Hingga 28 November 2021, pengidap Covid-19 dari gugus kasus baru akibat galur itu sudah dilaporkan terdeteksi di Belanda, Australia, Belgia, Ceko, Israel, Italia, Inggris, dan Jerman.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
AMSTERDAM, MINGGU — Galur baru virus SARS-CoV-2 yang ditemukan di Afrika Selatan kembali memaksa berbagai negara menutup atau setidaknya membatasi perlintasan di perbatasannya. Galur baru yang dinamai Omicron itu sudah terlacak di beberapa negara.
Otoritas kesehatan Belanda, Minggu (28/11/2021), melaporkan temuan setidaknya 13 kasus yang dipicu galur Omicron pada penumpang dua penerbangan dari Afrika Selatan. Kasus terkonfirmasi ditemukan setelah 61 dari 600 penumpang dua pesawat KLM terbukti positif Covid-19 saat tiba di Bandara Schiphol, Amsterdam, Jumat.
”Investigasi belum sepenuhnya selesai. Varian baru ini bisa saja ditemukan dalam lebih banyak uji sampel,” sebut pernyataan Institut Nasional untuk Kesehatan Masyarakat (RIVM).
Kantor berita Saudi Press Agency (SPA) melaporkan tambahan larangan penerbangan dari dan ke tujuh negara Afrika. Larangan diberlakukan terhadap pesawat-pesawat Malawi, Zambia, Madagaskar, Angola, Seychelles, Mauritius, dan Komoro. Sebelumnya, Riyadh sudah melarang penerbangan dari dan ke Afrika Selatan, Namibia, Botswana, Zimbabwe, Mozambique, Lesotho, dan Eswatini.
Semua orang asing yang pernah ke 14 negara itu dalam 14 hari sebelum waktu penerbangan dilarang masuk Arab Saudi. Adapun warga Arab Saudi yang datang dari sana diwajibkan karantina mandiri paling singkat lima hari. Aturan itu terkait penemuan galur Omicron di Afrika Selatan. Omicron merupakan galur kedua virus SARS-CoV-2 yang ditemukan di Afsel. Sebelumnya, di sana ditemukan galur Beta.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, Omicron pertama kali teridentifikasi pada 9 November 2021 dan dilaporkan ke WHO pada 24 November 2021. Hingga 28 November 2021, pengidap Covid-19 dari gugus kasus baru akibat galur itu sudah dilaporkan terdeteksi di Australia, Belgia, Ceko, Israel, Italia, Inggris, dan Jerman.
Galur Omicron punya beberapa mutasi, sebagian sangat mencemaskan. Sebagian bukti pemeriksaan menunjukkan risiko infeksi ulang gara-gara Omicron. Galur itu juga dikhawatirkan lebih menular dibandingkan galur-galur lain.
Kekhawatiran pada Omicron memaksa Israel sepenuhnya menutup pintu perlintasan internasional bagi orang asing. Sejauh ini, Israel sudah mendeteksi satu pasien Covid-19 yang terinfeksi galur itu. Sementara tujuh pengidap lain sedang menunggu hasil pemeriksaan. Adapun Australia mengumumkan dua pelawat dari kawasan selatan Afrika terkonfirmasi mengidap Covid-19 galur Omicron. Selain dua orang itu, juga ada 12 orang lain yang tiba ke Australia dari kawasan selatan Afrika. Mereka transit di Doha sebelum tiba di Sydney pada Sabtu malam. Pemerintah Australia masih mengarantina 12 orang lainnya.
Tidak membatasi
Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, Inggris belum berpikir membatasi perjalanan internasional gara-gara Omicron. London memilih mewajibkan pelawat lintas negara mengarantina diri sampai terbukti negatif Covid-19. Biaya karantina dan tes PCR ditanggung masing-masing pelawat.
Sikap London sejalan dengan pernyataan WHO akhir pekan lalu. Menurut WHO, perlu beberapa waktu untuk memahami Omicron. Sementara itu, perlu berhati-hati untuk membatasi perjalanan sampai ada bukti ilmiah yang mendukung.
Sejauh ini, para pengidap Omicron di Eropa dilaporkan dalam kondisi stabil. Mereka dikarantina mandiri, antara lain, di Belgia, Ceko, Italia, dan Jerman. Menteri Kesehatan Belgia Frank Vandenbroucke mengatakan, kasus yang terlacak di Belgia ditemukan pada pelawat dari Mesir. Menurut Vandenbroucke, pasien itu diketahui belum divaksinasi.
Pakar kesehatan China, Zhong Nanshan, mengatakan, pengendalian pandemi Covid-19 semakin menantang dengan penemuan Omicron. Meski informasinya masih terbatas, sejauh ini Omicron diketahui lebih banyak mutasinya.
Mengacu informasi dari negara lain, Zhong kembali menekankan pentingnya mendorong perluasan vaksinasi. Sebab, sebagian kasus Omicron yang dilaporkan terjadi pada orang yang belum divaksinasi. Sementara pada yang sudah divaksinasi, kondisinya dinyatakan stabil.
Sejauh ini, Sinovac, Pfizer, dan Johnson&Johnson dilaporkan sudah mulai meneliti kemangkusan vaksin mereka pada Omicron. Dalam pernyataan yang dikutip Global Times, Sinovac meyakini bisa lebih cepat mengembangkan vaksin untuk menghadapi Omicron jika memang diperlukan vaksin baru.
Terpisah, Pusat Pengendalian Penyakit Menular (CDC) China mengatakan, China tidak bisa meniru langkah pengendalian Covid-19 yang diterapkan Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa. Jika skenario AS diterapkan di China, akan ada 630.000 kasus baru setiap hari. Di antara pasien baru itu, hingga 10.000 orang per hari akan butuh perawatan khusus karena kondisinya amat parah.
CDC China mengklaim menggunakan skenario yang dipakai di AS, Inggris, Israel, Perancis, dan Spanyol sebelum membuat kesimpulan itu. Berdasarkan temuan itu, CDC menyebut bahwa China belum siap hidup berdampingan dengan Covid-19. Sejauh ini, China masih terus membatasi diri untuk mengendalikan laju kasus baru. (AFP/REUTERS)