Alih-alih memberikan harapan titik temu, negosiasi putaran ke-7 tentang nuklir Iran justru membersitkan pesimisme. Ini terjadi setelah dua proposal Iran dianggap langkah mundur dan mengusung hal di luar kesepakatan.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
VIENNA, SABTU — Hasil negosiasi nuklir Iran putaran ke-7 membersitkan pesimisme. Dalam pertemuan lima hari yang berakhir pada Jumat (3/12/2021), Iran muncul dengan dua proposal baru yang dianggap para diplomat Barat sebagai langkah mundur dan memuat aspirasi di luar wilayah kesepakatan.
Masing-masing delegasi selanjutnya akan mengomunikasikan hasil perundingan, terutama soal dua proposal baru Iran, kepada pemerintahannya. Putaran ke-8 dijadwalkan digelar di Vienna, pekan depan.
Dalam dua proposalnya, Iran merinci tahapan pencabutan sanksi dan pemenuhan ulang kewajiban Iran pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA). Iran juga disebutkan memiliki proposal ketiga yang belum disampaikan pada pertemuan itu. Isinya tentang permintaan jaminan agar AS tidak akan kembali meninggalkan kesepakatan secara sepihak.
Putaran ke-7 merupakan lanjutan dari perundingan yang sempat terhenti selama lima bulan. Dalam putaran ke-7, hadir diplomat dari Inggris, Perancis, Jerman, China, Russia, serta Iran. Amerika Serikat (AS) tidak ikut secara langsung. Delegasinya hadir di lobi hotel untuk mengikuti perkembangan perundingan.
Ketua Delegasi Iran Ali Bagheri Kani mengatakan, Teheran menanti tanggapan terhadap proposal-proposal itu. ”Sekarang, pihak lain sedang menelaah dokumen-dokumen ini dan bersiap berunding dengan Iran berdasarkan dokumen-dokumen ini,” kata Kani.
Ia mengatakan sudah mendengar reaksi perunding Eropa soal usulan Iran. ”Mereka menyatakan tidak sesuai dengan pandangan mereka dan saya sampaikan ini alamiah. Kami tidak akan menawarkan proposal sesuai cara pandang anda. Kami akan konsisten dengan kepentingan dan cara pandang kami,” katanya.
Para diplomat dari negara Eropa yang terlibat dalam JCPOA disebut kecewa dengan dua proposal Iran itu. Mereka menilai tuntutan itu tidak sesuai dengan kesepakatan yang dibuat perunding Iran di bawah pemerintahan Hassan Rouhani.
Perunding Iran dalam putaran ke-7 adalah diplomat baru yang ditunjuk Presiden Ibrahim Raisi. ”Perubahan besar diminta Iran. Tidak jelas bagaimana perbedaan ini bisa diwujudkan dengan kerangka waktu yang didasarkan pada usulan Iran,” kata seorang diplomat Eropa.
Perunding Uni Eropa, Enrique Mora, mengatakan, pihaknya telah mendata sejumlah tantangan. ”Kami akan kembali ke sini pekan depan. Waktu ada batasannya dan harus ada penuntasan,” katanya.
Mora menyebut, AS dan Iran sama-sama harus menunjukkan komitmen pada JCPOA. Hal itu berarti Iran perlu memenuhi kewajiban pada JCPOA. Sementara AS perlu mencabut sanksi ekonomi.
Ketua Delegasi Rusia Mikhail Ulyanov mengatakan belum waktunya menyebut ada kekecewaan atas proses perundingan. ”Fakta Iran menawarkan perubahan mendasar, versi lebih radikal dibanding yang sudah disepakati di enam putaran sebelumnya, memberi kesan kuat kepada mitra Barat,” ujarnya sebagaimana dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Perundingan nuklir Iran berawal dari kegiatan nuklir Iran pada 2013-2014 yang menyulut ketegangan dan kekhawatiran. Akhirnya, lima anggota Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman mengajak Iran berunding.
Per Juli 2015, JCPOA dicapai. Intinya, Iran setuju membatasi kegiatan nuklirnya dan mengizinkan pengawas internasional melakukan pemantauan. Timbal baliknya, sanksi ekonomi terhadap Iran dicabut. Hal ini buyar ketika AS pada 2018 menyatakan keluar dari kesepakatan itu. (AFP/REUTERS)