”JFK”, di Antara Batas Tipis Khayalan, Dugaan, dan Kenyataan
Kasus pembunuhan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy hingga kini masih meninggalkan banyak pertanyaan. Spekulasi dan teori konspirasi beterbangan meski ribuan dokumen rahasia sudah dirilis sedikit demi sedikit.
Siapakah pembunuh John Fitzgerald Kennedy atau JFK? Betulkah Lee Harvey Oswald pelakunya? Adakah keterlibatan Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat atau CIA? Apa motifnya? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang masih menyelimuti misteri pembunuhan JFK sampai sekarang. Berbagai asumsi, spekulasi, kecurigaan, dan teori konspirasi beterbangan. Setiap pihak percaya dengan informasi yang mereka pegang. Namun, tetap saja semua berujung sama, tidak ada yang memegang informasi yang akurat karena data terkait JFK disimpan pemerintah.
Baca juga : Catatan Rahasia Dibuka Lagi
Misteri pembunuhan JFK, pada 22 November 1963, kembali riuh tahun ini setelah sutradara Amerika Serikat, Oliver Stone (74), membuat film lagi soal JFK. Dulu, 30 tahun lalu, ia pernah membuat film cerita JFK dan meraih dua piala Oscar. Kali ini, ia membuat film dokumenter yang berjudul JFK Revisited: Through the Looking Glass yang dinarasikan oleh Whoopi Goldberg dan sudah diputar di Festival Film Cannes, Juli lalu. Dokumenter ini mengulik lebih dalam mengenai inkonsistensi dalam proses otopsi Kennedy, cara penanganan bukti-bukti penting, dan dugaan hubungan tersangka Lee Harvey Oswald, mantan marinir AS, dengan CIA.
Kasus ini kian pelik setelah Oswald tewas ditembak pemilik kelab malam, Jack Ruby, dua hari setelah ditahan. Ia ditembak di depan mata polisi-polisi yang tengah menggiringnya. Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan Komisi Warren kemudian menyimpulkan Oswald bertindak sendiri. Namun, banyak pihak tak percaya dengan kesimpulan itu dan tetap meyakini Kennedy menjadi korban konspirasi. Oswald dan Ruby menjadi bagian dari konspirasi pembunuhan JFK yang merupakan presiden ke-35 AS itu.
Film dokumenter arahan Stone kembali memicu perdebatan sengit mengenai misteri JFK sekaligus metode Stone. Ketika membuat film JFK, Stone tidak menyangka mendapat serangan dan perlawanan sengit dari sebagian publik. Bahkan, di kalangan Hollywood, ia dituding pencinta teori konsporasi. Namun, ia beruntung karena JFK berbentuk film fiksi. Berlindung di balik film fiksi, sah-sah saja jika fakta dan imajinasi bercampur menjadi satu.
Dokumen rahasia
Namun, bagi mereka yang beraliran JFK, CIA, atau FBI garis keras, film fiksi itu pun digugat dan dipertanyakan faktualitasnya. Nasib dokumenter JFK Revisited juga sama saja. Banyak yang meragukan fakta yang dirangkai Stone. Dokumenter ini sudah diedit menjadi 2 jam dari yang semula 4 jam, dan sampai di ujung cerita tidak disebutkan sama sekali siapa pembunuh Kennedy.
Dokumenter ini merangkai jutaan arsip pemerintah yang dirilis setelah film JFK tayang. Pada tahun 2017, mantan Presiden AS Donald Trump pernah merilis ribuan dokumen rahasia terkait JFK, tetapi masih banyak yang tidak dirilis karena alasan keamanan nasional.
Presiden AS Joe Biden juga menunda rilis dokumen rahasia terkait JFK sampai 15 Desember 2022. Alasannya, bagian kearsipan nasional masih membutuhkan waktu untuk mengkaji proses editing untuk publikasi. Biden juga menegaskan penundaan ini perlu dilakukan untuk melindungi pertahanan militer, operasi intelijen, penegakan hukum, atau hubungan luar negeri. Ini semua lebih penting ketimbang urgensi mengungkapkan dokumen seperti yang dikehendaki masyarakat. Padahal, hukum AS menyebutkan semua catatan pemerintah terkait kasus JFK harus dibuka supaya diketahui seluruh rakyat.
Baca juga : Misteri Pembunuhan Kennedy dan Ancaman Keamanan AS
Penyelidikan Komisi Warren ini dinilai tidak lengkap. Bahkan, komite di Kongres menyimpulkan pembunuhan Kennedy kemungkinan hasil dari konspirasi. Keyakinan yang sama juga dipegang Stone yang menuding badan intelijen AS ada di balik ini semua. Tuduhan itu tidak disebutkan dalam filmnya, tetapi jalan ceritanya diarahkan ke sana.
Dalam pandangan Stone, Kennedy dibunuh CIA karena berani melawan militer AS. ”Pertanyaan terpentingnya, kenapa Presiden Kennedy dibunuh? Kami menjawabnya dengan bukti-bukti Kennedy hendak menarik AS dari Vietnam. Hubungan dengan Kuba juga membaik. Perjanjian larangan tes nuklir sudah ditandatangani. Ia sedang memperbaiki hubungan dengan Rusia. Intinya, Kennedy itu anti-kolonialis,” kata Stone, yang juga menyutradarai film Platoon, Born on the Fourth of July, Wall Street, Nixon, dan W. itu.
