Perempuan Afghanistan Bermata Hijau Itu Terbang ke Roma
Sharbat Gula, ikon perempuan Afghanistan bermata hijau yang menjadi sampul depan majalah ”National Geographic” edisi Juni 1985 dievakuasi ke Roma, Italia. Dulu pengungsi, kini tetap menjadi pengungsi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
Untuk sebagian orang, roda kehidupan serasa stagnan di bawah. Ini bukan ungkapan berlebihan jika dulu pengungsi dan empat puluh tahun kemudian masih jadi pengungsi. Kecamuk politik di negeri sendiri yang menimbulkan krisis multidimensi menjadi musababnya. Situasi inilah yang dialami Sharbat Gula, juga ratusan ribu warga Afghanistan lainnya.
Sharbat Gula adalah ikon perempuan pengungsi dari Afghanistan. Wajahnya populer setelah fotonya dijadikan sampul depan majalah National Geographic edisi Juni 1985. Sorot mata hijaunya menjadi fokus sekaligus kekuatan utama dari foto dalam sampul itu. Saat itu, Gula menjadi pengungsi di perbatasan Pakistan-Afghanistan karena negerinya tengah dilanda perang.
Kini, 40 tahun kemudian, ia kembali menjadi pengungsi yang ingin meninggalkan negerinya. Setelah Taliban berkuasa per 15 Agustus 2021, ia seperti halnya ratusan ribu warga Afghanistan lain, terutama perempuan, merasa tidak lagi aman dan nyaman tinggal di negerinya sendiri. Untuk itu, sebuah skenario evakuasi diupayakan terhadap Gula.
Evakuasi itu dilakukan Pemerintah Italia setelah menerima permohonan dari sebuah organisasi nirlaba yang bekerja di Afghanistan. Singkat cerita, pihak Roma mengaku menerima dan menanggapi permohonan itu. Dan belum lama ini, Gula dilaporkan telah tiba di Roma.
”Warga Afghanistan, Sharbat Gula, telah tiba di Roma,” kata Pemerintah Italia dalam sebuah pernyataan yang dirilis, Kamis (25/11/2021). Namun, kapan persisnya kedatangan Gula di Roma tidak disebutkan dalam pernyataan itu.
Diterbangkannya Gula dari Afghanistan ke Italia, menurut Pemerintah Italia, merupakan bagian dari program evakuasi warga Afghanistan setelah negara itu diperintah oleh kelompok Taliban. Perjalanan Gula dari Afghanistan hingga sampai ke Italia diorganisasikan sepenuhnya oleh Pemerintah Italia. Sesampai di Italia, Gula akan bergabung dengan warga Afghanistan lain yang sudah ada di negara itu dan akan menjalani proses penerimaan dan integrasi dengan warga Italia.
Italia adalah salah satu dari lima negara yang paling terlibat dengan misi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Afghanistan. Negara yang lain meliputi Jerman, Inggris, dan Turki.
Hingga awal September 2021, Pemerintah Italia mengatakan telah mengevakuasi hampir 5.000 warga Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan di negara itu. Pemerintah Italia pada awal bulan ini telah memberikan kewarganegaraan kepada perempuan kepala jaksa pertama Afghanistan, Maria Bashir. Pada 9 September, Bashir mendarat di Italia.
Sosok Gula dapat dikatakan sebagai pengungsi Afghanistan paling terkenal. Popularitas Gula bermula setelah fotografer AS, Steve McCurry, memotretnya di sebuah kamp Pakistan pada 1980-an. Foto itu kemudian diterbitkan di sampul depan majalah National Geographic edisi Juni 1985.
Gula dijuluki sebagai ”Perempuan Afghan” (Afghan Girl). Dalam pengakuannya kala itu, Gula mengatakan, dirinya pertama kali tiba di Pakistan sebagai anak yatim piatu. McCurry berhasil bertemu kembali dengan Gula pada 2002.
