Afsel Deteksi Varian Baru Covid-19 Lebih Menular, WHO Monitor Serius
Laporan soal deteksi atas varian baru Covid-19 di Afrika Selatan sudah diterima Organisasi Kesehatan Dunia (WH0). WHO menyatakan tengah memantau secara cermat varian baru itu dan bersidang untuk menentukan sikap.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
PRETORIA, JUMAT — Para ilmuwan di Afrika Selatan, Kamis (25/11/2021), menyatakan telah mendeteksi varian baru Covid-19 dengan sejumlah besar mutasi dari varian-varian virus korona lain. Virus varian baru itu diduga ikut memicu lonjakan Covid-19 di Afsel hingga sepuluh kali lipat sepanjang November ini.
Sebagai respons atas situasi di Afrika Selatan (Afsel), Pemerintah Inggris langsung melarang semua perjalanan dari dan ke lima negara di bagian selatan Afrika mulai Jumat (26/11/2021) ini. Selain Afsel, empat negara lain yang masuk dalam kebijakan larangan itu adalah Namibia, Botswana, Zimbabwe, Lesotho, dan Eswatini.
Warga Inggris dan warga dari negara lain yang melakukan perjalanan dari lima negara itu dan masuk ke Inggris wajib menjalani karantina setibanya di Inggris.
”Kami telah mendeteksi varian baru Covid-19 yang menjadi perhatian di Afrika Selatan,” kata Tulio de Oliveira, ahli virologi, dalam sebuah konferensi pers yang digelar secara mendadak. ”Disayangkan sekali, (varian baru) ini menyebabkan lonjakan kasus infeksi.”
De Oliveira menyebutkan, varian itu diberi label ilmiah varian B.1.1.529. Varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi. Varian ini juga telah terdeteksi di Botswana dan Hong Kong di antara para pelancong dari Afrika Selatan, tambah De Oliveira.
Laporan soal deteksi varian baru itu sudah diterima Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam pernyataannya, WHO mengaku tengah memantau secara cermat varian baru tersebut. Tim ahli WHO dijadwalkan bersidang pada Jumat ini untuk menentukan sikap atau kategorisasi varian baru itu.
”Analisis awal menunjukkan bahwa varian ini memiliki sejumlah besar mutasi yang memerlukan penelitian lebih lanjut,” demikian pernyataan WHO.
Para ilmuwan mengatakan, varian B.1.1.529 itu memiliki setidaknya 10 jenis mutasi dibandingkan dengan dua jenis mutasi untuk varian Delta dan tiga jenis mutasi untuk varian Beta.
Para ilmuwan mengatakan, varian B.1.1.529 itu memiliki setidaknya 10 jenis mutasi dibandingkan dengan dua jenis mutasi untuk varian Delta dan tiga jenis mutasi untuk varian Beta. ”Kekhawatirannya adalah ketika Anda memiliki begitu banyak mutasi, itu dapat berdampak pada bagaimana virus itu berperilaku,” kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO untuk Covid-19, dalam konferensi pers virtual.
”Kami perlu waktu beberapa pekan untuk memahami seberapa besar dampaknya varian ini terhadap keberadaan vaksin.” tambahnya.
”Ancaman besar”
Menteri Kesehatan Afrika Selatan Joe Phaahla mengatakan, varian B.1.1.529 itu menjadi ”keprihatinan serius” di negaranya. Varian baru itu diduga berada di balik peningkatan ”eksponensial” dalam kasus-kasus yang dilaporkan. Kemunculan varian baru itu mendatangkan ”ancaman” besar atas kondisi pandemi Covid-19 di Afsel.
Jumlah infeksi harian Covid-19 di negara itu mencapai 1.200 kasus terkonfirmasi pada Rabu (24/11/2021), melonjak dari temuan harian pada awal bulan ini sebanyak 106 kasus.
Sebelum ada deteksi varian baru korona itu, pihak berwenang di Afsel telah memperkirakan kemungkinan serangan gelombang keempat Covid-19. Gelombang keempat itu diperkirakan akan muncul mulai pertengahan Desember mendatang. Proyeksi sekaligus kekhawatiran itu didukung oleh meningkatnya perjalanan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru.
Institut Nasional untuk Penyakit Menular (NICD) yang dikelola Pemerintah Afsel menyatakan bahwa sebanyak 22 kasus positif Covid-19 dari varian B.1.1.529 telah dicatat di negara tersebut. NICD mengatakan, jumlah kasus yang terdeteksi dan persentase yang dites positif ”meningkat dengan cepat” di tiga provinsi negara itu, yakni Gauteng, Johannesburg—pusat kegiatan ekonomi Afsel, dan ibu kota Pretoria.
NICD menambahkan, sebuah kluster penularan Covid-19 baru-baru ini diidentifikasi di wilayah yang terkonsentrasi di sebuah lembaga pendidikan tinggi di Pretoria.
Tahun lalu, virus penyebab Covid-19 varian Beta pertama kali muncul di Afrika Selatan. Namun, jika dilihat dari banyaknya kasus terkonfirmasi Covid-19 belakangan di negara itu, itu adalah Covid-19 dengan varian virus Delta, yang awalnya dideteksi di India. Afrika Selatan memiliki jumlah pandemi tertinggi di Benua Afrika dengan sekitar 2,95 juta kasus, sebanyak 89.657 kasus di antaranya berujung kematian.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika mengatakan, pihaknya akan segera bertemu dengan para ahli virus dan kesehatan Afsel untuk membahas varian tersebut. ”Ada begitu banyak varian di luar sana, tetapi beberapa di antaranya tidak memiliki konsekuensi pada lintasan epidemi,” kata John Nkengasong, Kepala CDC Afrika, pada konferensi, Kamis.
Setelah awal vaksinasi yang berjalan lambat, 41 persen orang dewasa di Afsel telah menerima setidaknya satu dosis Covid-19, sementara 35 persen telah divaksinasi penuh. Afsel memasang target vaksinasi penuh di negara itu mencapai 70 persen dari total populasi yang mencapai 59 juta jiwa.
Kadar protein berbeda
Dari London dilaporkan bahwa Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan, varian B.1.1.529 memiliki kadar protein yang sangat berbeda dengan yang ada pada virus korona yang menjadi dasar pengembangan vaksin Covid-19. ”Ini adalah varian paling signifikan yang kami temui hingga saat ini, dan penelitian mendesak sedang dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut tentang penularan, tingkat keparahan, dan kerentanannya terhadap vaksin,” kata Kepala Eksekutif UKHSA Jenny Harries.
Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan, lebih banyak data tentang varian B.1.1.529 itu diperlukan, tetapi pembatasan perjalanan diperlukan sebagai tindakan pencegahan. ”Apa yang kami ketahui adalah ada sejumlah besar mutasi, mungkin dua kali lipat jumlah mutasi yang kami lihat pada varian Delta,” kata Javid.
”Itu akan menunjukkan bahwa varian ini mungkin lebih menular, dan vaksin saat ini yang kita miliki mungkin kurang efektif,” pungkasnya. (AFP/REUTERS)