Varian Omicron sudah menyebar ke 38 negara. Meskipun belum ada kasus kematian akibat Omicron, WHO tetap memperingatkan atas kecepatan penyebaran dan banyaknya varian itu bermutasi.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Covid-19 varian Omicron sudah ditemukan di 38 negara, tetapi sampai sejauh ini belum ada laporan kasus kematian akibat Omicron. Jika penyebaran Omicron tidak terkendali, upaya pemulihan ekonomi dunia akan kembali terganjal. Amerika Serikat dan Australia adalah negara yang mengonfirmasi kasus penularan lokal Omicron.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan hal itu pada hari Jumat (3/12/2021). Butuh waktu setidaknya beberapa pekan untuk bisa menentukan seberapa menularnya Omicron dan apakah galur baru ini menyebabkan sakit parah. Belum lagi untuk menentukan perawatan apa yang perlu diberikan dan vaksin apa yang ampuh menghadapi Omicron. ”Pasti nanti akan ada jawaban yang dibutuhkan,” kata Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan.
Meskipun belum ada kasus kematian akibat Omicron, WHO tetap memperingatkan atas kecepatan penyebaran dan banyaknya varian itu bermutasi. Jumlah mutasi Omicron jauh lebih banyak ketimbang varian Delta. Dalam beberapa bulan ke depan, kasus varian Omicron bahkan diperkirakan mendominasi kasus Covid-19 di Eropa.
Varian baru ini dikhawatirkan Kepala Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva akan kembali memperlambat pemulihan ekonomi dunia. Sebelum ada Omicron pun pemulihan ekonomi membutuhkan waktu lama, apalagi sekarang. ”Varian baru yang menyebar dengan cepat bisa melemahkan kepercayaan diri,” ujarnya.
Studi awal soal Omicron oleh para peneliti di Afrika Selatan memperkirakan Omicron tiga kali lebih mungkin membuat orang tertular kembali dibandingkan dengan varian Delta atau Beta. Kepala Palang Merah Internasional Francesca Rocca mengingatkan, kemunculan Omicron ini membuktikan dampak dari penyebaran vaksin dan pelaksanaan vaksinasi yang tidak sama di dunia.
Dokter-dokter di Afsel mengatakan, sejak varian Omicron muncul, kasus anak di bawah usia 5 tahun yang dirawat di rumah sakit naik. ”Anak-anak berusia di bawah 5 tahun sekarang kasus kedua terbanyak, dan kasus terbanyak ada pada orang di usia 60 tahun ke atas,” kata Wassila Jassat dari Institut Nasional untuk Penyakit Menular.
Yang juga menjadi perhatian, dua kasus Omicron di AS datang dari dua warga AS yang diketahui tidak bepergian ke luar negeri. Ini berarti varian Omicron sudah beredar di dalam negeri AS. Presiden AS Joe Biden, Kamis lalu, mengumumkan, semua pelancong dari luar negeri harus tes Covid-19 dan hasilnya negatif sehari sebelum bepergian. Biaya tes Covid-19 sebesar 25 dollar AS akan ditanggung asuransi kesehatan dan diberikan secara gratis bagi mereka yang tidak memiliki asuransi. Sementara di Sydney, Australia, ada tiga siswa yang positif Omicron.
Di Norwegia, sebanyak 13 orang terinfeksi Omicron dan hanya sakit ringan. Malaysia juga melaporkan munculnya kasus Omicron pertama dari siswa asing yang tiba dari Afsel pada 19 November lalu. Sri Lanka pun mengumumkan kasus pertama Omicron dari warganya yang baru pulang dari Afsel.
Wajib masker
Salah satu negara yang paling kelabakan dengan Omicron ini adalah Rusia. Pasalnya, sebelum ada Omicron sudah ada sekitar 75.000 orang yang tewas akibat Covid-19 pada bulan Oktober saja. Oktober menjadi bulan paling mematikan bagi Rusia.
Meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron memaksa negara-negara Eropa kembali mewajibkan pemakaian masker, menjaga jarak, dan memberlakukan kebijakan pembatasan atau jam malam. Pemerintah Belgia tidak mau mengambil risiko dan menutup sekolah dasar satu pekan sebelum libur Natal. Pemerintah Jerman melarang kembang api saat perayaan Tahun Baru agar massa tidak berkumpul. Irlandia juga menutup kelab malam dan kembali memberlakukan kebijakan menjaga jarak saat pesta Hari Natal dan Tahun Baru. (AFP)