti sekarang, saat itu mayoritas anggota Senat mendukung keputusan Trump.
Biden ketika masih berkampanye sebagai calon presiden di tahun 2019 keras mengkritik Trump. Salah satu janji kampanye Biden ialah menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi dan mengucilkan negara tersebut. Akan tetapi, janji itu hanya di bibir karena setelah dilantik pada tahun 2020, ia mengakrabkan diri dengan keluarga kerajaan Saudi.
Baca juga : Pola Baru Hubungan AS-Arab Saudi
”Pejualan persenjataan ke Arab Saudi ini selalu berlindung di balik dalih demi pertahanan agar Saudi tidak diserang Iran atau pihak-pihak lain,” kata Seth Binder dari Proyek Demokrasi untuk Timur Tengah (Project on Middle East Democracy) kepada media Huff Post. (AP/REUTERS)