China dan India Janjikan Lebih Banyak Vaksin Covid-19 untuk Afrika
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat Afrika memvaksinasi 77 juta orang, atau baru 6 persen, dari total populasinya. Pasokan vaksin Covid-19 sepanjang Oktober di Afrika mencapai 50 juta dosis.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, SELASA — Dua negara tempat pengembangan vaksin Covid-19, China dan India, melalui pemerintah masing-masing menjanjikan lebih banyak pasokan vaksin bagi Benua Afrika yang tengah menghadapi sergapan virus varian Omicron. Pemerintah China mengalokasikan 1 miliar dosis vaksin Covid-19. Adapun India mengaku siap menambah pasokan yang sudah ada sebanyak 25 juta dosis bagi 41 negara di Afrika.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat Afrika memvaksinasi 77 juta orang, atau baru mencapai 6 persen, dari total populasinya hingga akhir Oktober. Sebagai perbandingan, lebih dari 70 persen negara berpendapatan menengah atas telah memvaksinasi lebih dari 40 persen penduduknya. Dari 54 negara di Afrika, baru tiga negara, yakni Seychelles, Mauritius, dan Maroko, yang memenuhi target vaksinasi Covid-19.
Tanpa percepatan vaksinasi, hingga akhir tahun ini diperkirakan maksimal hanya lima negara yang akan mencapai tingkat vaksinasi penuh sebanyak 40 persen dari total populasi. Pasokan vaksin Covid-19 sepanjang Oktober di Afrika mencapai 50 juta dosis, hampir dua kali lipat dari pasokan sebulan sebelumnya. Dengan pasokan sebesar itu, Afrika masih kekurangan setidaknya 275 juta dosis vaksin guna mencapai target vaksinasi tahun ini.
Janji tawaran lebih banyak pasokan vaksin oleh China disampaikan secara langsung oleh Presiden Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi China-Afrika di Dakar, Senegal, Senin (29/11/2021). Dari total janji 1 miliar dosis vaksin Covid-19, Xi menyatakan siap memasok 600 juta dosis secara langsung ke Afrika. Sisanya akan dialokasikan secara tidak langsung, misalnya melalui jalur investasi pengembangan vaksin Covid-19 di Afrika.
”Kita harus terus berjuang bersama melawan Covid-19,” kata Xi, seraya menambahkan bahwa China akan mengirim sekitar 1.500 pekerja medis ke Afrika. ”Kita harus memprioritaskan perlindungan orang-orang kita dan menutup kesenjangan vaksinasi.”
Dari total janji 1 miliar dosis vaksin Covid-19, Xi menyatakan siap memasok 600 juta dosis secara langsung ke Afrika. Sisanya akan dialokasikan secara tidak langsung, misalnya melalui jalur sekalian investasi pengembangan langsung vaksin Covid-19 di Afrika.
Adapun janji tambahan pasokan oleh Pemerintah India disampaikan melalui Kementerian Luar Negeri India di New Delhi. India telah menyelesaikan semua pesanan melalui skema COVAX dengan jenis vaksin AstraZeneca ke negara-negara di Afrika, seperti Malawi, Etiopia, Zambia, Mozambik, Guinea, dan Lesotho. ”Pemerintah India siap mendukung negara-negara yang terkena dampak di Afrika dalam menangani varian Omicron, termasuk dengan pasokan vaksin buatan India,” kata Kemenlu India. ”Pasokan dapat dilakukan melalui COVAX atau secara bilateral.”
Selain vaksin Covid-19, New Delhi juga menjanjikan pasokan obat-obatan, alat uji, sarung tangan, alat pelindung diri dan peralatan medis seperti ventilator sesuai kebutuhan. India bulan lalu melanjutkan pengiriman vaksin Covid-19 ke luar negeri untuk pertama kalinya sejak April. Ketika itu India melarang ekspor vaksin Covid-19 guna memenuhi kebutuhan dalam negerinya akibat lonjakan kasus.
Produksi vaksin Covid-19 yang dikembangkan di India meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak April, menjadi sekitar 300 juta dosis per bulan. Vaksinasi Covid-19 di India telah mencapai 83 persen untuk satu suntikan dari kebutuhan 944 juta orang dewasa. Total vaksinasi secara penuh di India telah mencapai 47 persen.
Persaingan diplomatik
Janji lebih banyak pasokan vaksin bagi Afrika oleh Beijing dilihat sebagian pihak sebagai bagian upaya diplomatik China menghadapi langkah serupa oleh Amerika Serikat. KTT China-Afrika di Senegal digelar setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkunjung ke Kenya, Nigeria, dan Senegal, sepekan lalu. Blinken juga membahas tempat produksi vaksin secara lokal di Afrika dan menyinggung hubungan mendalam benua itu dengan China. Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden mengumumkan sumbangan vaksin ke Afrika, menjanjikan 17 juta dosis vaksin Johnson & Johnson sekali pakai ke Uni Afrika.
Adapun janji Xi datang sebagai bagian dari forum antara China dan negara-negara Afrika dengan penekanan pada perdagangan dan keamanan. China berinvestasi besar-besaran di Afrika dan menjadi mitra dagang terbesar di benua itu. Perdagangan langsung mencapai lebih dari 200 miliar dollar AS pada 2019, menurut Kedutaan Besar China di Dakar. Beijing juga telah menyumbangkan jutaan dosis vaksin Sinopharm yang diproduksi di dalam negeri ke negara-negara Afrika yang miskin sejak awal pandemi.
Dalam KTT itu, Menteri Ekonomi Senegal Amadou Hott mengatakan, perubahan dalam hubungan komersial dengan China diperlukan, jauh dari proyek yang dibiayai oleh pemerintah-pemerintah di Afrika yang mengambil utang dalam jumlah besar. ”Kami membutuhkan lebih banyak investasi ekuitas,” katanya, mendorong pengusaha China untuk berinvestasi di perusahaan lokal. ”Pandemi ini menunjukkan perlunya ekonomi kita untuk berproduksi lebih banyak dan berdaulat di sektor-sektor strategis,” tambahnya, menunjuk antara lain sektor farmasi dan pertanian.
Beijing sering dituduh melakukan praktik ”diplomasi jebakan utang” karena skala pinjamannya ke negara-negara berkembang di Afrika dan di tempat lain. Lewat strategi itu, Beijing menggunakan status kreditor untuk mengekstraksi konsesi diplomatik dan komersial. Blinken merujuk tuduhan itu tanpa menyebut China secara eksplisit. (AFP/REUTERS)