Rudal yang ditembakkan dari pesawat tempur Israel membuat pelabuhan peti kemas di Latakia, Suriah, rusak berat. Ini adalah serangan pertama Israel ke Latakia sejak insiden dengan militer Rusia tahun 2018.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
DAMASKUS, SELASA — Pesawat-pesawat tempur Israel, Selasa (7/12/2021) dini hari waktu setempat, menembakkan beberapa rudal yang ditujukan ke pelabuhan peti kemas di kota Latakia dan memicu kebakaran besar. Militer Israel menduga pelabuhan itu menjadi lokasi penyimpanan persenjataan milik kelompok Hezbollah yang didukung Iran. Kelompok ini sering melakukan serangan sporadis ke wilayah Israel.
Serangan atas Pelabuhan Latakia terjadi ketika Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad baru berkunjung ke Teheran, Iran. Mekdad bertemu sejumlah petinggi pemerintahan baru Iran. Mereka membahas kemungkinan kelanjutan penyerahan pengelolaan terminal peti kemas itu ke operator Iran. Rencana ini sempat mengemuka tahun 2019. Iran menyatakan ketertarikan untuk mengelola pelabuhan dan tengah berencana membangun jalur pelayaran langsung antara Latakia dan salah satu pelabuhannya di wilayah selatan.
Media Pemerintah Suriah, mengutip seorang pejabat militer yang enggan disebut namanya, mengatakan, beberapa rudal menghantam area peti kemas di pelabuhan yang terletak sekitar 250 kilometer utara ibu kota Damaskus itu. Tidak ada korban jiwa akibat serangan itu.
Kantor berita Pemerintah Suriah, SANA, mengatakan, serangan itu hanya berlangsung sesaat meski mengakibatkan kerugian yang cukup besar. ”Pertahanan udara Suriah memukul mundur agresi militer di Latakia,” kata SANA.
Dua media Israel, Jerussalem Post dan The Times of Israel, membenarkan bahwa militer negara itu menyerang pelabuhan peti kemas di Latakia. Seorang pejabat militer Israel, dikutip dari laman The Times of Israel, mengatakan, serangan udara yang menggunakan beberapa rudal mengakibatkan kebakaran pada beberapa peti kemas yang ada di lokasi. Dia tidak memberikan detail dan alasan serangan itu dilakukan.
Israel, yang masih dalam status berperang dengan Suriah, secara teratur menyerang lokasi-lokasi yang dianggap menjadi basis perlawanan kelompok Hizbullah dukungan Iran di negara itu. Namun, serangan ke Latakia jarang dilakukan karena kota tersebut sangat dekat dengan fasilitas militer Rusia, pelindung rezim Bashar Al Assad. Hubungan Israel dan Rusia yang tidak begitu baik membuat Tel Aviv memilih menahan diri menyerang lokasi-lokasi yang tidak jauh dari lokasi ditempatkannya militer Rusia di Suriah.
Serangan terhadap Latakia ini sendiri adalah serangan pertama Israel sejak tahun 2018, pascainsiden jatuhnya pesawat mata-mata Rusia oleh pertahanan udara Suriah. Insiden itu hampir mengakibatkan konflik baru antara Rusia dan Israel. Sebelumnya, Israel pernah menyerang Latakia pada 203 dan 2014.
Baik pemerintah maupun militer Israel jarang berkomentar tentang serangan udara yang mereka lakukan di Suriah. Namun, mereka berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan musuh bebuyutannya, Iran, memperluas wilayah pengaruhnya di Suriah. Serangan-serangan yang dilakukan biasanya ditujukan pada basis kelompok perlawanan yang didukung Iran, Hezbollah Lebanon, yang memiliki proksi di Suriah. Serangan diklaim untuk menghentikan pasokan atau memusnahkan senjata yang diyakini Israel ditujukan untuk kelompok tersebut.
Sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Inggris, SHOR, meyakini serangan Selasa dini hari ditargetkan untuk menghentikan dan menghancurkan senjata kiriman Iran. Dalam catatan SOHR, Israel juga pernah menyerang wilayah barat Provinsi Homs, Suriah, yang menewaskan setidaknya lima orang, akhir November. Sebelumnya, dalam dua kejadian terpisah pada bulan Oktober, serangan militer Israel menewaskan lima anggota milisi pro-Iran di dekat Damaskus dan sembilan anggota kelompok pro-pemerintah di dekat Pangkalan Udara T4 (pangkalan udara militer Tiyas), timur Provinsi Palmyra.
Serangan terakhir di Latakia ini sendiri terjadi setelah sekitar 1,5 bulan pertemuan antara Perdana Menteri Israel Naftali Bennet dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kantor PM Israel menyatakan, pertemuan itu membahas beberapa hal, termasuk yang paling utama adalah soal program nuklir Iran dan peran Rusia di Suriah. (AFP/AP)