Rekayasa
Sama seperti mereka yang tidak percaya kepada Stone, Stone pun tak percaya dengan bukti-bukti yang disodorkan Komisi Warren. Komisi Kepresidenan Urusan Pembunuhan Presiden Kennedy bentukan Presiden Lyndon B Johnson ini membuat laporan setebal 888 halaman pada 24 September 1964. Laporan itu menyimpulkan, Kennedy dibunuh Oswald dan Oswald yang bertindak sendirian. Oswald lalu dibunuh Ruby yang juga bekerja sendirian. Temuan Komisi Warren, yang diambil dari nama Ketua Mahkamah Agung Earl Warren, itu kontroversial dan bagi Stone penuh berisi penipuan. Misalnya, dari peluru yang menewaskan Kennedy, lintasan tembakan, senapan, dan hasil otopsi.
”Motif pembunuhan Kennedy karena Kennedy terlalu banyak melakukan perubahan. Sejak Kennedy, tidak ada presiden AS yang berani utak-atik militer dan anggarannya. Militer saja menghabiskan 50 persen anggaran kita. Ini, kan, keterlaluan. Kita tidak boleh mengutak-atik militer dan badan intelijen sama sekali,” kata Stone.
Bagi Stone, hanya Kennedy yang benar-benar memperjuangkan perdamaian dunia. Mantan Presiden Bill Clinton dan Barack Obama sebenarnya juga memperjuangkan perdamaian, tetapi tidak tuntas. Ide atau teori Stone dalam film JFK Revisited pun sebenarnya tak jauh berbeda dengan ide di film JFK bahwa Kennedy tewas karena Johnson dan kroni-kroninya di komunitas militer, pertahanan, dan intelijen yang mencari keuntungan dari Perang Vietnam.
Baca juga : Mengintip Ranjang Tempat Presiden AS Kennedy Dilahirkan
Harian The Washington Post, 22 November 2021, menyebutkan, sejak 1960-an banyak penulis dan dokumentarian yang fokus meneliti apakah Oswald benar-benar pelaku tunggal atau ada konspirasi di balik pembunuhan Kennedy. Ini juga yang diutak-utik terus di JFK Revisited. Film ini, dinilai harian itu, mengaburkan batasan antara fakta, fiksi, dan spekulasi murni sekaligus mendistorsi pemahaman publik mengenai catatan sejarah yang selama ini didokumentasikan dengan baik.
Dalam film JFK, Stone menceritakan adanya Undang-Undang Pengumpulan Catatan Pembunuhan Presiden John F Kennedy tahun 1992. Ini teori meyakinkan, tetapi tidak bisa diverifikasi. Setelah film itu, Kongres AS kemudian membentuk badan independen yang disebut Dewan Peninjau Catatan Pembunuhan. Selama empat tahun, anggota dewan itu mengkaji dan menyelidiki 60.000 dokumen dari badan intelijen federal, lalu membukanya untuk para peneliti di Arsip Nasional. Kini, dokumen Koleksi Catatan Pembunuhan John F Kennedy mencapai 5 juta dokumen dalam berbagai bentuk.
”Apa yang mereka lakukan memang luar biasa, tetapi tidak bisa lebih jauh lagi karena tidak ada dananya,” kata Stone.
Meski mengundang pro dan kontra, dokumenter Stone ini menyajikan segunung bukti tak langsung yang baru. Bukti tak langsung itu, antara lain, catatan hasil wawancara saksi-saksi dan siapa pun yang terkait dengan pembunuhan JFK. Dokumenter ini secara mendalam dan persuasif menunjukkan ada inkonsistensi dan anomali yang jelas pada bukti-bukti seperti peluru yang seharusnya ditemukan serta gambaran luka masuk dan keluar peluru. Ada sejarawan, penulis, ahli forensik, balistik, dan kedokteran yang diwawancarai untuk memberikan pandangan.
Baca juga : Menelisik Bekas Zona Merah Perang Vietnam
Keberadaan Oswald di lokasi penembakan pun dipertanyakan. Oswald diyakini bukan orang yang menembakkan tiga peluru ke arah Kennedy dari lantai 6 gedung Texas School Book Depository. Banyak bukti yang membantah teori itu dan tidak disebutkan dalam laporan Komisi Warren. Oswald bahkan tidak ada di lantai itu pada saat penembakan. Ini sudah dijelaskan dalam buku The Girl on the Stairs: The Search for a Missing Witness to the JFK Assassination karya Barry Ernest tahun 2013. Ada kesaksian Elizabeth Adams, sekretaris yang bekerja di gedung itu pada saat kejadian, yang berbeda dengan temuan Komisi Warren.
Menurut Adams, Oswald tidak mungkin ada di lantai 6. Kesaksian ini didukung rekan kerjanya, Saundra Styles, dan atasannya, Dorothy Garner. ”Kesaksian ketiga sekretaris yang sangat penting ini diabaikan pada waktu itu oleh Komisi Warren,” kata Stone. Bukti kesaksian ketiga sekretaris itu kemudian hilang tak berbekas.
Tidak hanya kesaksian sekretaris ini yang hilang, tetapi dikhawatirkan banyak fakta yang ditutupi, bahkan dihilangkan. Untuk menyingkap misteri ini, Stone dan sebagian rakyat AS bahkan dunia menantikan dokumen-dokumen rahasia lainnya yang masih disimpan Pemerintah AS. Biden berjanji tahun depan akan membuka semua dokumen yang tersisa, tetapi banyak yang khawatir dokumen-dokumen itu bisa berubah isinya. Jika itu terjadi, pembunuhan Kennedy akan menjadi misteri selamanya. Spekulasi dan teori-teori konspirasi pun masih akan bertebaran menjadi bahan obrolan yang gurih sepanjang masa. (AP)