Annalena Baerbock, Calon Menlu Perempuan Pertama Jerman
Annalena Baerbock, pemimpin Partai Hijau, dinominasikan sebagai menteri luar negeri Jerman. Namun, langkah ini dikritik karena dinilai tidak sejalan dengan ideologi partai.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BERLIN, JUMAT — Kesepakatan koalisi yang ditandatangani tiga partai, Partai Sosialis Demokrat, Partai Hijau, dan Partai Demokrat Bebas, memasukkan klausul tentang pembagian kerja di antara masing-masing partai. Partai Hijau, pemenang ketiga pemilihan dengan 118 kursi di parlemen, Kamis (25/11/2021), mencalonkan Annalena Baerbock untuk memegang jabatan menteri luar negeri Jerman.
Nama Baerbock dicalonkan bersama sejumlah nama lainnya, yang diproyeksikan untuk jabatan lain, di awal proses konsultasi dengan anggota Partai Hijau. Nantinya, usulan ini akan diratifikasi sebagai bagian dari kesepakatan koalisi dengan dua partai lain, yaitu SPD dan FDP.
Jika pencalonan ini disepakati, Baerbock akan menjadi perempuan pertama yang menjadi menteri luar negeri Jerman. Bagi partai, Baerbock menjadi menlu kedua mengikuti jejak veteran partai Joschka Fischer yang menduduki jabatan yang sama ketika Jerman dipimpin Gerhard Schroeder, 1998-2005.
Siapa Baerbock?
Baerbock dibesarkan di sebuah kompleks peternakan milik keluarganya di Hannover, sebuah kota di sebelah barat Berlin. Saat masih kecil, di era tahun 1980-an, Baerbock sering diajak kedua orangtuanya ikut serta dalam demonstrasi anti-nuklir.
Memasuki usia remaja, dia aktif dalam kegiatan olahraga. Favoritnya adalah trampolin, yang membawanya memenangi tiga medali perunggu di Kejuaraan Trampolin Jerman. ”Olahraga ini mengajariku berani,” ujarnya.
Baerbock kemudian belajar ilmu politik dan hukum publik di Universitas Hannover sebelum melanjutkan studinya di London School of Economics, salah satu kampus bergengsi di Inggris. Di sana, dia mendapatkan gelar master hukum internasional. Sempat mencicipi dunia jurnalistik, Baerbock kemudian memilih terjun ke dunia politik praktis dan bergabung dengan Partai Hijau pada tahun 2005 sebelum didapuk menjadi ketua di wilayah Brandenburg empat tahun berselang.
Karir politiknya semakin menanjak setelah dia memenangi kursi di majelis rendah Bundestag tahun 2013. Lima tahun kemudian, bersama Robert Habeck, Baerbock memimpin Partai Hijau.
Bersama Habeck, dia dipuji karena mampu mentransformasi partai, dari akarnya yaitu gerakan perlawanan kelompok akar rumput yang berprinsip teguh soal keberpihakan terhadap lingkungan, sosialisme progresif, dan menolak kekerasan (non-violent) menjadi sebuah partai politik yang diperhitungkan dalam percaturan politik Jerman. Kini, selain tetap berpegang pada prinsip dasar, mereka memperluas cakupan gerakannya, termasuk mendukung kesetaraan gender dan keadilan sosial.
Sebagai seorang ahli hukum internasional, Baerbock berjanji untuk menempatkan hak asasi manusia sebagai landasan utama diplomasi dan kebijakan luar negeri Jerman. Hal ini bisa menjadi tanda kebijakan yang lebih tegas dari Jerman kepada Rusia dan China.
Bukan Pilihan Tepat
Munculnya nama Baerbock sebagai calon menlu Jerman bukan tanpa tantangan. Oskar Lafontaine, politisi senior Partai Kiri dan juga mantan Menteri Keuangan Jerman 1998-1999, dikutip dari laman Deutsche Welle menilai, Baerbock akan menjadi malapetaka bagi Jerman jika ia menjabat sebagai menlu. “Dia hanya ingin menekan Rusia dan China. Dan, tanpa bersikap kritis, dia akan mengikuti kebijakan konfrontatif AS terhadap kedua negara itu,” kata Lafontaine.
Pertanyaan juga muncul dari para aktivis lingkungan yang menilai posisi itu tidak tepat bagi Partai Hijau. Dalam pandangan para aktivis, sesuai dengan garis perjuangannya, seharusnya partai ini menduduki posisi yang strategis untuk memperbaiki kebijakan lingkungan, mulai dri Kementerian Keuangan dan Kementerian Transportasi. Tapi, dua posisi ini rencananya diisi oleh FPD yang dinilai lebih pro-investasi dan pro-pengusaha.
Baerbock mencoba meyakinkan bahwa kebijakan partainya sudah tepat dan tetap sejalan dengan platformnya, yaitu memerangi pemanasan global dan dampaknya terhadap kehidupan global. ”Kita bisa membantu kebijakan domestik yang besar, seperti mempercepat perbaikan kondisi lingkungan dan iklim melalui kerja sama global. Itulah sebabnya, untuk kebijakan iklim yang kuat, kita membutuhkan kebijakan luar negeri di level Jerman dan Eropa yang lebih aktif,” katanya.
Namun, di sisi lain, Baerbock dinilai menjadi bagian dari kesinambungan kerja pemerintahan, dari kerja-kerja Angela Merkel ke Olaf Scholz, calon Kanselir Jerman berikutnya. Hal ini bisa dilihat dari kesamaan pandangan partai ini soal perkuatan Eropa dan kerja sama Tran-Atlantik. Dan, soal ini telah disepakati semua anggota partai koalisi dalam dokumen kerja bersama setebal 177 halaman. (AP/AFP/Reuters)