Indonesia menempati posisi sentral dan berada di jantung strategi Perancis yang lebih intens terlibat di Indo-Pasifik. Indonesia memanfaatkan hal itu untuk mengoptimalkan diplomasi di Eropa.
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Menteri Urusan Eropa dan Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (24/11/2021).
JAKARTA, KOMPAS -- Dua bulan setelah kandas dalam kesepakatan pertahanan strategis dengan Australia, dengan kemunculan aliansi AUKUS, Perancis memperkuat keterlibatan di kawasan Indo-Pasifik. Lawatan Menteri Urusan Eropa dan Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian ke Jakarta, Rabu (24/11/2021), memperlihatkan pentingnya posisi Indonesia bagi Perancis dalam strategi Indo-Pasifik yang dibangunnya.
Selama dua hari di Jakarta, Selasa dan Rabu, dalam lawatan pertama di Asia Tenggara sejak pandemi Covid-19 itu, Le Drian diterima Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Ia secara terpisah juga menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi serta bertemu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Tahun depan, Indonesia dan Perancis memegang posisi strategis: Indonesia sebagai Ketua G-20, sementara Perancis Ketua Dewan Eropa. ”Saya setuju kita tingkatkan komunikasi tahun depan. Indonesia akan menjadi Ketua G-20 dan Perancis akan menjadi Presiden Uni Eropa,” kata Presiden Joko Widodo kepada Le Drian.
Peningkatan kerja sama Indo-Pasifik di antara kedua negara telah disinggung dalam pertemuan Presiden Jokowi dan Presiden Perancis Emmanuel Macron di sela KTT G-20 di Roma, Italia, akhir Oktober. ”Indonesia adalah pelaku utama, lebih dari sekadar mitra,” cuit Macron kala itu dalam bahasa Indonesia terkait kerja sama di kawasan Indo-Pasifik.
Peningkatan keterlibatan Perancis di Indo-Pasifik, dengan posisi Indonesia di jantung strategi Perancis, ini terjadi dua bulan setelah aliansi Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS) terbentuk. Pada 15 September lalu, aliansi itu dinilai Perancis seperti ”tikaman dari belakang”.
Dengan aliansi itu, Australia membatalkan kontrak pembuatan kapal selam diesel dengan Perancis serta memilih kapal selam nuklir dari AS dan Inggris. Indonesia mengkritik AUKUS karena khawatir memacu perlombaan senjata di kawasan.
Rencana aksi
Kemitraan Indonesia-Perancis dalam lawatan Le Drian ini diawali dengan penandatanganan rencana aksi (plan of action/PoA) untuk memperkuat kemitraan Indonesia-Perancis oleh kedua menlu.
Rencana aksi itu fokus pada bidang kesehatan, pertahanan, ekonomi, dan maritim. ”Pada 2022 akan ada dialog maritim. Ini langkah awal penerapan PoA,” kata Retno kepada wartawan.
KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (kanan) dan Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian menandatangani Rencana Aksi untuk penguatan hubungan Indonesia-Perancis, Rabu (23/11/2021), di Jakarta.
Perancis juga akan menanamkan dana 500 juta euro atau sekitar Rp 8 triliun untuk program transisi energi di Indonesia. Investasi itu bentuk dukungan Paris terhadap upaya Jakarta beralih ke energi terbarukan. Investasi tersebut juga wujud nyata kolaborasi untuk mempercepat transisi energi.
”Isu ini salah satu fokus Indonesia selama keketuaan G-20,” ujar Retno.
Permintaan RI
Isu lain yang dibahas kedua menlu adalah perdagangan. Kepada Le Drian, Retno menekankan pentingnya perdagangan adil, terbuka, dan tidak diskriminatif. Hal itu kembali ditegaskan ulang Presiden Jokowi saat menerima Le Drian.
Presiden ingin Perancis menjadi mitra Indonesia dalam memperjuangkan perdagangan yang terbuka, adil, dan nondiskriminatif. ”Saya sangat mendukung perdagangan yang sustainable. Tetapi, saya keberatan jika isu lingkungan disalahgunakan untuk dijadikan hambatan perdagangan,” kata Presiden.
Meski tidak disebutkan secara rinci dalam pertemuan itu, Indonesia saat ini mengalami perselisihan soal komoditas minyak sawit dengan Uni Eropa. Di mata Eropa, komoditas sawit dinilai tidak ramah lingkungan. Kasus itu masuk dalam penyelesaian sengketa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Kepada Le Drian, Presiden juga mengharapkan agar, selama presidensi Perancis di Uni Eropa tahun depan, negosiasi perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa (UE) akan dipercepat dan mendapatkan hasil konkret.
BIRO PRES SEKRETARIAT PRESIDEN/RUSMAN
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan kehormatan Menteri Urusan Eropa dan Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian (kedua dari kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Setelah 11 putaran perundingan sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, belum ada tanda- tanda perundingan CEPA Indonesia-UE akan selesai. Sudah beberapa pejabat UE bertandang ke Indonesia untuk membahas masalah itu.
Kelola rivalitas
Hal lain yang dibahas dalam lawatan Le Drian adalah tentang kerja sama Indo-Pasifik. Dalam pertemuan dengan Retno, Le Drian mengatakan, Paris sangat mendukung dan berkepentingan kepada Indo-Pasifik yang terbuka, bebas, dan menghormati hukum internasional.
Sebagai negara pemilik wilayah di Indo-Pasifik, kata Le Drian, Perancis ingin prinsip-prinsip itu dihormati dan dijalankan. Selama bertahun-tahun, Perancis telah berkontribusi untuk kedamaian dan kestabilan di kawasan ini dengan secara konsisten menempatkan pasukannya.
Sementara dalam ceramah di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Le drian menyebutkan, sebagai dua negara yang memiliki peran penting di kawasan Indo-Pasifik, Perancis dan Indonesia sepakat mengelola rivalitas tersebut dan memacu kerja sama komprehensif agar tercipta kawasan Indo-Pasifik yang aman bagi semua.
AFP/PUNIT PARANJPE
Sebuah pesawat tempur Rafale milik Angkatan Udara Perancis tengah mendarat di atas kapal induk Perancis, Charles de Gaulle, ketika mereka mengikuti latihan tempur Indo-French di Varuna, Laut Arab, Mei 2019.
Le Drian memaparkan, dalam kacamata Perancis, Indo- Pasifik memiliki arti sangat strategis. Kawasan Indo-Pasifik hampir mendekati 95 persen bagian dari zona ekonomi eksklusif Perancis serta 60 persen ekonomi global dan konsentrasi produk domestik bruto (PDB) dunia terwakili kawasan ini. Selain itu, empat dari 10 mitra dagang utama Perancis berada di kawasan ini.
Dengan beberapa indikator tersebut, Le Drian menyebut kawasan Indo-Pasifik menjadi pertaruhan keseimbangan strategis dan geopolitik utama masa depan dunia. ”Singkatnya, semua yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik sekarang memiliki konsekuensi dan berdampak pada kepentingan global yang tidak dapat diabaikan warga Eropa,” kata Le Drian.
Mencermati diplomasi Perancis ke Indonesia, pengamat hubungan internasional pada Pusat Riset Politik BRIN, Nanto Sriyanto, mengatakan, adanya perhatian lebih pada sektor ekonomi, khususnya perdagangan, menunjukkan kesamaan pandangan kedua negara.
”Hal yang disampaikan Perancis soal ekonomi dan perdagangan harus disambut baik. Multilateralisme harus digarisbawahi sebagai hal yang sangat penting sekarang ini,” katanya.