Perjalanan pengungsian Gula itu terjadi sekitar empat atau lima tahun setelah invasi Soviet pada 1979 ke Afghanistan. Saat itu, Gula adalah satu dari jutaan warga Afghanistan yang mencari perlindungan di perbatasan Afghanistan-Pakistan.
McCurry pertama kali bertemu Gula di kamp pengungsi Nasir Bagh di Pakistan selama pendudukan Soviet di Afghanistan. Gula terpaksa melarikan diri dari desanya di Nangarhar timur setelah desa itu dibom oleh Soviet. Ia berjalan bersama keluarganya, termasuk tiga saudara perempuan, saudara laki-laki, dan neneknya, melintasi pegunungan ke sebuah kamp pengungsi Pakistan.
Ketika McCurry, yang mengikuti konflik dari Pakistan dan daerah yang dikuasai pemberontak di Afghanistan, melihatnya untuk pertama kalinya, dia tidak ragu. ”Saya langsung tahu bahwa ini benar-benar satu-satunya gambar yang ingin saya ambil,” katanya.
Gula adalah simbol pengungsi Afghanistan setelah foto ikoniknya diterbitkan menjadi sampul majalah National Geographic pada tahun 1985. Pada 2014, Gula muncul di Pakistan. Namun, ia bersembunyi ketika pihak berwenang menuduhnya membeli kartu identitas Pakistan palsu. Gula akhirnya dideportasi kembali ke Afghanistan pada 2016. Dia diterbangkan ke Kabul, di mana Presiden Afghanistan menyelenggarakan resepsi untuknya di Istana Presiden dan menyerahkan kunci apartemen barunya.
Presiden Afghanistan saat itu, Ashraf Ghani, memastikan Gula ”hidup dengan bermartabat dan aman di tanah airnya”. Namun, situasi berubah sejak Taliban merebut kekuasaan dari pemerintahan Ashraf Ghani per 15 Agustus 2021. Ini terutama dirasakan oleh kaum perempuan Afghanistan.
Para pemimpin Taliban memang menyatakan akan menghormati hak-hak perempuan sesuai dengan syariah atau hukum Islam. Namun, kenyataannya, situasi bagi perempuan di Afghanistan justru memburuk sehingga gelombang pengungsian terus terjadi.
Apalagi, pemerintahan Taliban di Afghanistan sebelumnya, periode 1996-2001, membekaskan mimpi buruk terutama bagi kaum perempuan. Berbagai aturan represif diterapkan terhadap perempuan. Perempuan, misalnya, tidak dapat bekerja dan anak perempuan dilarang bersekolah. Perempuan juga wajib menutupi wajah mereka dan ditemani oleh kerabat laki-laki ketika pergi ke luar rumah.
Sosok Gula telah menjadi simbol pengungsi, tidak hanya Afghanistan, tetapi juga seluruh dunia. Media The Guardian membandingkan sosok Gula dalam sampul National Geographic 1985 dengan potret pengungsi Afghanistan baru-baru ini.
Salah satu potret menampilkan seorang gadis Afghanistan yang tengah berdiri dalam antrean dengan keluarganya di sebuah pangkalan AS di Sisilia menunggu untuk naik pesawat ke Philadelphia. Gadis berusia sembilan tahun itu merupakan satu di antara lebih dari 100.000 pengungsi yang dievakuasi dari Kabul seusai Taliban berkuasa di Afghanistan.
”Ya, ada banyak kesamaan antara dua situasi itu. Orang-orang Afghanistan menemukan diri mereka dalam kesulitan yang sama seperti pada 1980-an. Mereka mempertanyakan keamanan, (menjadi) pengungsi dan mencari perlindungan,” kata McCurry dalam sebuah wawancara dengan The Guardian.
Jika dilihat bersama-sama, menurut McCurry, kedua gambar tersebut menggambarkan kegagalan invasi berulang oleh kekuatan asing di Afghanistan. Situasi itu menjadikan Afghanistan sebagai salah satu daerah paling tidak stabil di dunia. (AP/AFP/REUTERS)